Pengharapan akan
datangnya Mesias sesungguhnya merupakan keunikan dari para pemeluk agama
Abrahamic (Yahudi, Kristen, Islam). Bahkan bisa dikatakan, kita tidak akan bisa
memahami ajaran ketiga agama tsb, jika dilepaskan dari gagasan tentang Mesias
(Juru Selamat dunia). Menurut Hans Kohn, Messianisme adalah suatu pokok dalam
agama tentang kedatangan "penebus" yg akan mengakhiri tatanan masa sekarang dan
menggantikannya dengan tatanan baru yg adil dan bahagia. Filsuf Rusia, Nicolai
Berdyaev mengatakan Messianisme itu sebagai "harapan", dan bukan sekedar wujud
datangnya Ratu Adil. Harapan ini berupa konsep pemikiran yg dapat mempengaruhi
tindakan manusia pada zamannya. Akibatnya setiap zaman akan memunculkan gagasan
messianiknya sendiri2. Dan hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Erich
Fromm bahwa manusia adalah homo esperans, makhluk yang selalu berpengharapan.
Setiap manusia akan mengalami titik kulminasi dari seluruh keinginannya. Tidak
semua yg diinginkan manusia akan tercapai, terlebih dalam realitas hidup
bersama. Ada kenyataan penderitaan yg diakibatkan oleh sakit penyakit, bencana
alam, kemiskinan dan peperangan. Nah dalam konteks seperti itulah harapan akan
keselamatan dan Juru Selamat makin menguat. Sayangnya dalam situasi seperti itu,
gambaran Messias yg dimunculkan justru menjadi "paradoks messianik",
dimana Messias yg seharusnya membawa keselamatan dari Allah, menjadi Messias yg
eksklusif bagi dirinya sendiri dan menempatkan bangsa/agama lain sebagai
musuhnya.
Baiklah, kita coba
kaji dan pelajari gagasan gagasan Messianik tsb dalam 3 agama keturunan Abraham
(Yahudi, Kristen dan Islam), Seperti apa ciri ciri yan digambarkan oleh masing
masing agama tersebut? Adakah persamaan dan dimana perbedaannya? Kapan dan bilamana
kedatangannya? Dan apa refleksi bagi kita saat memasuki minggu Adven yang kedua
ini?
(bersambung)
TAD-Ani
No comments:
Post a Comment