Renungan Mezbah Keluarga #16L15

Bacaan: Lukas 2:6-7

Membahas tema kesederhanaan sebagai kotbah Natal memang tidak mudah. Karena seruan kesederhanaan terasa terlampau lemah berbanding dengan gemuruhnya suasana dan fenomena Natal yang serba mewah. Betapa tidak?
Hampir semua gereja di bulan Desember melonjak anggarannya. Mall dan Super Market sibuk berlomba menjajakan aneka dagangan dengan label "discount" atau "cuci gudang" untuk menyedot semua tunjangan Natal yang datangnya setahun sekali itu. Sinterklas yang berwajah bundar dengan perut melebar siap menggenjot nafsu belanja kita sampai melewati titik batas ambang sadar. Figur Sinterklas menjadi pajangan utama dirumah makan, cafe, pusat hiburan, hotel, bahkan juga hadir digereja-gereja.
Dekorasi gereja menampilkan wajah sinterklas dipintu depan, di atas altar ada pohon natal yang gemerlapan, lengkap dengan salju salju buatan..dan tumpukan kado kado imitasi dibawah pohon natal dengan warna merah dan keemasan. Semua dekorasi yang megah mewah itu menyatu senada dengan wajah wajah yang sumringah dengan pakaian serba cerah.
Banyak gereja mulai menampilkan tarian anak anak yang diiringi musiknya "I saw mommy kissing Santa Claus" atau paduan suara anak anak dengan topi kas milik si sinterklas, persis pramusaji dan para sales di mall dan restoran mewah..dengan menyanyikan:

You better watch out
You better not cry
You better not pout
I'm telling you why
Santa Claus is coming to town
.......................
.......................

Dan tiba tiba...
ditengah tengah keramaian itu terasa suasana yang teramat sunyi...

Kisah lama kini berulang kembali. Yesus ku tak mendapat tempat dirumahNYA.. Walau semua orang sibuk merayakan kelahiranNYA..
IA tetap tinggal dikandang sunyi...
di luar gereja

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment