Renungan Mezbah Keluarga #17C02

Bacaan: Matius 13:3-23

b. Tipu Daya Kekayaan
Siapa yang tidak menyukai kekayaan? Semua orang menginginkan kekayaan dan bahkan mati matian mengejar kekayaan. Di acara Mata Najwa semalam dibahas berapa gaji MK dan tunjangan2nya yang diterima tiap bulan. Wow..minimal 100 jt bisa dibawa pulang tiap bulannya. Tetapi mengapa masih ada yg korupsi? Karena kurang dan kurang. Seseorang yang bergaji 2 jt akan merasa kurang..ketika dinaikkan menjadi 4 jt, akan gembira sejenak lalu belum lewat setahun akan kurang lagi. Kemudian berpindah kerja dan mendapatkan gaji 20 jt.. Tentu itu banyak, tetapi kemudian ia akan merasa kurang lagi..dan lagi.dan lagi. Mengapa? Karena pola keinginan orang itu berari lebih cepat  daripada kebutuhannya. Itulah yang disebut  ilusi (tipu daya) kekayaan. Mungkin ada yang protes dgn mengatakan..lho itu bukan tipu daya (ilusi) kekayaan tetapi kenyataan. Lalu berkata: "memang uang bukan segala galanya...tetapi segala galanya perlu uang." Seorang pemuda bahkan pernah berkata kepada saya: “tanpa agama orang masih bisa hidup, tetapi tanpa uang orang tidak bisa hidup.  Mulai dari lahir sampai mati, diperlukan biaya..dan itu berarti uang!”.


Saudaraku...
Kekayaan memang akan membawa orang pada kemudahan, penerimaan, pengakuan, kenikmatan dan penghormatan. Harus diakui uang itu penting dan dibutuhkan oleh semua orang. Tuhan Yesus juga tidak melarang orang bekerja demi mendapatkan uang. Cuma, kita diingatkan untuk belajar menakar kekuatiran dan mencukupkan kehidupan secara proporsional. Orang yang terobsesi oleh kekayaan justru akan menjadi budak bagi kekayaan.

Alkitab tidak pernah menyatakan bahwa kekayaan adalah berkat tertinggi yang diberikan oleh Allah kepada manusia. Berkat tertinggi dan terbaik yang Allah sediakan bagi kita adalah DAMAI SEJAHTERA. Apa itu damai sejahtera? Dapatkah kekayaan "membelinya"? Atau bagaimana kita mendapatkannya? Nah, itu akan kita bahas besok

(bersambung)

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment