Bacaan: Matius 23:23
Merespon MK kemarin, ada yg berkirim pesan: "bener pak. Natal adalah berita dan praktek kasih. Sayang sekali sekarang praktek seperti itu mulai meredup tertutup gantang."
Benar. Praktek kasih mulai berubah menjadi slogan. Banyak orang yg memberi persembahan ke gereja bukan dgn semangat kasih yg membebaskan tetapi sbg beban iuran. Mengapa demikian? Ya karena kita telah mulai kehilangan daya kasih dan kepedulian dalam praktek harian.
Opa Siong Hien memberi nasehat saat kami berkunjung ke rumahnya 2 hari lalu: "Ati ati ama apa yg kita omongkan, karena itu adalah doa." lalu dia menceritakan pengalamannya. Dulu saat di Jepara, ia mengunjungi rekannya yg diberkati Tuhan dengan rumah, toko, 2 truk angkutan, sepeda motor, tetapi mulai jarang ke gereja.
"Kamu kok ndak ke gereja kenapa?"
"Ya cek...minggu depan aku ke gereja."
Sebulan kemudian, ternyata orang itu tetap tidak ke gereja. Lalu di kunjungi lagi dan ditanya dengan pertanyaan yg sama...dan jawabannya pun sama. Ini terjadi beberapa kali. sampai pada pertemuan yang terakhir, dia berkata.. "aku ndak punya suwal (celana) untuk ke gereja."
Waktupun berlalu dan orang tersebut jatuh sakit. Semua kekayaannya habis dijual untuk biaya pengobatan, dan bahkan pakaian2nya pun terpaksa dijual oleh anaknya. Orang itu meninggal dgn tdk memiliki celana.
Saudara,
Apakah tulisan MK ini dibuat untuk kepentingan gereja? Bukan! Tetapi untuk keseimbangan hidup kita. Yesus menegur keras: "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yg lain jangan diabaikan." (Matius 23:23).
Jadi memberi persembahan syukur kepada Tuhan itu penting, tetapi praktek kasih harian kepada sesama janganlah diabaikan (Mat 25:31-46)
TAD-Ani
No comments:
Post a Comment