Renungan Mezbah Keluarga #17E16

Bacaan: Matius 13:3-23

ANSWER

Hari ini kita sampai pada huruf "A" dari uraian KABAR BAIK yang R E L E V A N.  A = Answer atau Jawaban. Yup.. Injil harus menjadi jawaban dari intisari kebutuhan manusia. Apa itu? Sandang? Pangan? Papan? Aktualisasi diri? Kesehatan? Kekuasaan? Kejayaan? Ya..semuanya itu memang penting sebagaimana yang dikatakan oleh Tuhan Yesus: "Semua itu dicari bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah. Akan tetapi Bapamu yang di sorga tahu, bahwa kamu memerlukan semuanya itu. Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu. (Matius 6:32-33)

Semua pemenuhan kebutuhan material dan emosional itu penting dan yang dikejar oleh manusia sejak bangun tidur sampai menjelang tidur lagi. Tetapi kenyataan hidup yang makin melemah, sakit dan mati menyisakan satu pertanyaan fundamental: "Apa ya memang ini yang menjadi  jawaban atas seluruh kebutuhan manusia?" Ternyata jawabannya adalah TIDAK! Manusia ternyata membutuhkan KEHIDUPAN KEKAL. Yup itulah JAWABAN yang diberikan oleh Injil terhadap makna kehidupan baik saat ini maupun setelah kematian.

Pohon kehidupan itulah yg dicari oleh semua manusia, sejak manusia jatuh dalam dosa. Pohon pengetahuan baik dan benar hanya membuka kesadaran normatif  akan apa/mana yang baik dan apa/mana yang jahat, namun tidak dapat membawa manusia pada kehidupan yg kekal? Hanya jika manusia menemukan pohon kehidupan, maka ia tidak akan lapar dan haus lagi (Yoh 4:13-14). Lalu pertanyaannya adalah apa dan dimana pohon kehidupan itu? Alkitab memberi kesaksian bahwa ada 2 pengertian mengenai pohon kehidupan:

Pertama, pohon kehidupan yang ada tertanam di langit dan bumi yang baru. Kitab Wahyu 22: 2 mencatat:
"Di tengah-tengah jalan kota itu, yaitu di seberang-menyeberang sungai itu, ada pohon-pohon kehidupan yang berbuah dua belas kali, tiap-tiap bulan sekali; dan daun pohon-pohon itu dipakai untuk menyembuhkan bangsa-bangsa."
Kedua, pohon kehidupan yang mewujud hadir dalam diri Yesus Kristus, benih ilahi yg manjadi jalan kebenaran dan hidup. Yesus berkata: Tidak ada seorangpun yg (bisa) datang kepada Bapa (ke taman Eden Bapa) jika tidak melalui Aku (sang pohon kehidupan).

Wow...
Sungguh sangat menarik kalau kita membaca uraian yg dipaparkan Injil Yohanes tentang Yesus sebagai pokok anggur. Setelah Yesus menyatakan diriNya sebagai jalan, kebenaran dan hidup (pasal 14), maka pada pasal 15 secara eksplisit Yesus menjelaskan diriNya sebagai pohon kehidupan. Yesus berkata: "Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya. Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa."

Jadi sekarang, terjawablah sudah rahasia tentang pohon kehidupan, yang akan membawa manusia pada kehidupan yg kekal. Itulah yang kita bawa sebagai KABAR BAIK..bagi segala bangsa.

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E15

Bacaan: Mat 6:33

VALUE

Pengalaman iman dan perjumpaan dengan TUHAN akan menghasilkan value atau nilai nilai hidup yang baru, yang disebut sebagai nilai KERAJAAN ALLAH. Itulah nilai INJIL yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dan yang seharusnya diajarkan oleh Gereja (secara konsisten) sampai hari ini.

Gereja jangan sibuk berdebat soal dogma, hukum benar atau salah, haram atau halal,  sahabat atau kafir...selamat atau tidak selamat, menjadi besar atau kecil...sebab itu bukan nilai utama yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Nilai utama yang dituliskan dalam seluruh kitab Injil sebagai perwataan kabar baik itu adalah KERAJAAN ALLAH dan kebenarannya.

Pesan dari nilai nilai Kerajaan Allah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam kotbahNya di bukit (Matius pasal 5-7) memang "menjungkir-balikkan" logika banyak orang. Nilai nilai tsb nampaknya lemah tetapi justru itulah yang akan mempermalukan dunia. Rasul Paulus menjelaskan: "..dan apa yg lemah bagi dunia, dipilih Allah untuk memalukan yg kuat...supaya jangan ada seorang manusiapun yg memegahkan diri dihadapan Allah." (I Kor 1:27-29)
Yup, itulah logika Kerajaan Allah yang "sungsang". Melaluinya kita diajak memasuki dimensi kekuatan kuasa Allah yang sedang bekerja diantara kita.

Dalam Injil Lukas 15, Kerajaan Allah digambarkan lebih berharga dari pada bisnis (domba), lebih berharga dari pada kekayaan (dirham), dan bahkan lebih berharga dari pada keluarga (anak). Jika KERAJAAN ALLAH itu ditemukan, maka akan ada sukacita yang sangat besar pada dirinya, tetangganya bahkan malaikat malaikat di Surga ikut bersuka cita ( Lukas 15:7,10). Karena itu : "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Mat 6:25,33)

Jadi,
Marilah kita praktekkan dan ajarkan nilai nilai Kerajaan Allah itu dalam hidup kita dan Gereja. Sebab itu adalah KABAR BAIK yang sangat powerful, yang akan mengubahkan pandangan dan cara hidup banyak orang. Mungkin kita segera bertanya: "Seperti apa nilai nilai Kerajaan Allah yang sangat powerful itu?  dan bagaimana aplikasinya dalam kehidupan? Jawabnya: silahkan baca kembali Renungan MK tanggal 7 Maret 2017 sampai 18 Maret 2017 yang sudah dibagikan. Semua sudah dipaparkan disana.

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E13

Bacaan: Mat 28: 18-20

ENCOUNTER

Mengapa sih kita (Gereja) perlu memberitakan Injil (KABAR BAIK) kepada semua orang? Tidakkah lebih baik membiarkan orang pada pilihannya masing masing? Jangan saling mengganggu atau membujuk orang yang sudah memiliki agama atau kepercayaan lain untuk menjadi Kristen. Yup..! Tepat. Selain dari apa yang sudah diuraikan sebelumnya, tujuan mengabarkan Injil atau KABAR BAIK bukanlah untuk menjadikan orang (yang beragama lain) untuk berpindah agama menjadi penganut agama Kristen. Sebab kalau itu tujuan utamanya maka apa yang diajarkan dan dilakukan oleh Tuhan Yesus gagal total.

Jika kita menyimak dengan baik ajaran dan teladan yang diberikan oleh Tuhan Yesus dalam mewartakan KABAR BAIK, maka ada 2 tujuan yang sangat Yesus tekankan, yakni :

1. KESATUAN
Kerinduan Tuhan Yesus ini tercermin dengan jelas pada isi doaNya yang dicatat dalam Injil Yohanes 17:18 "Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk orang-orang, yang percaya kepada-Ku oleh pemberitaan mereka;
supaya mereka semua menjadi satu, sama seperti Engkau, ya Bapa, di dalam Aku dan Aku di dalam Engkau, agar mereka juga di dalam Kita, supaya dunia percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku."
(Yohanes 17:20-21). Jadi Yesus bukan hanya berdoa untuk para pengikutNya saja  tetapi juga kepada orang orang (lain) agar kita semua mengalami PERJUMPAAN dan KESATUAN dengan ALLAH. Ini jauuuuh lebih penting dari pada status keagamaan.

2. KEMURIDAN
Sebelum Tuhan Yesus naik ke Sorga untuk kembali menyatu dengan BAPANYA, Ia memberikan perintah demikian: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20). Perintah Yesus jelas...agar kita menjadi murid yang memuridkan. Nah jika DOA AGUNG dan AMANAT AGUNG ini di hubungkan, maka perintah memuridkan ini bukan semata mata menjadikan orang lain berubah agama menjadi Kristen....BUKAN! Perintah Tuhan Yesus ini mengajak dan mengajar (diri kita sendiri dan orang lain) untuk mengalami PERJUMPAAN dan PENYATUAN dengan Yesus yang adalah FIRMAN. Firman ini tentu tidak sama dengan agama. FIRMAN itu jauh lrbih penting dari agama sebab Firman adalah sumber kehidupan, FIRMAN itu adalah Allah.

Jadi kata kunci nya disini adalah ENCOUNTER atau PERJUMPAAN. Pemberitaan Injil itu harus menghasilkan perjumpaan yang intim dan indah antara manusia dengan Allah,
antara si murid dengan Sang Guru...

setelah itu...biarkan roh Kudus yang bekerja


TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E12

Bacaan : Matius 7:17-21

LIFESTYLE

Saat kami membahas kitab Galatia pasal 4 dalam acara Pemahaman Alkitab hari Rabu kemarin, makin tahulah kami bagaimana kami harus hidup sebagai pewaris janji Abraham. Pewaris yang sudah akil balik, yang hidup oleh dan untuk  kasih karunia dan bukan lagi hidup oleh dan untuk aturan aturan agama. Artinya agama (tradisi dan hukum agama) bukan menjadi tujuan, melainkan alat bantu untuk mencapai kematangan iman, pengetahuan yang benar tentang Allah dan tingkat kedewasaan penuh dalam mengambil keputusan.

Agama doktriner (tradisi dan hukum) itu memang diperlukan saat kita masih kanak kanak agar tidak diombang ambingkan oleh rupa rupa pengajaran, oleh permainan palsu manusia dan kelicikan yang menyesatkan. Tetapi saat kita menjadi dewasa (dalam iman, pengetahuan dan kerohanian), maka agama kehidupan itulah yang lebih diutamakan. Agama kehidupan disini diartikan pada prilaku nyata hidup kita sebagai orang beragama dengan merujuk pada aplikasi keyakinan iman dikehidupan nyata (menjadi lifestyle) dan tidak lagi berkutat-debat pada kesatuan pakaian (hukum dan tradisi). Agama kehidupan akan membawa kita untuk berani memasuki ke dimensi hakekat (esoteris), yang meleburkan semua pendaran warna mejikuhibiniu menjadi satu cahaya putih saja yang disebut TERANG.. Nah..itulah KABAR BAIK bagi semua makhluk.

Tuhan Yesus memberikan gambaran agama kehidupan itu seperti pohon dan buahnya:

"Demikianlah setiap pohon yang baik menghasilkan buah yang baik, sedang pohon yang tidak baik menghasilkan buah yang tidak baik. Tidak mungkin pohon yang baik itu menghasilkan buah yang tidak baik, ataupun pohon yang tidak baik itu menghasilkan buah yang baik.
Dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
Jadi dari buahnyalah kamu akan mengenal mereka. Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga." (Matius 7:17-21)

Yup...
Itulah gambaran akil balik (kedewasaan) orang yang beragama...yakni menghasilkan buah buah nyata yang baik bagi kehidupan..

Ingat buah itu mencerminkan kualitas pohonnya. Jika pohonnya baik..pastilah akan menghasilkan buah yang baik. Sebaliknya jika buahnya (praktek kehidupan penganutnya) ternyata kasar, memprekteklan kekerasan, intimidatif, manipulatif dan sombong...maka kita juga akan tahu bagaimana kualitas pohonnya.
Sebab dari buahnya kamu akan mengenal pohonnya

Bagaimana dengan kekristenan?
Pohon dan buah seperti apakah yang seharusnya dipraktek-hasilkan dalam kehidupan?

Rasul Paulus dalam suratnya kepada jemaat Filipi secara tak langsung memberikan gambaran "pohon dan buah" sebagai berikut: "Jadi karena dalam Kristus (sebagai sang pokok pohon) ada nasihat, ada penghiburan kasih, ada persekutuan Roh, ada kasih mesra dan belas kasihan, karena itu sempurnakanlah sukacitaku dengan (menghasilkan buah buah) ini: hendaklah kamu sehati sepikir, dalam satu kasih, satu jiwa, satu tujuan, dengan tidak mencari kepentingan sendiri atau puji-pujian yang sia-sia. Sebaliknya hendaklah dengan rendah hati yang seorang menganggap yang lain lebih utama dari pada dirinya sendiri; dan janganlah tiap-tiap orang hanya memperhatikan kepentingannya sendiri, tetapi kepentingan orang lain juga.(Filipi 2:1-4)

Itulah pohon dan buah kehidupan yang harus kita (Gereja) tanam-hasilkan, agar dunia dapat melihat adanya korelasi  yang konkruen antara sang pokok pohon (Kristus) dengan buah (gaya hidup Gereja) yang baik...yang ramah, penuh kasih dan belaskasihan, rendah hati dan tidak memperhatikan kepentingan diri sendiri..tetapi kepentingan orang lain juga..khususnya dalam membangun RUMAH BERSAMA yang bernama:
I N D O N E S I A


TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E11

Bacaan : Filipi 2:5-8

EMPATHY

Injil harus diberitakan dengan sikap hati dan cara yang empatik, bukan triumphalistik. Mungkin ada yang masih belum jelas mengenai empati ini. Empati adalah sikap hati yang membuat orang merasa dirinya dalam keadaan, perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain. Dalam istilah lain, empati dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyadari diri sendiri atas  perasaan seseorang, lalu bertindak untuk membantu orang tersebut. Pendek kata empati itu: 

  1. peka untuk memahami perasaan dan kebutuhan orang lain
  2. menempatkan diri sebagaimana posisi orang tsb
  3. bertindak untuk menolong orang tsb.

Itulah yang dicontohkan dan diperintahkan oleh Yesus Kristus, sebagaimana yang disaksikan oleh rasul Paulus:
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:5-8)

Sekarang pertanyaannya: Dapatkah Gereja berlaku empatik dalam membawa KABAR BAIK bagi lingkungannya? Tentu saja dapat! Dengan cara apa? Dengan cara HADIR dikehidupan dan menjadi bagian dalam kehidupan orang yang membutuhkan KABAR BAIK. Adalah seorang pendeta GPDI yang bernama Agus Tato (karena tubuhnya penuh tato) yang terpanggil untuk HADIR dan melayani anak anak para PSK di Banjir Kanal Timur Semarang. Sudah lebih dari 10 tahun Pdt. Agus (dan Gerejanya) membagi hidup dan KABAR BAIK untuk para waria, PSK dan anak anak PSK ditempat kumuh tsb. "Kalau tidak ada yang ngaruhke, kasihan masa depan anak-anak itu. Karena itu, saya mau mendampingi mereka,’’ ucap Pdt. Agus.

Nah, itulah contoh empati yang bisa dilakukan oleh Gereja bagi dunia, yakni membawa KABAR BAIK pada orang orang yang membutuhkan, yang "sakit" dan yang  "berdosa". Bukankah untuk itu Injil diberitakan? Yesus berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Markus 2:17)

Tentulah, tidak semua Gereja atau Pendeta harus niru persis plek seperti yang dilakukan oleh Pdt. Agus Tato. Karena kita perlu mencari bentuk dan panggilan kita sendiri sendiri...namun yang pasti kita dan Gereja saat ini terpanggil untuk HADIR dan ber-EMPATI bagi dunia. Sekarang sudah tidak jamannya lagi untuk bertanya berapa banyak orang yang bisa kita (Gereja) hadirkan didalam Gereja...TETAPI bertanyalah berapa  banyak karya karya empatik Gereja yang bisa dihadirkan bagi masyarakat sekitarnya.

Itu KABAR BAIK yang sesungguhnya!

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E10

Bacaan : Lukas 4: 18-21

RELATED

Pertanyaan mendasar yang harus kita tanyakan sebelum memberitakan Injil adalah apa kaitannya Injil dengan kehidupan saya, engkau; kita dan mereka? Itu berarti Injil harus punya relasi dengan kehidupan SEMUA ORANG, bahkan segala makhluk (Markus 16: 15). Lalu, Injil seperti apakah yang related dan relevan dengan kehidupan kita (dan semua makhluk) disepanjang jaman? Yup... Injil yang memuat dua pesan yakni PENGHARAPAN dan PEMBEBASAN.

Itulah Injil yang dibawa, diwartakan, dan digenapi dalam dan melalui Yesus Kristus. Lukas mencatat Yesus tampil dengan pesan Injil yang sangat jelas dan lugas:

"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan KABAR BAIK (Injil) kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan, dan penglihatan bagi orang-orang buta, untuk membebaskan orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang." (Lukas 4:18-19 )

Mari kita urai (yang walaupun sudah sangat jelas) perkataan Tuhan Yesus itu untuk melihat relevansi Injil bagi dunia.

Pertama, "Roh Tuhan ada padaku oleh sebab Ia telah mengurapi aku."
Apa yang dikatakan oleh Yesus ini dikutip dari kitab Yesaya 61:1 yang merupakan PENGHARAPAN dari umat Allah yang tertindas dan tercerai berai. Jadi ini bukan suatu statemen yang menyatakan bahwa kami memiliki sesuatu yang lebih dari orang lain (dunia), sehingga dengan bangga (baca: sombong) kami bisa memberikan kabar baik itu bagi Anda atau dunia. Bukan! Ungkapan ini lebih pada PENGHARAPAN bahwa kami juga sekeng, miskin, buta dan tertindas. KITA semua membutuhkan pertolongan Roh Allah..KITA semua membutuhkan Injil..KITA semua membutuhkan kabar baik itu.


Kedua, untuk menyampaikan KABAR BAIK.
Ambil contoh Ahok. Ia telah melayani rakyat Jakarta sebagai pembawa kabar baik atau Injil. Apakah agenda Ahok itu menobatkan sebanyak mungkin orang untuk menjadi Kristen? Tidak! Sebab KABAR BAIK yang disampaikan dan dipraktekkan oleh Ahok adalah KABAR BAIK seperti yang Yesus ajarkan (yang jauh dari agenda politis Gereja atau kepentingan denominasi tertentu), yakni :

  1. PENGHARAPAN kepada orang orang miskin. Ahok tidak datang sebagai bos kaya yang bagi bagi janji pengharapan yang meninabobokkan, tetapi ia menjadi bagian dari rakyat miskin untuk bersama sama membangun harapan perubahan hidup bersama sama. Birokrasi yang korup dibersihkan, aliran aliran yang mampet di lancarkan...sehingga rakyat miskin diangkat derajatnya hingga dompet, perut dan otak nya mulai terisi. Nah, itulah kabar baik yang konkret bagi orang orang miskin. Kabar baik yang "nguwongke" orang. 
  2. PEMBEBASAN bagi yang buta, tawanan dan tertindas. Ya injil hanya akan disebut Injil jika memiliki kaitan (related) dengan berita dan karya pembebasan. Walau untuk itu pewarta Injil (katakanlah sebagai contohnya Ahok) kini malah menjadi tawanan yang tertindas. Namun dengan apa yang dialaminya ini...mata semua orang yang "buta" mulai tercelikkan. Para pendakwa maupun pembela..bisa melihat apakah kabar baik yang dibawa oleh Ahok membebaskan manusia dari belengggu SARA. Kabar baik harus melampaui agama...kabar baik harus membebaskan manusia untuk bisa berjumpa dengan titik sadar kemanusiaannya dan titik jumpa dengan Roh Allahnya.

Mata Gereja kini terbuka... bahwa KABAR BAIK itu harus diwartakan oleh kita semua. Ahok bukan Yesus...tentu! Karena sangat jauuuh jika harus disanding-bandingkan dengan Yesus. Tetapi Ahok dan Yesus berjuang untuk kabar baik yang sama yakni PENGHARAPAN dan PEMBEBASAN. Ahok membawa momentum kesadaran agar kabar baik harus DIGENAPKAN..tidak cukup diwartakan saja.

Sebab itu....sekaranglah waktunya dimana Gereja dan semua orang yang merindukan PENGHARAPAN dan PEMBEBASAN membangun relasi bekerja sama untuk mewartakan dan menggenapkan KABAR BAIK itu.

Ya..sekaranglah waktunya..!

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E09

Bacaan : Lukas 4: 18-21

Memberitakan Injil itu wajib, namun cara dan content nya yang harus relevan. Ada 2 catatan penting disini sebelum kita berbicara mengenai pemberitaan Injil secara RELEVAN.

Pertama, Apakah injil itu sudah menjadi relevan bagi kita dan hidup Gereja itu sendiri?  Sebelum kita berbicara mengenai relevansi Injil bagi dunia..maka yang utama dan terutama adalah menjawab pertanyaan:  "Apakah Injil itu telah mengubah hidup kita (Gereja) hingga relevan bagi dunia dan pergumulannya. Mahatma Gandhi pernah berkata jika orang Kristen (Gereja) itu benar benar mempraktekkan ajaran Yesus maka seluruh India sudah menjadi Kristen. "Without action, you aren't going anywhere", kata Gandhi. Injil sebagai kabar sukacita menjadi tak relevan lagi bagi dunia karena Gereja tak menghidupi dan menggenapinya. Injil seperti apa yang harus dihidupi dan digenapi?

Inilah Injil yang dibawa dan diberitakan oleh Yesus:
"Roh Tuhan ada pada-Ku, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan KABAR BAIK kepada orang-orang miskin; dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan PEMBEBASAN kepada orang-orang tawanan, dan PENGLIHATAN bagi orang-orang buta, untuk MEMBEBASKAN orang-orang yang tertindas, untuk memberitakan TAHUN RAHMAT Tuhan telah datang."
Kemudian Ia menutup kitab itu, memberikannya kembali kepada pejabat, lalu duduk; dan mata semua orang dalam rumah ibadat itu tertuju kepada-Nya.
Lalu Ia memulai mengajar mereka, kata-Nya: "Pada hari ini GENAPLAH nas ini sewaktu kamu mendengarnya." (Lukas 4:18-21). Itulah Injil Yesus Kristus yang harus diwartakan dan digenapi oleh kita dan Gereja.


Kedua, bagaimana memberitakan (dan menggenapkan) Injil itu secara RELEVAN bagi dunia. Jangan sampai Injil yang sesungguhnya sangat relevan bagi kehidupan semua orang itu menjadi tidak relevan karena tata cara dan tata laku pemberitaan Gereja yang salah, yakni dengan gaya bahasa yang arogan dan sikap sok yakin yang triumphalistik. Seolah kelompok yang lain itu keliru dan kelompok kamilah yang paling bener. Agama orang lain itu salah dan agama kamilah yang benar. Uppss..sikap dan kesombongan seperti inilah yang menghambat Injil...sebab alih alih berbicara tentang Injil dan penggenapannya...kita malah sibuk  membanggakan kelompok dan menyombongkan agama. Jelas itu bukan isi dan maksud Injil.

Karena itu, mari kita bertobat dan belajar memahami apa itu Injil yang sesungguhnya dan bagaimana memberitakan Injil tsb secara RELEVAN, yang merupakan akronim dari:

R : Related
E : Empathy
L : Lifestyle
E : Encounter
V : Visible
A : Answer
N : Newborn

(bersambung)

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E08

Bacaan : Matius 28: 18-20

Apakah masih relevan mengabarkan Injil di tengah tengah situasi berbangsa seperti sekarang ini? Dimana pertarungan politiknya makin kasar dengan menghalalkan segala cara, termasuk  memakai isu agama untuk menciptakan konflik dan kekacuan sosial. Ibarat kaki yang terluka, maka harus, kudu dan wajib dijaga dengan super hati hati agar tidak kebentur meja. Tutur kata dan interaksi sosial kita (dan Gereja) perlu ditata agar tidak disalah-pakai sebagai satu issue terjadinya benturan antar agama.

Pertanyaannya sekarang, apakah dengan demikian kita dan Gereja tidak perlu lagi memberitakan Injil? Silent is golden...ojo gawe perkoro (jangan cari masalah)? Oooh tentu saja TIDAK. 

Ada 3 alasan mengapa kita harus tetap memberitakan Injil, yakni:

Pertama, memberitakan Injil adalah perintah Tuhan Yesus sendiri: "Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa murid-Ku dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus,
dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman." (Matius 28:19-20)

Kedua, Injil adalah kabar sukacita bagi semua bangsa. Dalam suratnya kepada jemaat di Galatia (yang saat itu lagi peka pekanya) rasul Paulus menjelaskan kaitan antara Injil dengan janji Allah kepada Abraham dan keturunannya. Injil itulah yang diberikan oleh Allah kepada Abraham: "olehmu segala bangsa akan diberkati" (Gal 3:8-9). Jadi semua orang yang beriman dan mengaku sebagai keturunan Abraham terikat pada janji Injil tsb.

Ketiga, Injil haruslah diberitakan dengan kerendahan hati. Rasul Paulus mengatakan : "Karena jika aku memberitakan Injil, aku tidak mempunyai alasan untuk memegahkan diri. Sebab itu adalah keharusan bagiku. Celakalah aku, jika aku tidak memberitakan Injil." (I Kor 9:16).

Jadi panggilan untuk memberitakan Injil itu jelas dan wajib bagi setiap kita dan Gereja. Hanya saja Injil seperti apa dan bagaimana caranya kita memberitakan Injil tsb...itu yang penting dan yang akan kita bahas lebih lanjut dalam Renungan MK kita..

(bersambung)

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E06

Bacaan: Lukas 12:15

Saat ini kita banyak sekali menyaksikan kesombongan yang dipamerkan oleh tokoh tokoh politik maupun agama. Seolah kesombongan adalah satu metode yang unggul untuk membangun rasa percaya diri sekaligus melemahkan mental orang lain dengan show of force omong gedenya. Yup...kita tentu jueeengkel sekali dengan orang orang yang sombong seperti itu....tetapi tahukah saudara, bahwa kesombongan itu menular? Satu kesombongan (dari orang lain) akan menimbulkan reaksi sombong juga (dari diri kita). Nah...karena itu berhati hatilah. Ingat bahwa kesombongan itu adalah akar dari segala kejahatan. Kesombongan sangat dibenci oleh Tuhan, sebab dari padanya akan melahirkan arogansi dan tingkah polah yang jahat (Ams 8:13). Ia bukan hanya akan merendahkan orang lain (Ams 29:23), namun ia juga melawan Allah (Kej 11:4).

James A. Fowler mengatakan roh kesombongan itu bisa menjelma dalam 8 varian, yakni:
 

A. Self-admiration - "Look at me!"
Orang tipe ini menjadikan dirinya sebagai pusat perhatian dan pemujaan. Secara alamiah, orang sombong tipe ini akan menonjolkan kemampuan, bakat dan aset kekayaan yg dimilikinya untuk mendapat perhatian. Secara rohani, orang sombong tipe ini muncul dgn memamerkan karunia rohaninya agar orang orang mengapresiasi apa yg telah ia kerjakan.

B. Self-aggrandizement - "Don't I look good/great?"
Orang sombong tipe ini mirip dari yg pertama, hanya ia menegaskan (memaksa) orang lain untuk memujinya. Bisa jadi apa yang ia katakan seolah merendah, namun sesungguhnya untuk menyombongkan diri. Secara rohani, ia sangat mengutamakan kedudukan, peran atau posisi dalam gereja (agama)

C. Self-attention - "Listen to me!"
Orang tipe ini, maunya didengar dan diperhatikan, ia sulit mendengar "kebenaran" orang lain. Pengertianku dan pandanganku-lah yang benar. Aku sudah sekolah sampai S3, aku ini dosen, aku ini sudah berpengalaman dlsb. Secara rohani, orang tipe ini akan mengatakan bahwa doktrinku dan teologiaku itulah yang paling bener.

D. Self-justification - "I am right!"
Orang tipe ini akan merasa dirinya yg paling benar, caranya yg paling jitu. Orang tipe ini tidak sabar untuk mendengar orang lain berbicara, ia akan segera memotong pembicaraan orang lain. Secara rohani, orang tipe ini suka menekankan bahwa doktrin dan ajaran agamanyalah yg paling benar, dia ia siap untuk berdebat untuk mempertahankan "ketidak-ada-salahan" doktrinnya itu.

E. Self-sufficiency - "I can do it!"
Mirip dengan tipe sebelumnya, kesombongan tipe ini; merasa diri hebat dan bisa mengerjakan semuanya sendiri. Keunggulan dirinya membuat dia tidak mempercayai dan tidak bisa mendelegasikan pekerjaannya pada orang lain. Secara rohani, ia hanya percaya bahwa gagasannyalah yg akan terwujud.

F. Self-aspiration - "Let me win!"
Orang yg terjangkit kesombongan tipe ini akan senang berkompetisi. Jika ada orang yg pinter, maka ia akan merasa tersaingi dan mengatakan pada orang lain tentang kelemahan saingannya itu. Secara rohani, orang tipe ini akan terobsesi untuk membuktikan bahwa pelayanannya adalah yang lebih baik dari orang lain.

G. Self-seeking - "Give me mine!"
Orang yg sombong dlm tipe ini akan sangat menekankan haknya, ia akan terus berbicara akan apa yg seharusnya ia terima, dan mudah tersinggung jika diabaikan peran dan kehadirannya. Secara rohani, orang tipe ini ingin menekankan hak haknya lebih dari pada kewajiban dan persaudaraan.

H. Self-exaltation - "Praise me!"
Kebutuhan yg paling mendasar dari kesombongan tipe ini adalah dihormati dan dipuji. Secara rohani orang tipe ini walau bicaranya merendah, sesungguhnya ia sangat haus puji pujian.

Nah, itu adalah wujud kesombongan yg harus kita waspadai.. sebab bisa jadi satu atau dua diantaranya adalah Saya atau Anda banget!

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E05

Bacaan: Matius 7:15-23

"Apa sih bukti bahwa suatu ajaran (agama) itu bisa dikatakan baik?" tanya teman saat kita ngopi bareng. Tentu saja pertanyaannya membuat saya tertegun. Saya harus hati hati membaca apa yang tersirat dibalik pertanyaannya ini. Apakah memang ia tidak tahu?? Atau...seaungguhnya ia sudah lelah dengan jargon jargon kebenaran dan kebaikan (agama) yang malah pada akhirnya memompakan emosi kemarahan, kebencian dan permusuhan kepada orang atau agama yang lain.

Saya hanya bisa menjawab "ajaran yang baik akan menghasilkan PERSAUDARAAN dan KEDAMAIAN." Itulah yang saya baca dan ketahui dari Injil. Tuhan Yesus mengatakan bahwa dari buahnya kamu akan mengenal kesejatian (motivasi) dari kebaikan. Bukan setiap orang yang berseru Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa yg di Sorga. Kata Yesus: "Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian PEMBUAT KEJAHATAN!"

Nah, sangat jelas pesan Tuhan bagi kita. Tuhan Yesus tidak tergiur oleh banyaknya aktifitas keagamaan yang berujung pada motif mendulang popularitas. Bagi Tuhan Yesus yang sangat utama dari buah hidup keagamaan adalah spiritualitas yg memberi buah buah caritas (cinta kasih), atau istilah yang terkenal adalah "Inter Arma Caritas" yang berarti "kita semua bersaudara". Itu adalah kata kata Henry Dunant saat menyemangati dan membuka hati para sukarelawan untuk melayani kawan maupun lawan yang menjadi korban peperangan tanpa membeda-bedakan agama, suku atau pandangan politiknya.

Nah..spiritualitas-caritas seperti itulah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus dalam kotbah di bukit dan termaknai dalam seluruh kitab Injil:
"Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: KASIHILAH MUSUHMU dan berdoalah bagi mereka yg menganiaya kamu. Dan apabila kamu hanya memberi salam kepada saudara-saudaramu saja, apakah lebihnya dari pada perbuatan orang lain? Bukankah orang yg tidak mengenal Allah pun berbuat demikian?"

Sungguh ini pengajaran yang radikal dan revolusioner. Namun jika hal itu dikerjakan dengan sungguh sungguh (bukan retorika atau jargon) oleh kita dan gereja serta oleh bangsa ini, maka kedamaian yang sejati akan nampak sebagai buah buah pengajaran dan pelayanan yang menyejukkan...

"inter arma caritas"

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E04

Bacaan: Roma 14: 13-23

Saat kita berbicara mengenai hal yang sama, bekerja untuk hal yang sama, berjuang untuk satu nilai yang sama...belum tentu kita juga bisa bekerja sama. Itu fakta (yang menyedihkan tentunya). Pernahkah saudara melihat satu gambar kartun dimana ada dua kelompok pekerja yang saling berdebat, saling menyalahkan ketika rel kereta api yang mereka bangun dari dua ujung yang berbeda itu ternyata tidak bisa nyambung saat "ketemu"? Atau melihat gambar ada orang dengan peti besar diantara mereka. Mukidi yang dari atas truk hendak menurunkan peti, sementara Tong Feng yang ada dibawah bermaksud menaikkan peti keatas trus. Stuck! Macet! Kedua contoh gambar tsb menunjukkan semua pihak sama sama bekerja tetapi tidak BEKERJASAMA.

Yup seperti itulah yang juga terjadi saat umat Allah berbicara soal keyakinan akan Kerajaan Allah. Itulah sebabnya rasul Paulus menegor jemaat di Roma yang akhirnya malah saling berkonflik, saling menghakimi, memfitnah,menjatuhkan, menyakiti, menajiskan, dan membinasakan; untuk "memperjuangkan" kebenaran Kerajaan Allah (versi mereka masing masing tentunya).

Oleh sebab itu rasul Paulus berkata; "Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus. Karena barangsiapa melayani Kristus dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia." (Rm 14:17-18). Apa artinya?

Artinya, saat kita memperjuangkan kebenaran (Kerajaan Allah), maka kebenaran yang sejati harus membawa DAMAI SEJAHTERA bagi SEMUA ORANG. Damai sejahtera yang ditandai oleh antusiasme kerjasama dan sukacita yang keluar dari hati dan spirit yang sama. Karena itu barang siapa melayani Kerajaan Allah yang demikian itu, ibadahnya akan BERKENAN dihadapan Allah dan diHORMATi oleh manusia.

Jadi...aliran garis keras yang mengatasnamakan kebenaran atau Kerajaan Allah, namun ucapan dan perilakunya membuahkan ketakutan, intimidasi, fitnah, penghakiman, konflik dan bahkan saling membinasakan..itu jelas jauh dari kebenaran Kerajaan Allah.

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E03

Bacaan : Lukas 9:46-48

Raja Pyrrhus dari Epirus didatangi oleh seorang kawannya yg bernama Cyneas dan ditanya, "Seandainya raja mengalahkan Roma, apakah yang akan raja kerjakan selanjutnya?"

Pyrrhus menjawab, "Sisilia berdekatan dan mudah untuk direbut."
"Dan apa yang akan raja lakukan setelah Sisilia direbut?"
"Kita akan bergerek ke Afrika dan menduduki Kartago."
"Dan sesudah Kartago?"
"Giliran Yunani akan kita takhlukkan."
"Bolehkan saya bertanya, apakah buah dari kemenangan kemenangan ini?"
"Yah, kita dapat duduk dan bersenang senang," jawab Pyrrhus.

Saudara, ambisi kekuasaan dan keunggulan kalau tidak dikendalikan, bisa berbahaya. Sebab ambisi ini bisa menjangkiti siapa saja dan bisa masuk disemua bidang! Ya..disemua bidang! Keunggulan agama...keunggulan mencari nama...keunggulan untuk menjadi paling berkuasa..keunggulan untuk menjadi paling kaya... dll.  Mungkin ada yang protes; "lho bukannya unggul dan menjadi yang the very best itu baik..bisa memotivasi dan menggerakkan orang? Ya..tetapi apabila tujuannya untuk menjadi besar pada diri (dan kelompoknya sendiri) dengan cara membinasakan orang (kelompok) lain...itulah yang berbahaya. Apalagi jika hal itu dilakukan dengan menelikung dan mencatut nama TUHAN.

Saudaraku, mari kita belajar dari ajaran Yesus, Sang Guru kita. Waktu para muridNya ribut pingin jadi yg terbesar, sampai timbul pertengkaran, Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di sampingNya, dan berkata; "Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut DIA yang mengutus Aku. Karena yang terkecil diantara kamu sekalian, dialah yang terbesar."

Dhuaaar!!! Itulah tamparan keras dari Sang Guru bagi para muridNya..dan tentu bagi kita juga saat ini. Bagaimana engkau bisa berebut pengakuan menjadi yang terbesar, sementara untuk tanggung jawab terhadap kehidupan yang paling kecil tidak dikerjakan. Bagaimana mungkin mengatakan sedang memperjuangkan jalan TUHAN yang besar sementara kasih dan belarasa terhadap jalan kehidupan kelompok yang kecil dimatikan. Apakah benar itu ajaran TUHAN? Ironis bukan??

Sayangnya banyak orang yang makin terbutakan oleh uforia menjadi besar dan satu satunya yang besar diatas bumi ini... sehingga untuk mencapai tujuan itu orang bahkan bisa menghalalkan kekerasan dengan mengatasnamakan TUHAN dan membela agama TUHAN. Betulkah mereka sedang mengabdi kepada Allah yang maha besar itu? Benarkah mereka peduli dan siap berkorban diri untuk suatu kehidupan yang lebih baik..yang lebih manusiawi? Atau sesungguhnya itu hanyalah nafsu unjuk ego diri seperti Raja Pyrrhus yang ingin berkuasa lebih lagi dan lagi...dan lagii...dan lagiii..dan lagiiii...

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E02

Bacaan: I Kor 10:13

Energi kita akhir akhir ini banyak habis untuk merawat hati dan emosi kita agar tetap tenang saat menghadapi gelombang masalah atau cobaan. Gelombang gelombang itu sebagian bisa kita prediksi datangnya, namun tak sedikit pula yang tiba tiba menerjang.

Nah, bagaimana sih merawat hati agar tetap bisa tenang? Sebab dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu (Yes 30:15).

Pertama, BERSYUKUR
Latihlah setiap hari untuk melihat segala sesuatu yg terjadi dalam hidupmu dengan rasa syukur, yang kita anggap baik maupun buruk. Mother Theresa berkata : "some people come in your life as blessings. Some people come in your life as lessons." Yup..seolah memang ada orang yang dihadirkan Tuhan dalam peran peran antagonis yang "merusak" nalar sehat kita. Dan anehnya orang orang seperti itu kok banyak juga... kenapa Tuhan membiarkan mereka ada ya? Jangan jangan Tuhan membiarkan mereka ada dan bertumbuh-tambah agar kita yang selama ini "silent" boleh bangkit dan mulai berperan aktif untuk melakukan sesuatu yang kita anggap "baik" dan "waras" itu.

Kedua, BELAJAR
Anggaplah kesulitan dan masalah sebagai ujian untuk naik level. Kemarin kami agendakan waktu untuk ngopi bareng anak anak...dan saat ngobrol itulah kami mulai gambarkan bagaimana situasi sosial politik yang terjadi dan bagaimana mensikapinya. Semua itu diijinkan Tuhan agar kita boleh naik level sebab tanpa ujian tidak ada peningkatan ilmu dan ketrampilan hidup. FT mengajak kita untuk tetap berjaga jaga dan berdoa agar tidak jatuh dalam pencobaan. Sebab roh itu penurut tetapi daging lemah. (Mat 26:41)

Ketiga, BERDOA/BERSYAFAAT
Ini bukan nasehat klise. Doa adalah makanan bagi roh dan jiwa kita. Dalam kita II Taw 7:13-14 dikatakan: "Bilamana..umatKu, yang atasnya namaKu disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajahKu, lalu berbalik dari jalan jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari Surga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka." Pegang ayat ini, hafalkan dan lakukan! Doa ini sini bukan hanya melipat tangan dan menutup mata..tetapi doa lewat perubahan hidup yang nyata. Ini harus dilatihkan oleh setiap kepala keluarga demikian juga oleh Gereja.

Keempat, BANGKIT
Jangan tertunduk apalagi tergeletak dalam menghadapi cobaan. I Kor 10:13 mengatakan "pencobaan pencobaan yang kami alami ialah pencobaan pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu." Orang beriman itu memiliki kekuatan ekstra. Tidak mudah gugup atau takut. Sebab jika toh akan terjadi "ayakan" (penyaringan) maka yakinlah bahwa hal itu dijinkan oleh Tuhan untuk memuridkan kita. Memang tidak semuanya bisa bertahan, tetapi yang bertahan sampai akhir akan diselamatkan. TUHAN berkata:

"Dan Aku sendiri akan mengumpulkan sisa-sisa kambing domba-Ku dari segala negeri ke mana Aku mencerai-beraikan mereka, dan Aku akan membawa mereka kembali ke padang mereka: mereka akan berkembang biak dan bertambah banyak.
Aku akan mengangkat atas mereka gembala-gembala yang akan menggembalakan mereka, sehingga mereka tidak takut lagi, tidak terkejut dan tidak hilang seekor pun, demikianlah firman TUHAN. Sesungguhnya, waktunya akan datang, demikianlah firman TUHAN, bahwa Aku akan menumbuhkan Tunas adil bagi Daud. Ia akan memerintah sebagai raja yang bijaksana dan akan melakukan keadilan dan kebenaran di negeri." (Yeremia 23:3-5)

Jadi, jika engkau atau bangsa ini sedang menghadapi masalah dan cobaan yang berat menekan, ingat 4 hal tsb yang harus dikerjakan. Menangis boleh, sedih wajar, gentar juga normal..tetapi segeralah bangkit dan belajarlah untuk menjadi pribadi dan murid yang TANGGUH...

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17E01

Bacaan : Lukas 24:36-49

"Tubuh kebangkitan itu seperti apa ya? Apakah akan seperti anak anak yang inocent itu? Ataukah seperti rupa kita saat terakhir sebelum meninggal dunia? Atau seperti waktu kita berumur 30 an?"  Itu adalah pertanyaan yang kerap kita dengar. Kita ingin tahu bagaimana wajah dan tubuh kita saat mengenakan tubuh kemuliaan nanti. Paling tidak itulah yang tergambar dari lirik lagu Tears in Heaven karya Eric Clapton yg merindukan anaknya yang telah mati.
"Would you know my name
If I saw you in heaven
Will it be the same
If I saw you in heaven
I must be strong, and carry on
Cause I know I don't belong
Here in heaven"

Lalu...
Apa yang dikatakan oleh Alkitab mengenai tubuh kebangkitan ini? Rasul Paulus menggambarkannya seperti benih yang ditaburkan.. Benih itu mati lalu muncul tunas (tubuh) yang baru. Lebih lanjut Paulus mengatakan:

"Ada tubuh sorgawi dan ada tubuh duniawi, tetapi kemuliaan tubuh sorgawi lain dari pada kemuliaan tubuh duniawi.
Demikianlah pula halnya dengan kebangkitan orang mati. Ditaburkan dalam kebinasaan, dibangkitkan dalam ketidakbinasaan. Ditaburkan dalam kehinaan, dibangkitkan dalam kemuliaan. Ditaburkan dalam kelemahan, dibangkitkan dalam kekuatan.
Yang ditaburkan adalah tubuh alamiah, yang dibangkitkan adalah tubuh rohaniah." (1 Korintus 15:40-44). Hanya itu yang dijelaskan oleh rasul Paulus..yakni adanya tubuh yang baru...kemuliaan yang baru dan itu disebut tubuh rohaniah. Mengenai rupa dan bentuknya tidak dijelaskan..sebab hal itu tidaklah penting lagi. Jika masih mau mendesak pingin tahu juga....maka nasehatnya sederhanya: ya silahkan cepatlah minta Tuhan untuk memanggilmu ke Surga..nanti semua akan jelas disana.

Saudara... Hari ini kita membaca satu teks yang (menurut saya) mengejutkan. Betapa tidak..tubuh kebangkitan Yesus ternyata tubuh yang sama dengan tubuhNya saat Ia masih bersama murid muridNya. Tubuh yang masih bisa dikenali oleh para muridNya.

Injil Lukas menggambarkan situasi kegembiraan dan sukacita yang dirasakan oleh para murid saat dijumpai Yesus. Suananya bahkan persis seperti malam sebelum Yesus diserahkan...yakni saat mereka mengadakan perjamuan makan. Yesus menjumpai murid muridNya dengan sukacita dan Dia meminta sesuatu untuk dimakan bersama. Ia bukan hantu..Ia bisa mengunyah roti dan ikan...tubuh kemuliaanNya hadir bersama dengan sukacita mereka. Sungguh dengan peleburan roh dan daging... Yesus ingin menunjukkan bahwa Ia tetap Tuhan yang sama..Tuhan yang hadir membawa persekutuan dan sukacita.

Yang lebih menarik lagi..kitab Injil juga menjelaskan bahwa tubuh kebangkitan Yesus ternyata juga tubuh yang masih membawa luka luka. Ada bekas lubang paku di kedua tanganNya...dan ada robekan tombak dilambungNya. Mengapa hal itu bisa terjadi? Bukankah tubuh kebangkitan adalah tubuh yang sempurna..tubuh kemuliaan dan tubuh rohaniah yang sangat berbeda dengan tubuh jasmaniah... mengapa luka dan tanda derita masih ada disana? Tentu tidak sulit bagi Tuhan Yesus untuk menghilangkan semua bekas luka dan tampil dalam cahaya kemuliaan sorgawiNya. Lalu mengapa Ia masih membawa luka luka ditangan, kaki, dan lambungNya (dan saya kira juga di kepala dan sekujur tubuhNya).

Hal itu Ia lakukan untuk menunjukkan bahwa Ia adalah Tuhan yang memahami dan membawa luka luka kita bersamaNya. Ia memang bangkit...tetapi Ia bangkit dengan membawa luka luka di tubuhNya. Ia yang sudah bangkit itu tetap mau peduli dan mengerti setiap luka luka kita. Itukah pesannya! Bahwa kemuliaan Kristus tidak mengabaikan kelemahan..kegagalan dan luka luka kita. Melalui tangan dan kakiNya yang terluka itulah  Ia tetap hadir dan memeluk serta menyrmbuhkan luka luka kita.

Yesus berkata kepada Tomas: "Taruhlah jarimu di sini dan lihatlah tangan-Ku, ulurkanlah tanganmu dan cucukkan ke dalam lambungKu..dan jangan engkau tidak percaya lagi, melainkan percayalah. (Yohanes 20:27)

Ya..percayalah bahwa AKU tetap Tuhan yang sama...yang tetap hadir dalam sukacitamu maupun dalam luka deritamu..

Amin

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D29

Bacaan: Kejadian 18:16-33

Akhir akhir ini banyak beredar seruan untuk berdoa bagi Indonesia, yang disampaikan lewat WA, BBM atau FB. Tentu hal itu boleh boleh saja..dan bahkan baik.  Tetapi yang harus dicermati adalah isi dari seruan tsb. Apakah penulis dan penyebar pokok pokok doa syafaat tersebut sadar dan mengerti apa yang disebut sebagai doa syafaat? Sebab alih alih mengajak umat berdoa dan berbuat sesuatu yang baik bagi bangsa ini..pokok pokok doa tsb malah bernada memberi perintah dan petunjuk bagi Tuhan untuk menyatakan diriNya dan menunjukkan kuasaNya. Wuah.. doa semacam itu bukan bersyafaat namanya. Orang lain yang menerima kiriman doa tsb bukannya bertobat malah makin membenci orang Kristen karena ada semacam ajakan "perang" dalam pokok pokok doa tsb.

Jadi, apa yang bisa kita kerjakan saat ini untuk bersyafaat bagi Indonesia?

