Bacaan: Lukas 18:9-17
Akhirnya hiruk pikuk kampanye Pil-Gub DKI putaran kedua usai. Hari ini warga Jakarta menentukan pilihannya..dan seluruh bangsa Indonesia ikut deg deg-an harap harap cemas siapa yang akan menjadi pemenangnya, Ahok-Djarot atau Anies-Sandiaga. Nomor dua atau nomor tiga! Berharap yang menang tidak jumawa, yang kalah tidak memantik huru hara. Lewat semua proses yang penuh ketegangan dan intrik ini, kita kini lega bisa melewatinya dan bangga bisa memetik pelajaran yang berharga. Pelajaran berharga apa yang bisa ambil?
Saudara, melalui bacaan MK hari ini, kami ajak saudara saudara mengkilas kisahkan apa yang terjadi saat ini dengan apa yang ada di kisah Lukas 18:9-17, sbb:
Ada 2 orang yang datang ke Bait Allah, orang yang pertama datang dengan kesombongannya merasa diri benar dan layak..sedangkan orang yang kedua merasa masih jauh dari sempurna...merasa diri kecil dan lemah.
Orang yang pertama tampak bersemangat bahkan ngotot dalam pamer kehebatan diri.. Ia seorang pengolah kata yang handal, yang tak sungkan apalagi malu untuk memuja kehebatan diri sendiri dan memandang rendah orang lain. Dia lebih suka menyerang kelemahan orang lain secara emosional...
Orang yang kedua, merasa diri kecil dan lemah..untuk berdoapun ia tidak berani menengadah ke langit.. Ia hanya meminta belaskasihan Tuhan, karena ia sadar siapa dirinya..dia dari kelompok marginal, yang sering dipinggirkan karena status sosial politiknya dianggap minoritas.
Siapakah diantara mereka yang dibenarkan dan dibesarkan Tuhan? Orang pertama atau kedua?
Lalu perikop tersebut dilanjutkan dengan kisah tentang penghalangan anak anak datang mendekat kepada Tuhan. Ada semacam batasan siapa yang boleh dan tidak boleh masuk dalam "lingkaran kekuasaan". Sekali lagi ini soal kelayakan. Ada yang merasa dirinya sudah layak (bahkan sudah membentuk tim transisi) dan memandang orang lain tidak layak karena preferansi keagamaan, kesukuan atau golongan. Ada yang merasa dirinya seperti anak kecil yang jujur dan polos..dia hanya akan mengatakan apa yang memang ia rasakan dan sudah kerjakan.
Nah, siapakah diantara mereka yang dibenarkan dan dilayakkan untuk datang mendekat Tuhan? Orang "besar" itu atau "anak anak" ?
Hmm....ternyata Tuhan Yesus mengangkat kisah tsb, karena Ia tidak suka dengan sikap keagamaan yang jumawa atau yang menganggap diri layak dihadapan Tuhan. Karena itu Tuhan Yesus berkata:
"Biarkan anak anak itu datang kepadaKu, jangan kamu menghalang halangi mereka, sebab orang orang yang seperti itulah yang empunya Kerajaan Allah."
Saudara, apa pesan dari dua kisah tsb?
Pertama, jangan ngotot untuk mendeklarasikan diri sebagai yang layak dan yang paling benar. Sebab bisa jadi kepada yang merasa diri layak, justru ditolak..sedangkan kepada yg merasa lemah..Tuhan malah memberi amanah.
Kedua, jangan membentengi amanah hanya bagi lingkaran suku atau agama tertentu saja..seolah amanah kepemimpinan itu hanya boleh berputar diantara golongan atau agama yang merasa benar dan besar saja.. Padahal rakyat kecillah justru empunya amanah dan kuasa yang sesungguhnya. Jelas Yesus mengatakan bahwa merekalah (rakyat kecil) yang empunya "Kerajaan Allah" yang sesungguhnya. Dan hanya kepada pribadi yang sabar dan telah terbukti mengabdi dan melayani (memanusiakan) yang kecil dan lemah itulah yang layak untuk menjadi pemimpin.
Semoga DUA hal tersebut menjadi pelajaran berharga bagi kita hari ini untuk menentukan pilihan kita hari ini.
Apakah kita akan memilih pemimpin yang sombong dan jumawa atau kita memilih pemimpin yang jujur dan rendah hatinya?
Apakah kita akan memilih pemimpin yang menghalang halangi yang kecil dan lemah untuk datang kepada kepada Tuhan? Atau yang membawa kemanusiaan mereka untuk dimuliakan Tuhan?
Kalau saya sih akan memilih yang KEDUA...
bagaimana dengan Anda?
TAD-Ani
No comments:
Post a Comment