Renungan Mezbah Keluarga #17E11

Bacaan : Filipi 2:5-8

EMPATHY

Injil harus diberitakan dengan sikap hati dan cara yang empatik, bukan triumphalistik. Mungkin ada yang masih belum jelas mengenai empati ini. Empati adalah sikap hati yang membuat orang merasa dirinya dalam keadaan, perasaan atau pikiran yang sama dengan orang lain. Dalam istilah lain, empati dapat diartikan sebagai kemampuan untuk menyadari diri sendiri atas  perasaan seseorang, lalu bertindak untuk membantu orang tersebut. Pendek kata empati itu: 

  1. peka untuk memahami perasaan dan kebutuhan orang lain
  2. menempatkan diri sebagaimana posisi orang tsb
  3. bertindak untuk menolong orang tsb.

Itulah yang dicontohkan dan diperintahkan oleh Yesus Kristus, sebagaimana yang disaksikan oleh rasul Paulus:
"Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus,
yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan,
melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib." (Filipi 2:5-8)

Sekarang pertanyaannya: Dapatkah Gereja berlaku empatik dalam membawa KABAR BAIK bagi lingkungannya? Tentu saja dapat! Dengan cara apa? Dengan cara HADIR dikehidupan dan menjadi bagian dalam kehidupan orang yang membutuhkan KABAR BAIK. Adalah seorang pendeta GPDI yang bernama Agus Tato (karena tubuhnya penuh tato) yang terpanggil untuk HADIR dan melayani anak anak para PSK di Banjir Kanal Timur Semarang. Sudah lebih dari 10 tahun Pdt. Agus (dan Gerejanya) membagi hidup dan KABAR BAIK untuk para waria, PSK dan anak anak PSK ditempat kumuh tsb. "Kalau tidak ada yang ngaruhke, kasihan masa depan anak-anak itu. Karena itu, saya mau mendampingi mereka,’’ ucap Pdt. Agus.

Nah, itulah contoh empati yang bisa dilakukan oleh Gereja bagi dunia, yakni membawa KABAR BAIK pada orang orang yang membutuhkan, yang "sakit" dan yang  "berdosa". Bukankah untuk itu Injil diberitakan? Yesus berkata: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa." (Markus 2:17)

Tentulah, tidak semua Gereja atau Pendeta harus niru persis plek seperti yang dilakukan oleh Pdt. Agus Tato. Karena kita perlu mencari bentuk dan panggilan kita sendiri sendiri...namun yang pasti kita dan Gereja saat ini terpanggil untuk HADIR dan ber-EMPATI bagi dunia. Sekarang sudah tidak jamannya lagi untuk bertanya berapa banyak orang yang bisa kita (Gereja) hadirkan didalam Gereja...TETAPI bertanyalah berapa  banyak karya karya empatik Gereja yang bisa dihadirkan bagi masyarakat sekitarnya.

Itu KABAR BAIK yang sesungguhnya!

TAD

No comments:

Post a Comment