  1. Mencari dan memohon kepada Allah untuk membukakan pesan apa yang hendak Allah sampaikan bagi kita semua, bagi Gereja dan bagi warga negara Indonesia. Bersyafaat itu pertama tama bukan menyuruh Allah untuk bertindak atas nama kita...tetapi mengajak kita  untuk sujud memohon belaskasihan Allah
  2. Memohonkan hikmat dan kearifan dalam mensikapi segala kemungkinan, sebagaimana dinyatakan oleh FT: "Karena itu, perhatikanlah dengan saksama, bagaimana kamu hidup, janganlah seperti orang bebal, tetapi seperti orang arif, dan pergunakanlah waktu yang ada, karena hari-hari ini adalah jahat. Sebab itu janganlah kamu bodoh, tetapi usahakanlah supaya kamu mengerti kehendak Tuhan." (Efesus 5:15-17)
  3. Ajakan pertobatan dan mintalah pengampunan. Ya..doa syafaat adalah doa untuk mencari wajah Tuhan. Carilah TUHAN selama Ia berkenan ditemui; berserulah kepada-Nya selama Ia dekat!  Baiklah orang fasik meninggalkan jalannya, dan orang jahat meninggalkan rancangannya; baiklah ia kembali kepada TUHAN, maka Dia akan mengasihaninya, dan kepada Allah kita, sebab Ia memberi pengampunan dengan limpahnya. (Yesaya 55:6-7). Dalam 2 Tawarikh 7:14, Allah juga berkata: "dan (apabila) umat-Ku, yang atasnya nama-Ku disebut, merendahkan diri, berdoa dan mencari wajah-Ku, lalu berbalik dari jalan-jalannya yang jahat, maka Aku akan mendengar dari sorga dan mengampuni dosa mereka, serta memulihkan negeri mereka."
  4. Bersyafaatlah bagi keselamatan seluruh bangsa bukan untuk (keuntungan) diri sendiri saja, sebagai mana Abraham yang menaikkan syafaatnya kepada Allah untuk keselamatan Lot dan keluarganya, bahkan jg untuk seluruh Sodom dan Gomora. Walaupun Allah pada akhirnya berkehandak lain, namun doa Abraham bukanlah doa yang sia sia.
Maka, biarlah kiranya TUHAN melihat kemurnian hati kita dan mendengar setiap doa kita, sebab bangsa ini akan tetap tegak berdiri bila didalamnya ada pilar pilar doa, yang setia bersyafaat bagi keluarga dan bangsanya.

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D28

Bacaan : Lukas 4:18-19

Hari ini kita akan bahas Trilogi yg  terakhir dari pemuridan yakni PEMBEBASAN.

Berita pembebasan itulah berita yang sangat kuat gaungnya di kitab kitab Injil. Yesus datang ke dunia sebagai penyelamat dan pembebas manusia dari ikatan dosa, kemiskinan maupun ketertindasan. Paling tidak itulah kesan fenomenal yang muncul pada abat pertama sampai ketiga masehi. Berita yang disampaikanNya adalah kelanjutan dari suara nabi nabi, khususnya nabi Yesaya yang menyerukan kedatangan tahun rahmat Tuhan, yakni kabar baik bagi orang orang miskin; pembebasan bagi orang orang tawanan, penglihatan bagi orang orang buta dan pembebasan orang orang tertindas. Dan berita itu yang digenapkan melalui pemberitaan dan hidup Yesus.

Tentulah berita itu menghenyakkan banyak orang. Saat Yesus berkata pada hari ini genaplah nas itu ketika kamu mendengarnya, maka para pendengarnya geger. Mereka heran, namun juga takut tak percaya..dan mulai mempertanyakan siapa DIA.

Saudara,
Berita Injil adalah berita pembebasan. Jangan melembekkannya atau menggantikannya dengan berita berita yang lainnya. Sayangnya berita ini makin lama makin melemah. Banyak orang Kristen dan Gereja enggan menjadi murid yang menggaungkan inti Injil sebagaimana yang DIBERITAKAN dan DIKERJAKAN oleh Yesus itu. Orang Kristen dan gereja malah ribet ribut soal doktrin dan konsep tentang kebenaran dan keselamatan yg sudah GENAP dan SELESAI dikerjakan oleh Tuhan Yesus.

Akibatnya..ajaran dan suara kenabian  Gereja juga nampak melempem, karena tidak ada  yang berpihak pada perwujudan tahun rahmat Tuhan secara tegas dan jelas dijalan kehidupan. Malahan..nubuatan yang sekarang banyak diperdengarkan adalah nubuatan profetik yang diarahkan pada pemenuhan janji Tuhan bagi kebesaran diri sendiri saja.

Saudara,
Inilah tantangan riil kita untuk menanggapi panggilan menjadi murid. Jika kita sudah belajar mengenai PENGURAPAN, PENGGENAPAN, maka berita PEMBEBASAN harus berani dibuka, dibaca, dikisahkan, diwartakan dan dihidupkan, agar sungguh dunia melihat Tahun Rahmat Tuhan sudah datang...

disini dan kini.

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D27

Bacaan: Lukas 4:21-22

Hari ini kita lanjutkan perenungan MK kita pada Trilogi kedua dari jalan kemuridan, yakni PENGGENAPAN.

Ada 2 pengertian tentang PENGGENAPAN ini, pertama, menjadikan sesuatu genap, utuh atau penuh. Kedua, menjadikan apa yang telah di firmankan terjadi.

1. GENAP
Penggenapan memiliki akar kata GENAP yang berarti penuh, utuh, lengkap. Menjadi murid Kristus berarti menjadi utuh dan genap dalam keyakinan maupun tutur tindakan. Dalam keinginan daging maupun dalam ketaatan roh. Pendek kata SELARAS atau SINKRON.

Tuhan Yesus dengan tegas mengingatkan:
"Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga.Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan!" (Matius 7:21-23)

2. TERJADILAH
Penggenapan berarti menjadikan sesuatu yang dinyatakan (difirmankan) sebelumnya oleh Allah terjadi..atau di genapkan..atau dikerjakan !

Kotbah pertama yang dilakukan oleh Yesus adalah dikampungnya sendiri, di Nazareth. Saat itu kepada Yesus diberikan kitab Yesaya dan Yesus membaca teks yang mengatakan: "Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik...pembebasan...penglihatan....dan tahun rahmat Tuhan telah datang."
Dan usai membaca Yesus menegaskan: "pada hari ini GENAPLAH nas ini ketika kamu mendengarnya.."
Maka gemparlah rumah ibadat itu, karena Yesus berani mengGENAPkan apa yang tertulis menjadi nyata lewat diriNya.
Ya..Yesus datang (dan itu juga berarti panggilan kemuridan Gereja) untuk menjadikan Firman (kuasa) kabar baik..pembebasan...penglihatan...dan berita rahmat itu menjadi benar benar terwujud digenapkan dalam kehidupan.

Saudara,
Itulah panggilan kemuridan kita. Bukan berorientasi pada berapa ayat yang bisa kita baca setiap hari...atau berapa jam doa yang kita latihkan sebagai disiplin rohani.. melainkan seberapa banyak kita bertekun untuk menggenapkan apa yang sudah dinubuatkan di kitab suci.

Ingat..!!
Hanya penggenapanlah yang akan menjadikan kita murid Kristus yang utuh dan sejati. Hanya penggenapanlah yang akan menjadikan kata kata dan hidup kita (Gereja) penuh kuasa.... Kuasa kabar baik..kuasa pembebasan..kuasa penglihatan dan kuasa untuk menyatakan tahun rahmat Tuhan sudah datang. Itulah yang sedang dinantikan dunia atas Gereja dan hidup orang percaya..

(bersambung)

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D26

Bacaan: Lukas 3:21-22; 4:18

Melanjutkan renungan MK kemarin, hari ini kita membahas Trilogi pertama dari pemuridan yakni PENGURAPAN.

Mencermati apa yang terjadi di Mesir, Suriah dan yang akhir akhir ini tanda tandanya mulai terjadi di Indonesia..seorang rekan mengatakan bahwa itu semua sudah dinubuatkan dalam Alkitab. Anti Chrits akan datang dengan kekekuatan yang bergelombang..banyak gereja akan mendapati aniaya dan orang percaya akan menyangkali imannya... ya semua sudah dinubuatkan..dan pasti akan terjadi.

Ooo..tentu kami tak menyangkali bahwa itu semua sudah di nubuatkan oleh Tuhan Yesus sendiri bahwa banyak orang akan tergoncang imannya dan tercerai berai seperti domba tanpa gembala. Dan bahwa gembala gembala akan dianiaya dan dibunuh. Ya...semuanya itu sudah dinubuatkan.

Tetapi....
Apakah dengan demikian kita berdiam diri saja dalam menantikan kegenapan nubuatan tersebut? Apakah itu yang diinginkan oleh Tuhan. Atau sesungguhnya Tuhan memberitahukan nubuatan tsb untuk mengingatkan kita...mempersiapkan kita dan mengurapi kita agar dapat bertahan dan bahkan berkemenangan jika sesuatu yang buruk itu benar benar terjadi?

PENGURAPAN

Ya, kunci itulah yang diajarkan dan diteladankan oleh Yesus sendiri. Ada dua model pengurapan yang dicontohkan oleh Yesus sendiri, yakni baptisan dan pembasuhan kaki.

Yesus sebelum memasuki panggilan pelayananNya, Ia menerima pengurapan Allah melalui baptisan Yohanes.  Yohanes tentu saja awalnya menolak, sebab bagaimana mungkin ia membaptiskan Anak Allah yang jauh lebih besar dari dirinya, sedang membungkuk dan membuka tali kasutNya saja ia tidak layak (Mark 1:7). Namun semua yg telah menjadi ketetapan Allah harus digenapi, karena itu Yesus harus di baptiskan oleh Yohanes dan menerima pengurapan Roh Kudus dari Allah.

Yesus sebelum memasuki Yerusalem untuk menggenapi seluruh nubuatan tentang penderitaan dan kematianNya (serta kebangkitanNya),  Ia juga diurapi kakinya oleh Maria dengan setengah kati minyak Narwastu murni yang mahal harganya. Itu adalah pengurapan yang sangat dramatis untuk meneguhkan kaki Yesus sebelum melalui jalan derita via dolorosa dan...pengurapan itu juga dilakukan oleh Maria untuk menyiapkan kematian Yesus.

Saudara, jika disimpulkan, pengurapan itu meliputi 3 hal:

  1. Adanya panggilan yang jelas untuk melayani, bukan ikut ikutan atau mencari kenyamanan diri sendiri. Gereja harus mulai menegaskan ulang panggilan pelayanan ini.
  2. Kerendahan hati untuk sedia "tunduk" pada penggenapan rencana Sang BAPA...walau untuk itu kita harus menderita.
  3. Kesiapan untuk memasuki jalan derita dan bahkan kematian...dengan keanggunan cinta dan pengabdian.

Jadi..
Melalui pengurapan, panggilan akan diteguhkan.  Melalui pengurapan, penderitaan akan dihadapi dengan penuh keberanian. Melalui pengurapan, kematian bukanlah ujung maut..melainkan pintu awal bagi kebenaran dan kehidupan yang akan dinyatakan..

"Karena (dengan demikian) kamu telah menyucikan dirimu oleh ketaatan kepada kebenaran, sehingga kamu dapat mengamalkan kasih persaudaraan yang tulus ikhlas, hendaklah kamu bersungguh-sungguh saling mengasihi dengan segenap hatimu. Karena kamu telah dilahirkan kembali bukan dari benih yang fana, tetapi dari benih yang tidak fana, oleh firman Allah, yang hidup dan yang kekal." (1Petrus 1:22-23)

(bersambung)

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D25

Bacaan: Matius 28:16-20

Salah satu panggilan yang terpenting (dan mendesak) bagi Gereja saat ini adalah panggilan KEMURIDAN...yakni menjadi murid sekaligus memuridkan. Sungguh..Gereja di Indonesia akan kocar kacir menghadapi tekanan dan penindasan apabila tidak kembali pada Jalan KEMURIDAN.

Michael Wilkins, profesor Perjanjian Baru menjelaskan pengertian MURID sebagai istilah khusus yang digunakan di kitab kitab Injil yang menunjuk kepada para pengikut Yesus dan merupakan sebutan yang umum bagi mereka yang dalam gereja mula mula disebut orang percaya, orang orang Kristiani, para saudara saudari, kawan seperjalanan atau orang orang suci.. Istilah atau penyebutan murid tersebut setidaknya 230 kali diseluruh Injil dan 28 kali dalam Kisah Para Rasul.

Wow..! Sebutan murid di kitab kitab Injil dan kisah para rasul sampai abad ke empat terasa banget spesifiknya, karakternya dan dampaknya, khususnya pada saat masa masa aniaya.

Seseorang pernah bertanya kepada kami konsep murid seperti apakah yang akan kami ajarkan kepada umat? Kami memahami arah pertanyaannya, yakni ingin mengetahui lebih lanjut model dan modul apakah yang akan kami pakai untuk memuridkan umat?

Menjawab pertanyaan tersebut, kami menjawab menjadikan murid itu pertama tama bukan soal modul dan model, namun soal bagaimana diri kami sendiri diubahkan untuk menjadi murid. Hanya orang yang mau dibentuk menjadi muridlah yang akan bisa memuridkan. Inilah model yang dicontohkan oleh Tuhan Yesus sendiri. DIA bersedia untuk "dimuridkan" agar diperlengkapi dengan kuasa pemuridan.

Jika kita simak dengan teliti kisah kisah yang diuraikan oleh Lukas dengan runut didalam Injil Lukas pasal 3 dan 4, kita akan menemukan patron trilogi (tiga hal yang saling bertaut dan saling bergantung) pemuridan yang luar biasa dahsyatnya, yakni dimulai dengan  pembaptisan oleh Yohanes, pengurapan oleh Roh Kudus dan pencobaan dipadang gurun, serta inti pengajaranNya saat DIA kembali ke kampung halamanNya yakni Nazareth.

Trilogi itulah yang menjadi pola pemuridan ala Sang Guru kita Yesus Kristus untuk kita jalankan juga saat ini, yakni : PENGURAPAN, PENGGENAPAN dan PEMBEBASAN.

Nah bagaimana ketiga hal tersebut diurai-jabarkan? Besok akan kami jabarkan satu persatu...

(bersambung)

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D24

Bacaan: Yohanes 20: 11-18

Saudara...
Tahukah kita bahwa peristiwa PASKAH atau kebangkitan Yesus..tidak hanya (bisa) kita maknai sebagai Kristus yang bangkit untuk pergi (naik) ke Sorga..tetapi juga (perlu) kita maknai sebagai KRISTUS yang bangkit untuk HADIR menyapa umatNya dalam rupa dan yang tak terduga.  Mari kita dalami kisah di Yohanes 20:11-18. Satu kisah menarik yang menyatakan bahwa Maria dijumpai dan disapa namanya oleh Yesus dengan cara yang sangat personal dan yang tak dikenali sebelumnya.

Maria tahu ada "satu pribadi" didepan (malaikat) dibelakangnya (Yesus)..tetapi Maria tak mengenalinya.. ia menyangka pribadi itu "just anybody". Pribadi-pribadi yang tidak penting atau yang bakalan sibuk dengan urusannya masing masing. Pribadi pribadi yang tidak bakal mengerti dan peduli dengan kesedihan dan kekosongan hatinya. Tetapi saat pribadi itu memanggil namanya "Maria!", maka terbukalah mata Maria bahwa pribadi itu bukan sekedar anybody..pribadi itu adalah Yesus. Ya....hanya Yesuslah yang mengenali namanya dan ia pun mengenali suaraNya... Sama seperti gembala yang baik, yang mengenal nama domba dombanya dan domba dombanya pun mengenal suara gembalanya (Yoh 10:27).

Saudaraku,
Saat engkau "menangis di samping kubur", saat itulah engkau merasakan kekeringan, kebosanan, kehampaan dan penderitaan batin, kesendirian dan kehilangan secara batiniah. Nah..saat itulah engkau tidak dapat lagi melihat kehadiran pribadi lain kecuali dirimu sendiri.. bahkan pribadi Yesus yang hadirpun tak kau sadari. Saat seperti itu engkau membutuhkan keteduhan hati...SILENT and LISTEN. Hanya dalam tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu (Yes 30:15). Ya, hanya dalam keheningan batin itulah seluruh lintasan kegalauan pikiran akan mereda dan engkau akan mulai mendengar dengan jelas namamu disebut.

Sayang sekali saat ini...banyak Agama atau Gereja yang akhir akhir ini sibuk mencari TUHAN dalam kegaduhan...dan melupakan keheningan. Kegaduhan untuk membuktikan dirinya paling benar dan paling besar. Kegaduhan untuk menciptakan segregasi dan kebencian..ketimbang membangun relasi intim dengan TUHAN.. Ini tentu sangatlah memprihatinkan..sebab TUHAN bersabda: "Kegaduhan orang-orang luar Kau diamkan; seperti panas terik ditiadakan oleh naungan awan, demikianlah nyanyian orang-orang yang gagah sombong ditiadakan." (Yes 25:5)

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D22

Bacaan: II Samuel 19:1-8

Pernahkah saudara membuat satu pilihan, kemudian tak berdaya untuk mengubahnya? Atau memberikan mandat kepada seseorang dengan harapan akan ada perbaikan..tetapi yang terjadi justru keburukan dan kejahatan?

Kisah berikut kiranya bisa menjadi pelajaran yang berharga.

Suatu saat anak Daud yang bernama Absalom bangkit melawan Daud. Daud marah...kemudian Daud mengirim pasukan dibawah pimpinan Yoab dan Abisai untuk mengejar Absalom, dengan pesan: "Perlakukanlah Absalom, anak muda itu dengan lunak karena aku."  Seluruh tentara mendengar, ketika raja memberi perintah itu.

Saat pertempuran terjadi, Absalom kalah dan melarikan diri menunggangi bagal melewati jalinan dahan dahan pohon terbantin....apesnya Absalom tersangkut kepalanya ke dahan dahan pohon. Yoab yang diberitahu ...kemudian mendatangi Absalom, dan mengambil keputusan untuk membunuh Absalom dengan mengabaikan "pesan" Daud. Yoab mengambil tiga lembing dan ditikamkan ke dada Absalom. Sedang Absalom masih hidup, sepuluh bujang pembawa senjata Yoab, mengelilingi Absalom, lalu memukul dan membunuh dia. Mayat Absalom pun dilemparkan kedalam lubang besar dihutan. Sungguh sangat mengerikan.

Kabar kematian Absalom akhirnya sampai juga ke raja Daud. Tentu saja hal itu mengejutkan Daud. Sebab bukankah ia telah berpesan bahwa Absalom cukup dihajar "dengan lunak" dan jangan dibunuh. Tetapi mengapa sekarang ia mendengar kabar kematian Absalom? Bahkan dibunuh secara kejam? Tentu Daud terkejut, marah dan menyesal dengan amat sangat hingga ia berteriak: "Anakku Absalom, anakku Absalom! Ah, kalau aku mati menggantikan engkau, Absalom anakku, anakku!"

Tragis...bukan!!
Berita kemenangan pun tiba tiba berganti menjadi perkabungan. Tentara yang pulang dari pertempuran merasa malu dan sebagian melarikan diri karena takut akan kemarahan Daud.

Saudaraku,
Berhati hatilah dalam memberikan mandat dan amanah kepada orang (kelompok orang) yang jelas jelas tidak bisa dipercaya atau yang punya agenda tersendiri. Sebab alih alih menjalankan mandat dan kewenangan yang Anda berikan...ia malah justru akan memanfaatkan kewenangan yang Anda berikan untuk menghancurkan dan atau mengambil alih semua yang Anda miliki.

Sesungguhnya...

Pemberian mandat kekuasaan kepada orang yang tidak tepat..akan menjadi bencana..yang dampaknya akan Anda sesali seumur hidup..

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D21

Bacaan: Matius 5:6

Di acara Mata Najwa pernah ditampilkan kisah orang orang kecil yang berjuang mencari kebenaran. Ternyata harga sebuah kebenaran begitu mahal manakala berhadapan dengan uang dan kekuasaan.

Hendra, seorang office boy tiba tiba harus ditangkap dan dipenjara dengan tuduhan korupsi. Bagaimana mungkin dia yang bekerja sebagai office boy disangkakan korupsi videotron? Tanpa bisa membela diri, ia harus dipenjara selama 13 bln. Ia dijadikan tumbal oleh boss nya.

Sri Mulyati yg telah bekerja 2 th sebagai kasir ditempat karaoke, juga bernasib naas dipenjara selama 13 bulan karena tuduhan mempekerjakan anak anak dibawah umur. Ia dikorbankan oleh boss nya yang melenggang bebas. Sri Mulyati harus dipisahkan dengan suami dan anak anaknya dan menanggung hutang hingga 13 jt. Pertanyaannya dimanakah kebenaran dan keadilan itu? Adakah pencari kebenaran bisa dipuaskan?

Saudara,
Harus jujur diakui kebenaran dan keadilan di dunia ini masih sangat sarat dengan kepentingan dan rekayasa kekuasaan. Siapa yang kaya dan punya kuasa dapat membeli dan menentukan kebenaran seturut dengan versinya. Susah mencari kebenaran bagi orang orang kecil. Lalu bagaimana memaknai perkataan Yesus dihadapan orang kecil dan lemah: "Berbahagialah orang yang haus dan lapar akan kebenaran karena mereka akan dipuaskan."

Menurut kami,
saat Yesus berkata berbahagialah orang yang haus dan lapar akan kebenaran, seseungguhnya Ia sedang merujuk pada tawaran akan DIRINYA sendiri sebagai jawabannya, bukan pada tataran konsep yang mengawang awang di langit cekung diatas bumi datar. Yesus berkata:
"Akulah jalan dan kebenaran dan hidup.." (Yoh 14:6).

Jadi,
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang berani menawarkan dirinya sebagai jawaban dan bersedia untuk diuji konsistensi sebagai JALAN, KEBENARAN dan HIDUP. Yesus tidak datang  mengobral pepesan kosong yang melambungkan emosi pendengarNya. Sebab perkataan Yesus telah Ia buktikan dalam seluruh hidup dan karyaNya..track recordNya jelas, yakni keberpihakanNya kepada yang haus dan lapar akan kebenaran.

Nah, sekarang bagaimana dengan kita..bagaimana dengan Gereja? Apakah kita juga memiliki keberpihakan yang sama? Semoga kita dan Gereja mampu menghadirkan diri seperti Yesus yang menghadirkan diriNya sebagai roti hidup dan air kelegaan bagi kaum lemah yang haus dan lapar akan kebenaran.

Yup....
Inilah tantangan konsistensi iman kita sebagai pengikut Kristus...sebagai Gereja...
yang hari hari ini makin dinanti kehadirannya...
di dunia nyata.

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D20

Bacaan: Yesaya 30:15

Siapapun pernah menghadapi masalah atau kenyataan yang tidak seperti yang diharapkan. Contoh ketika kita berdoa agar kebaikan dan kebenaran yang menang....eeh.. Tuhan malah ijinkan yang sebaliknya.

Lalu muncul pertanyaan "Tuhan mengapa semua ini terjadi?"

Saudara, ijinkan kami memberikan dua kata penting yang perlu diingat saat menghadapi kenyataan yang susah diterima oleh "akal sehat", yakni TENANG dan PERCAYA.

Bacaan MK kita dari Yesaya 30:15 mengatakan: "Dengan bertobat dan tinggal diam kamu akan diselamatkan, dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu." Ini adalah perkataan Allah sendiri kepada umat Israel yang sedang kecewa, galau, terjepit dan takut akan terjadinya tekanan dan penindasan.

Tuhan ingin agar dalam situasi apapun, kita berespon benar yakni TENANG dan PERCAYA!

Pertama, dalam ketenangan kita diminta untuk mengkoreksi diri dan bertobat. Jangan berespon panik, menyalahkan situasi, orang lain bahkan Tuhan. Ingat kepanikan hanya akan menenggelamkan kita. Sama seperti orang yang tak bisa berenang, tercebur dalam kolam renang. Semakin ia panik, semakin tenggelamlah ia. Orang yang mau menolongnyapun ragu karena takut diseret dan tenggelam bersama dengannya. Maka caranya cuma satu, dia harus tenang atau ditenangkan agar bisa ditolong.

Kedua, dalam percaya, kita diminta untuk kembali kepada jalan Tuhan, kepada cinta mula mula, kepada hidup dalam kebenaran dan kekuatan FirmanNYA. Tuhan Yesus sendiri mengatakan:   "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yoh 15:7)

Saudara,
Ketika semua jalan nampak buntu, depan belakang, kiri kanan sudah tak ada jalan, maka disitu saatnya berlutut dan melihat ke atas.

Tenanglah dan percayakan hidupmu kepada Tuhan. Biarkan Tuhan bertindak dengan kehendakNYA (God's will) caraNYA (God's way), dan waktuNYA (God's time).

Sebab...
Often when we lose hope and think this is the end, GOD smiles from above and says, "Relax, sweetheart, it's just a bend, not the end!
TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D19

Bacaan: Lukas 18:9-17

Akhirnya hiruk pikuk kampanye Pil-Gub DKI putaran kedua usai. Hari ini warga Jakarta menentukan pilihannya..dan seluruh bangsa Indonesia ikut deg deg-an harap harap cemas siapa yang akan menjadi pemenangnya, Ahok-Djarot atau Anies-Sandiaga. Nomor dua atau nomor tiga! Berharap yang menang tidak jumawa, yang kalah tidak memantik huru hara. Lewat semua proses yang penuh ketegangan dan intrik ini, kita kini lega bisa melewatinya dan bangga bisa memetik pelajaran yang berharga. Pelajaran berharga apa yang bisa ambil?

Saudara, melalui bacaan MK hari ini, kami ajak saudara saudara mengkilas kisahkan apa yang terjadi saat ini dengan apa yang ada di kisah Lukas 18:9-17, sbb:

Ada 2 orang yang datang ke Bait Allah, orang yang pertama datang dengan kesombongannya merasa diri benar dan layak..sedangkan orang yang kedua merasa masih jauh dari sempurna...merasa diri kecil dan lemah.

Orang yang pertama tampak bersemangat bahkan ngotot dalam pamer kehebatan diri.. Ia seorang pengolah kata yang handal, yang tak sungkan apalagi malu untuk memuja kehebatan diri sendiri dan  memandang rendah orang lain. Dia lebih suka menyerang kelemahan orang lain secara emosional...

Orang yang kedua, merasa diri kecil dan lemah..untuk berdoapun ia tidak berani menengadah ke langit.. Ia hanya meminta belaskasihan Tuhan, karena ia sadar siapa dirinya..dia dari kelompok marginal, yang sering dipinggirkan karena status sosial politiknya dianggap minoritas.

Siapakah diantara mereka yang dibenarkan dan dibesarkan Tuhan? Orang pertama atau kedua?

Lalu perikop tersebut dilanjutkan dengan kisah tentang penghalangan anak anak datang mendekat kepada  Tuhan. Ada semacam batasan siapa yang boleh dan tidak boleh masuk dalam "lingkaran kekuasaan". Sekali lagi ini soal kelayakan. Ada yang merasa dirinya sudah layak (bahkan sudah membentuk tim transisi) dan memandang orang lain tidak layak karena preferansi keagamaan, kesukuan atau golongan. Ada yang merasa dirinya seperti anak kecil yang jujur dan polos..dia hanya akan mengatakan apa yang memang ia rasakan dan sudah kerjakan.

Nah, siapakah diantara mereka yang  dibenarkan dan dilayakkan untuk datang mendekat Tuhan? Orang "besar" itu atau "anak anak" ?

Hmm....ternyata Tuhan Yesus mengangkat kisah tsb, karena Ia tidak suka dengan  sikap keagamaan yang jumawa atau yang menganggap diri layak dihadapan Tuhan. Karena itu Tuhan Yesus berkata:

"Biarkan anak anak itu datang kepadaKu, jangan kamu menghalang halangi mereka, sebab orang orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah."


Saudara, apa pesan dari dua kisah tsb?

Pertama, jangan ngotot untuk mendeklarasikan diri sebagai yang layak dan yang paling benar. Sebab bisa jadi kepada yang merasa diri layak, justru ditolak..sedangkan kepada yg merasa lemah..Tuhan malah memberi amanah.

Kedua, jangan membentengi amanah hanya bagi lingkaran suku atau agama  tertentu saja..seolah amanah kepemimpinan itu  hanya boleh berputar diantara golongan atau agama yang merasa benar dan besar saja.. Padahal rakyat kecillah justru empunya amanah dan kuasa yang sesungguhnya. Jelas Yesus mengatakan bahwa merekalah (rakyat kecil) yang empunya "Kerajaan Allah" yang sesungguhnya. Dan hanya kepada pribadi yang sabar dan telah terbukti mengabdi dan melayani (memanusiakan) yang kecil dan lemah itulah yang layak untuk menjadi pemimpin.

Semoga DUA hal tersebut menjadi pelajaran berharga bagi kita hari ini untuk menentukan pilihan kita hari ini.

Apakah kita akan memilih pemimpin yang sombong dan jumawa atau kita memilih pemimpin yang jujur dan rendah hatinya?

Apakah kita akan memilih pemimpin yang menghalang halangi yang kecil dan lemah untuk datang kepada kepada Tuhan? Atau yang membawa kemanusiaan mereka untuk dimuliakan Tuhan?

Kalau saya sih akan memilih yang KEDUA...

bagaimana dengan Anda?

TAD-Ani