Renungan Mezbah Keluarga #16L26

Bacaan: Roma 7:4-25

Poin ketiga dari berita Natal adalah DAMAI SEJAHTERA.
Natal menjadi jalan pendamaian yang paling masuk akal antara Allah dengan manusia yang berdosa. Manusia tak mungkin bisa mendapatkan kedamaian dengan kekuatannya sendiri. Tengok saja sejarah manusia, Alkitab mencatat bahwa kecenderungan manusia adalah jahat dari sejak kecilnya. (Kej 8:21). Bagaimana dengan agama? Apakah hal itu bisa membawa kedamaian batin dan tatanan? Rasul Paulus mengatakan sami mawon..tidak bisa! Sebab kita ini masih hidup dalam daging, dalam hawa nafsu dan dosa, yg rangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota2 tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut (Roma 7:5). Artinya agama malah bisa merangsang tindak kekerasan dan dosa, ketimbang membawa damai sejahtera. Lihat saja bagaimana penghinaan, fitnah, kebencian, pembersihan etnik dan ras, tindakan teror, pembunuhan dan peperangan yg justru banyak dilakukan atas nama agama.

Jika demikian apakah yg hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat (agama) itu dosa? Sekali kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat (agama) kita mengenal dosa (Rm 7:7). Contoh: hukum agama memberi perintah yang jelas: "jangan mengingini". Perintah itu tentulah baik, namun pada saat yg sama perintah tersebut justru merangsang orang untuk mengingini. Aneh memang. Tetapi itulah faktanya. Otak manusia itu tidak bisa di kendalikan dengan larangan. Apa yg dilarang justru yg dikerjakan. Rasul Paulus berkata: "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat... Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik" (Rm 7: 15-19).

Sekali lagi agama tidak bisa memberikan damai sejahtera? Semakin agama menekankan hukum dan larangan, semakin ia menghidupkan dosa dan kejahatan.

Lalu bagaimana damai sejahtera itu bisa diwujudkan?

(bersambung)

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment