Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 2 September 2016

Bacaan: Markus 9:2-13

"Pak..saya pernah mengalami pengalaman iman yg misterium tremendum et facinosum seperti itu. Bagaimana saya bisa membagikannya agar banyak orang mengalaminya (juga)? Saya ingin seperti Petrus yg membangun kemah buat menampung perasaan bahagia yg meluap luap itu", kata seorang rekan dari Bandung. 

Wuaah... kami rasa pengalaman iman yg seperti itu tidak mungkin bisa diwadahi dlm "kemah" atau diajarkan sebagai "titah". Sebab pengalaman iman spt itu adalah "sign". Ia tidak berhenti pada dirinya sendiri atau untuk kemuliaannya sendiri.

Yuk.. kita tengok kembali kisah itu tsb: "Maka nampaklah kepada mereka Elia bersama dengan Musa, keduanya sedang berbicara dengan Yesus.  Kata Petrus kepada Yesus: "Rabi, betapa bahagianya kami berada di tempat ini. Baiklah kami dirikan tiga kemah, satu untuk Engkau, satu untuk Musa dan satu untuk Elia." Ia berkata demikian, sebab tidak tahu apa yg harus dikatakannya, karena mereka sangat ketakutan. Maka datanglah awan menaungi mereka dan dari dalam awan itu terdengar suara: "Inilah Anak yang Kukasihi, dengarkanlah Dia."

Nah, coba perhatikan...!
Allah tidak mengijinkan Petrus untuk membangun apapun untuk "memeliharakan" perasaannya. Yang harus diingat justru perintah: "Inilah Anak yang Kukasihi, DENGARKANLAH Dia." 

Jadi,
Mendengarkan dan melaksanakan apa yg Yesus ajarkan itulah yg terpenting. Sebab pengalaman iman yg sehebat apapun, tidak pernah berdiri sendiri. Ia hanyalah "sign" yg menunjuk pada Firman. Perintah Allah jelas, yakni "Dengarkanlah Dia!" Dengarkanlah Yesus dan ajaranNya..ikutilah dengan taat dan setia. Sebab jikalau kita melakukannya maka kita bukan hanya melihat kemuliaan Musa, Elia dan Yesus...namun jg kemuliaan kita.

Roma 8:30 berkata:
"Dan mereka yg ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yg dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yg dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya."

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment