Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 5 Desember 2016

Bacaan: Matius 25:31-46

Pengharapan akan datangnya Mesias sesungguhnya merupakan keunikan dari para pemeluk agama Abrahamic (Yahudi, Kristen, Islam). Bahkan bisa dikatakan, kita tidak akan bisa memahami ajaran ketiga agama tsb, jika dilepaskan dari gagasan tentang Mesias (Juru Selamat dunia). Menurut Hans Kohn, Messianisme adalah suatu pokok dalam agama tentang kedatangan "penebus" yg akan mengakhiri tatanan masa sekarang dan menggantikannya dengan tatanan baru yg adil dan bahagia. Filsuf Rusia, Nicolai Berdyaev mengatakan Messianisme itu sebagai "harapan", dan bukan sekedar wujud datangnya Ratu Adil. Harapan ini berupa konsep pemikiran yg dapat mempengaruhi tindakan manusia pada zamannya. Akibatnya setiap zaman akan memunculkan gagasan messianiknya sendiri2. Dan hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Erich Fromm bahwa manusia adalah homo esperans, makhluk yang selalu berpengharapan. Setiap manusia akan mengalami titik kulminasi dari seluruh keinginannya. Tidak semua yg diinginkan manusia akan tercapai, terlebih dalam realitas hidup bersama. Ada kenyataan penderitaan yg diakibatkan oleh sakit penyakit, bencana alam, kemiskinan dan peperangan. Nah dalam konteks seperti itulah harapan akan keselamatan dan Juru Selamat makin menguat. Sayangnya dalam situasi seperti itu, gambaran Messias yg dimunculkan justru menjadi "paradoks messianik", dimana Messias yg seharusnya membawa keselamatan dari Allah, menjadi Messias yg eksklusif bagi dirinya sendiri dan menempatkan bangsa/agama lain sebagai musuhnya.

Baiklah, kita coba kaji dan pelajari gagasan gagasan Messianik tsb dalam 3 agama keturunan Abraham (Yahudi, Kristen dan Islam), Seperti apa ciri ciri yan digambarkan oleh masing masing agama tersebut? Adakah persamaan dan dimana perbedaannya? Kapan dan bilamana kedatangannya? Dan apa refleksi bagi kita saat memasuki minggu Adven yang kedua ini?

(bersambung)

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment