Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 31 Agustus 2016

Bacaan: Bilangan 6:24-26; Yoh 14:27

Seperti apakah rasanya damai sejahtera yang dari Tuhan itu? Dapatkah lidah kita mengecapnya? Tangan kita merabanya? Mata kita melihatnya? Telinga kita mendengarnya? Otak kita mendeskripsikannya? Jawabnya bisa sekaligus juga tidak?

Kita tidak bisa mendekati dan merasakan secara penuh damai sejahtera, jika hanya mengandalkan pendekatan inderawi tubuh kita. Tetapi kita bisa merasakan kepenuhannya yang melampaui segala akal itu jika kita masuk melalui dimensi ROH dan KEBENARAN. Ingat, damai sejahtera itu bukan emosi yang bisa dibeli oleh materi, diciptakan oleh situasi atau diaktifkan oleh meditasi. Bukan! Damai itu terjadi dalam roh dan kesadaran diri akan sentuhan lawatan ilahi. Yesus berkata: "Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera Kuberikan padamu, dan apa yg Kuberikan tidak seperti yg diberikan oleh dunia kepadamu." (Yoh 14:27).

Nah, ketimbang kita sibuk mencari diskripsi dan padanannya, terlebih berguna jika kita bertanya bagaimana kita bisa merasakan lawatan berkat damai sejahtera itu? Atau dengan cara apa kita mengalaminya?

Saudaraku, ada dua kata kunci untuk memasuki lawatan berkat damai sejahtera tsb, yakni IMAN dan AMIN. Format damai sejahtera itu sesungguhnya telah Allah sampaikan kepada Musa, agar Musa memberkati umatNya dengan mengatakan: "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera." (Bil 6:24-26). Dan umat yang mendengarkan ucapan berkat mengangkat tangannya dengan penuh IMAN mereka berkata AMIN.

Tanpa IMAN dan AMIN, mustahil kita akan mengecap damai sejahtera yang Allah turunkan bagi kita.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 30 Agustus 2016

Bacaan: Roma 14:17-19

Apa sih yang dicari orang di segala tempat dan sepanjang abad? Uang? Kesehatan? Kekayaan? Kenikmatan? Kekuasaan? Yup...itulah yg diajarkan dan dikejar orang. Anehnya semakin hal hal tsb dikejar, semakin orang merasa kurang dan kurang. Bagaikan minum air garam, semakin diminum eh..semakin haus bak lingkaran setan. Jadi apa sih kebutuhan manusia yg paling utama? Apakah seperti tingkatan hirarki kebutuhan ala Abraham Maslow?(kebutuhan fisiologi, rasa aman, kasih sayang, penghargaan dan aktualisasi diri).

Menurut Alkitab, sebagaimana yang disarikan dari kitab Injil Matius 6:25-34, dan Roma 14:17, kebutuhan manusia bisa dibagi dalam 4 tingkatan:

  1. kebutuhan fisologi
  2. kebutuhan pengetahuan
  3. kebutuhan kepercayaan
  4. kebutuhan damai sejahtera.


Jadi puncak dari kebutuhan hidup yg sesungguhnya adalah DAMAI SEJAHTERA. Damai sejahtera itu berbeda dengan rasa aman, kasih sayang, penghargaan atau aktualisasi diri. Sebab pemenuhan damai sejahtera ini ada di ranah roh, yg sumbernya adalah Allah (Fil 4:9). Dan Yesus berkata: "Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera Kuberikan padamu, dan apa yg Kuberikan tidak seperti yg diberikan oleh dunia kepadamu." (Yoh 14:27).

Ada orang yang menggambarkan damai sejahtera itu seperti seorang peselancar yang memasuki lingkaran ombak yang bergulung tinggi. Ia memasuki lorong ombak yang menderu dan siap menghempaskan apa saja dengan ketenangan berbaur ketegangan. Nah momentum "aha" itu yg bisa menggambarkan damai sejahtera. Yup, bisa saja momentum tsb dipakai untuk melukiskan perasaan damai sejahtera, namun menurut kami damai sejahtera itu jauuuuh lebih dahsyat, lebih wow, lebih indah, lebih kaya ketimbang prestasi di puncak aktualisasi diri yg seperti itu.

Adakah damai sejehtara yg seperti itu? Dengan apakah kita menggambarkannya? Dapatkah manusia di bumi ini merasakannya?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 29 Agustus 2016

Bacaan: Roma 14:17-19

Secara berseri kita telah mendalami karunia roh, bagaimana mengaktivasikan karunia-karunia tsb lewat peneguhan ke 3 pilarnya, yakni:

  1. karunia keselamatan 
  2. karunia Kerajaan Allah
  3. karunia menderita untuk Kerajaan Allah


Nah, minggu lalu kita telah mulai mengupas hal Kerajaan Allah. Kerajaan Allah itu bukan soal materi, melainkan soal KEBENARAN, DAMAI SEJAHTERA dan SUKACITA oleh Roh Kudus.

Apa itu KEBENARAN?
Kebenaran adalah fondasi kehidupan. Tanpa kebenaran tidak ada satupun makhluk yg dapat hidup. Semua ilmu dan peradaban dibangun dari pencarian dan perumusan akan kebenaran. Pertanyaan yg sampai hari ini terus dilontarkan adalah apa itu kebenaran? Ada 4 tingkatan kebenaran;

  1. Kebenaran tubuh, dengan seluruh kepentingan dan subyektifitasnya.
  2. Kebenaran ilmu, dengan standart ukuran yg bisa diverifikasi dan disistematisasi.
  3. Kebenaran Iman, berdasarkan ajaran dan keyakinan religiositasnya.
  4. Kebenaran Roh, yakni kebenaran yg dikerjakan oleh Roh Allah yg mendatangkan damai sejahtera dan sukacita.


Nah, Injil mengajarkan kepada kita untuk memasuki tahap ketiga dan keempat tanpa mengesampingkan tahap pertama dan kedua. Yesus berkata: "Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran." (Yoh 4:24). Mungkin ada yg segera bertanya: "Lalu bagaimana menyembah Allah dalam roh dan kebenaran itu?" Jawabnya; anda dan saya harus masuk ke dimensi roh, sebab Allah yg adalah Roh, tidaklah mungkin didekati dgn pola pikir kepentingan duniawi. Allah juga tidak mustahil diurai-bentuk dalam format verifikasi dan sistematisasi ilmu. Allah hanya bisa didekati dengan keyakinan iman dan dalam pimpinan Roh Kudus.

Bagaimana caranya agar bisa memiliki roh tsb? Mau tahu?? Ssttt..kami kasih tahu rahasianya, tapi janji dijaga baik baik ya...sebab rahasia ini akan mengubah seluruh orientasi hidupmu. Siap??

Ambil Alkitabmu dan bacalah Injil Yoh 14:15-17 dan Yoh 16:13.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 26 Agustus 2016

Bacaan: Matius 6:25-34

Keempat, MENCARI.
Setelah kita belajar mengenali apa hakekat HIDUP, mengelola KEKUATIRAN dan belajar membangun KEPERCAYAAN, kini kita masuk pada point keempat dari ajaran Yesus yakni MENCARI Kerajaan Allah. Dimana dan bagaimana kita mencari? Nah, untuk menjawab pertanyaan tersebut, ijinkan kami menengangkat satu ilustrasi sbb:

Suatu malam Nasrudin nampak sibuk sekali mencari sesuatu di rumahnya. Para tetangganya yang lewat kemudian bertanya: "apa yang sedang engkau cari Mullah?"
"Oo..Aku sedang mencari uangku yang hilang"
Maka para tetangga ikut membantu mencari uang Nasrudin yg hilang. Setelah hampir satu jam tak membuahkan hasil, tetangganya bertanya "Mullah coba ceritakan kepada kami dimana dan bagaimana uangmu itu hilang?"
Lalu Nasrudin menjelaskan bahwa uangnya itu terjatuh hilang saat ia dalam perjalanan pulang ke rumah.
"Hadeww!! Mengapa engkau mencari dirumah, kalau uangmu jatuh di jalan?"

"Ya karena disini lebih terang", jawab Nasrudin.

Saudara,
Jangan jangan kita jg sering seperti Nasrudin dlm mencari Kerajaan Allah. Kita mencari Kerajaan Allah ditempat dan dengan cara yang salah. Dimensi Kerajaan Allah adalah dimensi rohani yg harus didekati dan dicari dengan niatan dan cara2 rohani, bukan duniawi. Apa itu cara dan niatan rohani itu? Ada 3 yakni KEBENARAN, DAMAI SEJAHTERA dan SUKACITA. Roma 14:17 berkata: "Kerajaan Allah bukanlah soal makanan dan minuman, tetapi soal kebenaran, damai sejahtera dan sukacita oleh Roh Kudus."

Sampai dititik ini,
marilah kita mengambil waktu teduh untuk bertanya; apakah kita telah mengukurkan 3 hal tsb dalam seluruh olah pikir, tutur, dan laku kita?


  1. Olah PIKIR yg benar untuk mencari KEBENARAN
  2. Olah TUTUR yg teduh untuk mewartakan hal DAMAI SEJAHTERA
  3. Olah LAKU yg antusias untuk membawa SUKACITA


Karena barang siapa mencari dan melayani Kerajaan Allah dengan cara ini, ia berkenan pada Allah dan dihormati oleh manusia.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 25 Agustus 2016

Bacaan: Matius 6:25-34

Ketiga, PERCAYA

Intervensi yang harus segera kita lakukan untuk mengelola kekuatiran adalah kePERCAYAan. Yesaya mengatakan dalam tinggal tenang dan percaya terletak kekuatanmu. (Yes 30:15). Pertanyaannya sekarang adalah bagaimana mengintervensi kekuatiran dengan kepercayaan? Langkah konkritnya bagaimana?

Rasul Paulus dalam surat Roma 12:12 mengatakan: "bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa." Nasehat tsb, nampaknya klise dan aneh. Tapi memang begitulah cara Allah, aneh...unik..tapi cespleng. Mari kita perhatikan satu demi satu:

Pertama, bersukacita dalam pengharapan.
Orang kuatir kok disuruh bersuka cita, lha apa bisa? Nah disinilah orang sering salah paham. Paulus tdk menyuruh kita bersukacita dalam kekuatiran, tetapi dalam PENGHARAPAN. Jadi saat ada 1001 alasan untuk kuatir, buatlah 2002 alasan untuk berharap. Itulah artinya merayakan pengharapan.

Kedua, sabar dalam kesesakan.
Seandainya pertolongan Tuhan tak kunjung datang, dan kekuatiran malah berubah menjadi kesesakan, maka berjuanglah untuk bertahan. Sabar dalam kesesakan adalah kualitas tertinggi dari karakter pelayan Allah (2 Kor 6:4).

Ketiga, bertekun dalam doa.
Doa adalah olah batin yang paling tepat untuk mengatasi kekuatiran. Kalau ada seorang diantara kamu yg menderita, baiklah ia berdoa (Yak 5:13). Doa orang benar, bila dengan yakin didoakan sangat besar kuasanya (Yak 5:16)

Nah itulah 3 cara yang paling jitu untuk mengatasi jebakan kekuatiran.

...

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 24 Agustus 2016

Bacaan: Matius 6:25-34

Kedua, KEKUATIRAN
Ya, kekuatiran! Siapa sih yg tidak pernah kuatir? Bahkan ada orang yg menganggap ajakan untuk tidak kuatir itu tidak realistis, dan menyepelekan persoalan. Bayangkan jika ada orang yg hidupnya seperti Ayub, dulunya jaya diperhitungkan, tiba tiba terpuruk habis habisan, atau seperti janda Sarfat yg harus berjuang sendirian membesarkan anak anaknya, sementara tepung tinggal segenggam. Layakkah kita menasehatinya untuk tidak kuatir? Tegakah kita berkata: "janganlah kamu kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai."

Harus jujur diakui tidak mudah memahami dan bahkan mengamini ajakan Yesus untuk tdk kuatir. Tetapi hari ini kita akan perhatikan 3 kebenaran yg sering terlewatkan saat kita mendengar ajakan Tuhan Yesus tsb, yakni:

Pertama, Yesus bukan dari golongan Bramana yg tidak pernah hidup susah seperti kaum Sudra atau bahkan Paria. Yesus tahu betul apa artinya kekurangan dan kekuatiran.

Kedua, teks bacaan kita ini ada dalam konteks kesatuan kotbah di bukit. Dimana saat itu orang2 yg dibawa kepada Yesus adalah orang2 yg hidupnya susah, yg buruk keadaannya, yg menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yg kerasukan, sakit ayan dan yg lumpuh. (Mat 4:24). Pendek kata mereka adalah orang2 yg punya seribu satu alasan yg masuk akal untuk kuatir.

Ketiga, Yesus mengajak setiap pendengarNya untuk mengenali kekuatirannya, bergulat dengannya dan memenangkannya. Kekuatiran dan ketakutan itu satu bentuk emosi negatif yg membajak otak amigdala (bagian yg bertanggungjawab untuk emosi, naluri bertahan hidup dan memori). Nah jika kekuatiran dibiarkan berkepanjangan, maka memori kita hanya akan diisi dgn hal hal negatif dan melemahkan semangat hidup. Karena itu kekuatiran harus diintervensi. Stop!

Nah, dapatkan kekuatiran itu dikendalikan? Dengan apakah kekuatiran itu diintervensi?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 23 Agustus 2016

Renungan Mezbah Keluarga
Selasa, 23 Agustus 2016


Pertama, HIDUP.
Fokus yang Yesus tekankan dalam teks bacaan kita tsb adalah kesadaran dan pemaknaan yang tuntas dan benar soal "hidup". Yesus berkata "Janganlah kuatir akan HIDUPmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan TUBUHmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah HIDUP itu lebih penting dari pada makanan dan TUBUH itu lebih penting dari pada pakaian?"

Penyataan Yesus ini mengingatkan kita pada pertanyaan versi versa : "hidup untuk makan atau makan untuk hidup?" Jika orientasi hidup kita adalah untuk makan, maka (maaf) kita tak ubahnya seperti seekor babi, yang sibuk memaknai hidup hanya untuk makan dan makan. Makanan disini bisa diartikan pengutamaan kenikmatan daging dan pemujaan pada materi (hedonis). Kita menjadi orang yang egois, tidak mau peduli apakah orang lain dapat makan (hidup) atau tidak, yang penting kita dan anak anak terjamin aman.  Kecukupan makan, kemudian berubah menjadi kemewahan makan dan kemewahan makan berubah menjadi keserakahan makan. Orang yang sampai level ini tidak lagi bertanya apa yang akan kita makan hari ini, melainkan siapa yang dapat kita makan hari ini.

Sementara kalau kita memilih makan untuk hidup, maka kita sadar sesadar sadarnya bahwa yang lebih penting dari sekedar makanan. Kita telah sampai pada level mengamini perkataan Yesus: "manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Mat 4:4), atau: "MakananKu ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaanNya" (Yoh 4:34).

Nah, jika kita bisa sampai kelevel ini, maka kita akan berkata HIDUP itu lebih penting dari pada makanan dan TUBUH itu lebih penting dari pada pakaian?"

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 22 Agustus 2016

Bacaan: Matius 6:25-34

Sabtu lalu, telah dipaparkan bagaimana sulitnya mengajarkan kepada manusia modern tentang keutamaan Kerajaan Allah lebih dari kebutuhan pokok sehari hari (Matius 6;25-34). Memang, jika didekati dengan tafsir konteks historisnya, ajakan Yesus tsb sangatlah masuk akal. Sebab orang Yahudi memang telah lama merindukan pemulihan kerajaan Daud. 
Saat itu ada 3 perjuangan yg dilakukan oleh orang Yahudi: 

  1. mengharapkan kedatangan Mesias yg akan memulihkan negeri mereka. 
  2. mengharapkan otonomi khusus dengan pemerintahan sendiri. 
  3. bertobat dan berbalik mencari wajah TUHAN. 

Mereka sangat menyakini jika umat berbalik dan berseru kembali kepada Tuhan (dan hidup benar) maka kerajaan dan kedaulatan negeri mereka akan dipulihkan (II Taw 7:14). Itulah sebabnya mereka setuju dengan ajakan Yesus untuk mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, sebab ajakan seperti itu telah jg diserukan oleh Daud dan nabi nabi dalam PL, seperti:
Carilah TUHAN dan kekuatanNya, carilah wajahNya selalu (I Taw 16:11). Carilah TUHAN dan kekuatanNya, carilah wajahNya selalu! (Maz 105:4). Carilah TUHAN selama Ia berkenan untuk ditemui; berserulah kepadaNya selama Ia dekat! (Yes 55:6). Sebab beginilah Firman TUHAN kepada kaum Israel: "Carilah Aku, maka kamu akan hidup! (Amos 5:4).

Nah, yg menjadi persoalan kita sebagai manusia modern di bumi Indonesia yg merdeka dan sangat kompetitif ini, apakah seruan pengutamaan akan pemulihan kedaulatan, kerajaan dan negeri itu relevan dan menjadi prioritas utama kita saat ini? Ataukah kerja keras, mengumpulkan harta, aset, tabungan, asuransi lebih pas dan masuk akal? Sebab bukankah tuntutan akan kebutuhan primer itu jauh lebih konkret ketimbang "mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya".

Nah, untuk memahami ajakan untuk mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka kami akan mengangkat 4 kata kunci dari ajaran Yesus tsb, yakni HIDUP, KUATIR, PERCAYA dan MENCARI.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 20 Agustus 2016

Bacaan: Matius 6:33

Menjelaskan bahwa kebenaran dan Kerajaan Allah itu berkaitan erat satu dengan lainnya, memang tidaklah mudah. Bukan karena ayat2 Alkitab kurang banyak menuliskan hal tsb, namun karena adanya perubahan paradigma (cara berpikir) manusia modern yg lebih pragmatis terhadap kehidupan dan kebenaran.

Tahukah kita, bahwa sejak tahun 1980 jajak pendapat mengatakan bahwa orang yg tidak peduli pada agama terus mengalami peningkatan. Apapun sebutan yg dipakai itu nones, agnostik, atheis, deis, atau humanis; mereka telah menyatakan ketidakpercayaan mereka pada afiliasi agama. Sebagian (30%) dari mereka masih percaya Tuhan, 20% masih berdoa, tapi sesungguhnya mereka tidak lagi mempercayai "carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya, maka semuanya akan ditambahkan kepadamu". Tuntutan kebutuhan hidup seperti makanan, minuman, pakaian atau tempat tinggal, jauh lebih konkrit untuk diutamakan ketimbang pengutamaan Kerajaan Allah dan kebenaranNya.

Beberapa tahun lalu, Washington Post juga memuat artikel yg senada, yg mengutip hasil penelitian Allen Downey, yg menjelaskan adanya 2 alasan utama mengapa banyak anak2 sekarang tidak lagi percaya kepada Tuhan. Pertama, karena kurangnya aplikasi pendidikan agama yg baik dan kedua karena internet. Menurut Downey sebanyak 20% orang tidak lagi mau terikat pada agama adalah pengguna internet. Downey mengatakan antara tahun 1990-2010 orang yg beragama bertumbuh dari 8% ke 18%, sedangkan jumlah orang Amerika yg berselancar di Web melompat dari hampir tidak ada ke 80%.

Jadi,
Mencari Tuhan dan kebenaranNya, makin lama makin memudar. Keyakinan akan Tuhan hanya diletakkan pada ranah emosi untuk meningkatkan gairah dlm mengejar tindakan moral. Selebihnya, manusia harus mengandalkan kekuatan diri sendiri.

Pertanyaannya sekarang, apakah memang perintah Yesus untuk mencari Kerajaan Allah dan kebenaranNya itu tidak lagi relevan bagi kehidupan manusia modern?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 19 Agustus 2016

Bacaan : Yoh 13:33-38

Tanda pertama dari kehadiran Kerajaan Allah adalah KEBENARAN. Nah, apa itu kebenaran? Ini adalah pertanyaan krusial yg ditanyakan oleh Pilatus kepada Yesus, saat ia diminta orang2 Yahudi untuk mengadili Yesus. Demikianlah kutipan percakapan Pilatus dengan Yesus;

Pilatus: "Engkau inikah raja orang Yahudi?"
Jawab Yesus: "Apakah engkau katakan hal itu dari hatimu sendiri, atau adakah orang lain yg mengatakannya kepadamu tentang Aku?"
Kata Pilatus: "Apakah aku seorang Yahudi? Bangsa-Mu sendiri dan imam-imam kepala yang telah menyerahkan Engkau kepadaku; apakah yang telah Engkau perbuat?"
Jawab Yesus: "Kerajaan-Ku bukan dari dunia ini; jika Kerajaan-Ku dari dunia ini, pasti hamba-hamba-Ku telah melawan, supaya Aku jangan diserahkan kepada orang Yahudi, akan tetapi Kerajaan-Ku bukan dari sini."
Maka kata Pilatus kepada-Nya: "Jadi Engkau adalah raja?" Jawab Yesus: "Engkau mengatakan, bahwa Aku adalah raja. Untuk itulah Aku lahir dan untuk itulah Aku datang ke dalam dunia ini, supaya Aku memberi kesaksian tentang kebenaran; setiap orang yang berasal dari kebenaran mendengarkan suara-Ku."
Kata Pilatus kepada-Nya: "Apakah kebenaran itu?" Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: "Aku tidak mendapati kesalahan apa pun pada-Nya.

Saudaraku,
Dari teks narasi tsb diatas, kita bisa simpulkan 2 point penting mengenai kebenaran (iman), yakni:
1) Siapa yang mencintai dan mencari kebenaran akan berjumpa dengan Allah dan KerajaanNya.
2) Siapa yang mencintai dan mencari Allah dan KerajaanNya akan memiliki kebenaran.

Jadi ada keterkaitan yang menyatu antara Kerajaan Allah dan kebenaran, oleh sebab itulah Yesus berkata: carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya...maka semuanya akan ditambahkan kepadamu (Mat 6:33).

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 18 Agustus 2016

Bacaan : Matius 6:9-13

Kedua, KARUNIA KERAJAAN ALLAH.
Kita telah membahas pilar pertama yang menjadi dasar bagi aktivasi karunia karunia Roh, yakni karunia keselamatan. Tanpa keselamatan maka sia sialah seluruh bangunan hidup kita. Alat ujinya sederhana, cobalah bertanya pada diri sendiri apakah jika hari ini (maaf) hari kematianmu datang menjelang, engkau hakul yakin akan masuk surga? Apa alasannya? Jika engkau menjawab yakin dengan penuh iman, (bukan mudah mudahan) bahwa engkau diselamatkan oleh penebusan dan kasih karunia Tuhan Yesus Kristus, maka itulah bukti bahwa engkau telah menerima karunia keselamatan. Karunia keselamatan ini tidak berdiri sendiri. Ia bergandengan erat dengan karunia kebangkitan. Itulah sebabnya rasul Paulus senantiasa menjelaskan hal keselamatan tak terlepas dengan penjelasan akan kebangkitan. Beriman kepada penebusan (karunia keselamatan) itu berarti beriman pula pada kebangkitan (karunia persekutuan yang baru dalam KerajaanNya).

Nah, dari sinilh kita sekarang masuk pada pilar iman yang kedua yakni KARUNIA MEMASUKI KERAJAAN ALLAH. Perlu di catat disini bahwa karunia memasuki Kerajaan Allah ini tidak terjadi pada saat nanti ketika kita mati dan roh kita diangkat ke Surga. Bukan! Sebab sama seperti karunia keselamatan (hidup baru) itu juga sudah dimulai saat kita menerima Yesus sebagai Tuhan dan juruselamat, maka karunia Kerajaan Allah juga sudah dimulai disini dan kini. Yesus mengajar kepada kita agar meminta dan memulai Kerajaan Allah itu terjadi disini dan kini : "datanglah KerajaanMu, jadilah kehendakMu dibumi seperti di Sorga.".

Pertanyaannya sekarang adalah apa itu Kerajaan Allah, yang kita harapkan terjadi disini dan kini itu? Kitab kitab Injil menjelaskan minimal ada 4 tanda dari hadirnya Kerajaan Allah itu dalam hidup kita, yakni: KEBENARAN, DAMAI SEJAHTERA, SUKACITA dan KUASA.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 17 Agustus 2016

Bacaan : Mazmur 126:1-6

"Merdeka! Merdeka! Merdeka!"..demikianlah pekik kemerdekaan yg diucapkan oleh setiap pejuang dan rakyat Indonesia saat mereka bertemu. Pekik kemerdekaan ini menjadi bahasa pemersatu bagi sebuah negara baru yang namanya Indonesia. Bayangkan penjajahan yang begitu lama oleh Belanda (350 th) plus Jepang (3.5 th)...kini untuk pertama kali pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa ini memproklamirkan kemerdekaannya. Kita menjadi bangsa yang baru, yang merdeka, yang berdaulat, yang mandiri, yang bernama Indonesia.

Kita bisa membayangkan betapa saat negara ini di proklamirkan, bangsa ini masih merasa seperti mimpi rasanya..mirip dengan apa yang disampaikan oleh pemazmur:
"Ketika TUHAN memulihkan keadaan Sion, keadaan kita seperti orang-orang yang bermimpi. Pada waktu itu mulut kita penuh dengan tertawa, dan lidah kita dengan sorak-sorai. Pada waktu itu berkatalah orang di antara bangsa-bangsa: "TUHAN telah melakukan perkara besar kepada orang-orang ini!" TUHAN telah melakukan perkara besar kepada kita, maka kita bersukacita." (Maz 126:1-3)

Saudaraku,
Begitu jugalah yg dialami oleh Kekristenan mula mula. Ada pengalaman spiritual yg sangat powerfull dan signifikan karena pembebasan, penebusan  dan kemerdekaan oleh Kristus Yesus. Sehingga setiap kali mereka bertemu, mereka bersukacita, membagi roti dan memberi tanda salib atau ikan (ICHTHUS), sebagai tanda dan identitas umat yang telah dimerdekakan. Gambaran akan kegembiraan tsb dapat kita baca dalam Kis pasal 2-4.

Jadi KARUNIA KESELAMATAN..membawa umat pada perubahan hidup yang luar biasa. Ada kebenaran, damai sejahtera, sukacita, dan kuasa. Wow..! Mereka menjadi komunitas baru dengan spiritualitas yang mengagumkan, yang menembus batas agama, kesukuan, ideologi dan kebangsaan. Mereka kini melihat satu ikatan dan misi bersama yang baru, yakni mewujudkan kehadiran dan kuasa Kerajaan Allah

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 16 Agustus 2016

Bacaan : Filipi 3: 10-16

"Pak/bu, bagaimana caranya agar gereja kami bisa memsuki tahapan karunia karunia Roh? Dan apakah tahapan Identitas itu keliru? Karena gereja kami nampaknya masih sibuk dipenegasan identitas dan jati diri?"

Saudaraku,
Sekali lagi tahap identitas ini perlu dan harus dikerjakan oleh gereja. Sebab ia adalah landasan atau pilar gereja, sebelum berbicara dan mengaktivasi karunia karunia Roh. Tanpa landasan atau pilar pilar yang kokoh kuat, karunia karunia Roh yang dicurahkan dan dikerjakan oleh Gereja bisa mengalami kekacauan dan penyalah-gunaan. Hanya saja, ketika kita berbicara soal identitas (jatidiri), kita harus kembali kepada Injil, agar bangunan identitas dan komunitas iman yg sedang kita bangun itu benar dihadapan Allah.

Nah, dalam seminggu ini kami akan uraikan 3 pilar karunia yang sangat mendasar, yang harus kita letakkan sebagai dasar bergereja sebelum kita berbicara (dan mengaktivasi) karunia karunia roh.

Pertama, KARUNIA KESELAMATAN.
Gereja harus dimulai dengan dan dari dasar pengakuan bahwa "sebab karena kasih karunia kamu diselamatkan oleh iman; itu bukan hasil usahamu, tetapi pemberian Allah, itu bukan hasil pekerjaanmu; jangan ada orang yang memegahkan diri." ( Efesus 2:8-9). Dalam pembukaan suratnya kepada jemaat Korintus, rasul Paulus juga mengatakan bahwa pengertian jemaat Allah adalah kumpulan orang orang yang dipanggil dan di kuduskan dalam Kristus Yesus dan yang dipanggil menjadi orang orang kudus (I Kor 1:2).

Masih banyak sekali ayat ayat dalam Injil dan surat2 di Perjanjian Baru yang menekankan mengenai anugerah keselamatan ini. Dan memang itulah pengertian iman yang menjadi dasar jemaat dan gereja mula mula, yakni KEMATIAN dan KEBANGKITAN Kristus Yesus. Ini adalah dasar pembenaran yang menuju keselamatan. Sebab jika kita menjadi satu dengan apa yang sama dengan kematianNya, kita juga akan menjadi satu dengan apa yang sama dengan kebangkitanNya (Roma 6:5).

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 15 Agustus 2016

Bacaan : 1 Kor.1: 4-9

Kemarin, gereja kami berulang tahun yg ke 12. Wow..kami bersyukur karena ulang tahun gereja disambut antusias oleh jemaat. Memasuki tahun kasih karunia ini, kami sungguh bersyukur karena 4 hal:

Pertama, bersyukur akan kasih karuniaNya.
Persekutuan ini ada oleh karena kehendak dan karunia TUHAN. Itu berarti setiap peran dan keterlibatan kita didalamnya terjadi oleh karena karuniaNya. Tidak ada seorangpun yg merasa lemah atau bermegah.

Kedua, kaya dalam pengetahuan dan perkataan.
Kami merasakan mulai dari anak anak sekolah minggu, remaja, pemuda, ibadah raya hari minggu dan bahkan PA setiap hari Kamis, diantar untuk mencintai keindahan dan kebenaran Firman Tuhan.

Ketiga, hidup menjadi makin kokoh teguh.
Jemaat datang bersekutu dengan haus dan lapar akan iman dan kebenaran. Iman yang menjadikan jemaat kokoh teguh dalam menghadapi gelombang masalah dan goncangan kehidupan. Gereja dan persekutuan tubuh Kristus menjadi jawaban saat umat menghadapi masalah dan cobaan, sebab umat sadar bahwa Gerejalah yang akan meneguhkan iman dan membuka pengharapan.

Keempat, ada kesatuan persekutuan yang indah dengan Yesus Kristus.
Itulah panggilan kita sekaligus doa dari Tuhan Yesus sendiri, yakni agar kita bersatu dengan Yesus seperti kesatuan Yesus dengan BapaNya. Melalui pelaksanaan perjamuan Kudus tiap minggu pertama, jemaat senantiasa diingatkan akan satu misi dan doa Yesus, yakni agar kita bersatu satu dengan yg lain dan bersatu dengan Kristus, sebagaimana Kristus dan Bapa adalah satu.

Nah, itulah karunia demi karunia yang Tuhan berikan kepada kita, tubuhNya yang hidup, yang kudus dan yang berkenan kepadaNya. Sungguh ada begitu banyak hal yg kita syukuri sambil mengingat bahwa Kristus dasar yg kokoh bagi persekutuan kita. Dan DIA jugalah yg akan meneguhkan pelayanan kita sampai kepada kesudahannya, sehingga kita tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. Amin.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 13 Agustus 2016

Bacaan: Matius 5:13-16

Memasuki tahap KARUNIA ROH, kita tentu membayangkan betapa indah dan hidupnya gereja. Pertanyaannya apakah ada? Bukankah spiritualitas yang esoterik (dalam dimensi roh yg menggetarkan dan menggembirakan) itu sifatnya momentum. Dan jika mementum itu hendak dipertahankan dengan cara diulang2, maka ia akan kehilangan daya pikatnya. Ia kembali dipenuhi aturan dan pengaturan untuk menjaga "momentum" pengalaman rohani yg mula2 itu? Contoh gereja A yg dahulu mendapat lawatan roh dan karunia roh yg luar biasa, kini berangsur surut. Lalu digantikan oleh gereja B...dan gereja B nanti juga akan digantikan dengan gereja C dstnya.

Nah, itu terjadi karena Gereja berhenti pada level karunia roh saja. Gereja yg hanya mengutamakan karunia bisa menjadi gereja "krupuk", yg sebentar renyah, tak lewat dari satu dua generasi menjadi mlempem. Nah agar hal itu tdk terjadi, maka gereja harus naik satu level lagi melewati level identitas maupun ritual. Tapi apa itu dan bagaimana caranya? Adakah tahap yang seperti itu? Jawabnya ada! Itulah tahap ketiga yang oleh rasul Paulus sebut sebagai tahapan KASIH. Tahap dimana smua warna tradisi dan karunia melebur menjadi satu kekuatan gerak yg namanya KASIH. Ibarat pelangi, kasih itu adalah satu sumber terang yang berwarna putih..jika warna putih (terang) itu dipendarkan, maka ia bisa menghasilkan warna warna yg disebut "mejikuhibiniu". Sebaliknya jika semua warna itu kemudian disatukan kembali, maka ia akan menghasilkan warna putih (terang). Itulah kasih. Kasih Allah menghasilkan ragam karunia bagi gereja, dan jika semua ragam karunia itu dikerjakan dgn baik, benar dan tulus, maka wajah kasih Allah lah yang akan nampak. Gereja yang memasuki tahap kasih akan menjadi gereja terang. Dan Yesus berkata: "hendaklah terangmu bercahaya didepan orang, supaya mereka melihat perbuatanmu yang baik dan memuliakan Bapamu yang di Sorga." (Mat 5:16)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 12 Agustus 2016

Bacaan: I Kor 12:27-31

"pak TAD dan bu Ani, mengapa bahasa Roh kok tdk ditekankan di gereja kami ya?"

Saudaraku,
Bahasa Roh itu juga termasuk Karunia Roh yg diberikan Tuhan kepada gereja sesuai dengan kemurahanNya dan untuk kepentingan bersama. Mengapa hal itu tidak ditekankan dalam ajaran gereja? Karena hal itu bisa menjadi sangat subyektif jika tidak didampingi oleh karunia yg lain. Ingat tidak semua "suara" itu berasal dari Tuhan, karenanya harus dicek dengan 2 hal: 1) suara Tuhan tidak bertentangan dgn Firman yg tertulis dalam Alkitab. 2) perlu di konfirmasi dgn orang yg memiliki karunia membedakan Roh dan menafsirkan Roh. Itulah sebabnya rasul Paulus menempatkan karunia bahasa roh diantara kedua karunia tsb.

Tetapi jika gereja tidak membuka diri bagi ragam karunia roh, maka gereja akan kehilangan kuasa ilahi yg disediakan Allah bagi Gereja. Gereja yg demikian akan stagnan dan tdk memiliki kuasa dlm pemberitaan sabda Allah. Ia tak ubahnya seperti organisasi massa yg berbasiskan nilai moral, hukum dan tradisi saja.

Nah, jika gereja ingin memasuki tahapan KARUNIA ROH, maka gereja harus bertobat dan bertekad untuk:
1. Menggenapkan apa yg tertulis dalam Firman Tuhan. Gereja bukan club atau ormas yg sekedar merefleksikan FT sebagai perenungan moral dan etika, tetapi MENGGENAPKAN Firman dengan kuasa Firman! Itulah arti kata AMIN; "jadilah padaku menurut FirmanMu."

2. Menggali dengan antusias karunia karunia Roh sebagaimana yg digambarkan oleh rasul Paulus dlm I Kor pasal 12-14. Ada 9 karunia Roh bagi jemaat, ada 3 karunia tambahan untuk mereka yg memimpin jemaat, yakni karunia rasul, nabi dan pengajar. Dan semua karunia2 Roh tersebut dilandasi dgn karunia yg lebih utama lagi yakni kasih.

Hanya dengan keberanian dan ketulusan untuk melaksanakan 2 hal tsb diatas, gereja akan dihantar oleh Roh Kudus memasuki yg misteri ilahi yg menggetarkan sekaligus menggairahkan.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 11 Agustus 2016

Bacaan: Lukas 4:1-44

Sayangnya banyak orang salah paham saat diajak untuk memasuki tahapan KARUNIA ROH. Sangkanya tahapan ini adalah tahapan yg hanya ditandai dengan babtisan roh, bahasa roh dan manifestasi roh. Bukan..bukan hanya itu! Sebab kalau kita kaji Injil secara cermat, maka karunia dan karya Roh itu dimulai sejak seseorang mengalami kelahiran baru (Yoh 3:6) dan pada saat seseorang bersedia diutus untuk memberitakan Kerajaan Allah (Luk 9:1-2 dan Matius 28:18-22). Jadi karunia Roh itu diberikan oleh Allah sebagai TANDA (sign) kelahiran baru dan KUASA (wonder and miracle) dalam pemberitaan Injil Kerajaan Allah.

Jadi jika gereja hendak memasuki tahapan KARUNIA ROH, maka; Gereja harus di-LAHIR-kan BARU. Percakapan antara Yesus dengan Nikodemus sangat penting untuk kita perhatikan. Nikodemus adalah seorang Farisi, pemimpin agama Yahudi (yang dalam kisah ini merepresentasikan wajah gereja) berhadapan dengan Yesus yg membawa ajaran baru yang penuh Roh dan kuasa. Nikodemus yg kagum akan TANDA-TANDA dan KUASA yg menyertai ajaran Yesus, diajak oleh Yesus untuk memasuki tahapan kuasa Roh melalui kelahiran baru. Apa yang dilahirkan dari daging itu daging dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh (Yoh 3:6). Apa itu dilahirkan oleh Roh? Dalam kisah tsb Yesus memang tdk menjawabny secar langsung tetapi keseluruhan kisah dalam Injil itulah jawabanNya. Kelahiran oleh Roh adalah MENGGENAPKAN ajaran2 yang sudah ada dalam FT, yang intinya: menyampaikan kabar baik bagi orang2 miskin, memberikan pembebasan kepada tawanan, penglihatan kepada yg buta, membebaskan yg tertindas dan memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang (Luk 4:18-19).

Lho..bukankah itu semua yg telah diajarkan oleh Nikodemus dan oleh Gereja kita? YA benar..hal itu telah diajarkan, tetapi tidak di genapkan! Gereja masih sibuk di tahapan pertama sehingga tidak beranjak ketahap berikutnya..tahap hadir untuk menggenapkan inti ajaran Injil bagi dunia.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 10 Agustus 2016

Bacaan: Lukas 4:1-44

Sekali lagi tahap IDENTITAS itu bukannya tidak penting..oh itu sangat penting. Kitab2 Injil juga dibuka dgn penjelasan tentang indentitas siapa Yesus. Dari jalur keturunan siapa Dia lahir? Bagaimana kelahiranNya? Dimana tempat tinggalNya? Tetapi itu semua hanya mendapatkan porsi yg kecil dlm catatan Injil. Ada 2 bagian lain yg lebih besar dan lebih penting untuk di catat yakni:
1) tahap karya karyaNya yg dimulai dgn pimpinan Roh Kudus
2) tahap kematian dan kebangkitanNya.

Nah, dua tahap inilah yg kita perlu masuki, agar gereja bisa menjadi kabar sukacita (Injil) bagi dunia.

Tahap KARUNIA ROH.
Harus dicatat disini bahwa tahap ini tidak mengabaikan pentingnya identitas gereja. Tahap ini justru memberi isi dan makna yg benar akan identitas ilahi dalam tubuh organisasi manusiawi. Itulah sebabnya rasul Paulus memberikan gambaran akan identitas organisasi gereja sebagai TUBUH KRISTUS, bukan bagan struktur yg mengutamakan hirarki kekuasaan dlm ukuran tangungjawab akan hak dan kewajiban. Tubuh itu memberi gambaran pada peran fungsional yg melibatkan semua bagian. Bagian tubuh yg satu tidak boleh menganggap dirinya lebih utama daripada yg lain. Ada fungsi gerak (bersama) dalam menghasilkan karya2 kehidupan.

Gambaran akan tahap ini dimulai dari pembaptisan Yesus, dimana Roh Kudus dicurahkan, lalu Yesus dipimpin oleh Roh, Ia dibawa ke padang gurun (Luk 4:1), kemudian dibawa kembali ke Galilea untuk menggenapkan nubuatan: Roh Tuhan ada padaKu, oleh sebab Ia telah mengurapi Aku, untuk menyampaikan kabar baik kepada orang2 miskin dan Ia telah mengutus Aku untuk memberitakan pembebasan kepada orang2 tawanan, dan penglihatan bagi orang2 buta, untuk membebaskan orang2 tertindas, untuk memberitakan tahun rahmat Tuhan telah datang."

Nah itulah tahap yg sangat penting sbg batu uji gereja. Apakah gereja masih berkutat  ditahapan identitas atau sudah berani melangkah pada tahap berikutnya.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 9 Agustus 2016

Bacaan: I Kor 3:10-16

Harus diakui banyak gereja masih terjebak pada tahapan yang pertama, yakni tahap identitas. Tentulah tahap ini penting untuk diletakkan, sebagaimana rasul Paulus juga berbicara bahwa dasar ini sangat penting, namun jika tidak beranjak ketahap berikutnya, gereja hanya akan sibuk pada urusan:

Pertama, penerimaan dan pengakuan.
Gereja sibuk untuk promosi iklan diri. Permintaan untuk diakui ini biasanya dilakukan dengan metode menghina kekurangan gereja lain dan mengatakan bahwa bahwa gerejanya punya kelebihan. Sayangnya "kelebihan" yang ditawarkan masih bersifat kulit, yakni dengan mengandalkan "kesaksian" artis atau petobat baru dari agama lain.

Kedua, penguatan sistem dan aturan.
Aneh tapi nyata..ada banyak sekali gereja yang masik sibuk untuk menghabiskan banyak waktu dan dana untuk bongkar pasang tata gereja dan ribut untuk mempertebal aturan aturan yang lebih rinci. Diluar aturan2 resmi juga masih ada pakem pakem kebiasaan dalam ibadah yang tidak boleh diubah...demi satu alasan yakni mempertahankan identitas denominasi tradisi tertentu.

Ketiga, aktifitas inward looking.
Yang dipentingkan dalam program yg orientasinya kedalam ini adalah menambah jumlah anggota gereja atau minimal mempertahankan jumlah yang ada. Antar jemput untuk jemaat baru dan doorprice menjadi andalannya. Diakonia gereja jg masih sangat karikatif, yakni dengan memberi beras atau bea siswa untuk menambah atau menjaga jumlah jemaat. Hampir 90% dana gereja diperuntukkan bagi program dan aktifitas ke dalam, penguatan mimbar dan bukan umat.

Yup..ketiga ciri itulah gereja yang masih ada di level identitas. Sekali lagi hal itu tidak salah, namun jika hal itu dilakukan bertahun tahun dan tak meningkat pada level berikutnya..maka kejenuhan dan keterjebakan dalam konflik akan mewarnai kehidupan bergereja.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 8 Agustus 2016

Bacaan: Filipi 2:1-11

Gereja itu ada di dunia ini sebagai representasi tubuh Kritus. Artinya ketika orang melihat gereja, maka mereka dapat melihat kehadiran Kristus secara nyata; bisa diraba, bisa diajak bicara, bisa didengar nasehatNya dan bisa dirasakan kuasaNya. Yup..itulah idealnya. Bagaimana kenyataannya? Apakah ketika orang (dunia) melihat Gereja mereka bisa melihat dan merasakah kehadiran Kristus? Jawabnya pasti beragam. Nah untuk itu ijinkan kami menjelaskan pertumbuhan gereja sebagaimana pertumbuhan Kristus saat Ia ada didunia.

Pertama, Tahap identitas.
Pada tahap ini identitas (asal usul, legalitas, pekerjaan, panggilan) sangat ditekankan. Legalitas kelahiranNya, garis keturunanNya, legalitas baptisanNya, apa pekerjaannya dll? Pendek kata, pada tahap ini hampir seluruh energi dipakai untuk menegaskan legalitas identitasnya.

Kedua, Tahap Karunia.
Pada tahap ini, gereja telah mampu melewati pagar identitas yg mengungkungnya, gereja tidak terus menerus bergulat pada penerimaan dan pengakuan, pengaturan dan standartisasi. Gereja mulai melangkah pada karya2 kehidupan yg nyata. Gereja bergairah untuk menimba kesegaran karunia2 Roh. Sama seperti Yesus yg mengajar dengan hikmat, menyelesaikan masalah dengan marifat, meneguhkan iman, melakukan mujizat, menyembuhkan yg sakit, menggenapi nubuat, mengajar dalam roh, menguji roh dan menghidupkan hukum huruf menjadi hukum roh. Wow..betapa dahsyatnya!

Ketiga, Tahap Hati Bapa.
Pada tahap ini semua kebanggaan identitas, kuasa karunia akan melebur dalam kesempurnaan kasih. Disini orang tidak lagi sibuk pada pengakuan atau pujian kehebatan, tetapi sudah berani mengosongkan diri untuk mengambil rupa hamba untuk melayani kehendak BAPA. Gereja akan tampil sebagai komunitas welas asih sebagaimana hati BAPA (band. Yoh 3:16).

Nah, itulah 3 tahapan panggilan gereja untuk menhadirkan Kristus secara nyata bagi dunia.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 6 Agustus 2016

Bacaan: I Kor 13:5,7

Kasih itu akan dijuji saat kita dihadapkan pada situasi yg sulit untuk mengampuni. Wuaah, rasanya memang tidak adil. Sudah dijahatin..eh malah dituntut mengampuni. Tuntutan hukum kasih ini nampak konyol dan hukum Musa nampak lebih masuk akal, yakni "mata ganti mata dan gigi ganti gigi."

Saudaraku, memang tidak mudah melepaskan pengampunan, sebab pengampunan kerapkali berhadapan dengan harga diri dan sakit hati. Tetapi itulah nilai utamanya kekristenan. Ajaran Tuhan Yesus malah lebih "ngeri" lagi. Saat Ia ditanya oleh Petrus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali." (Mat 18:21-22)

Saudaraku, ajaran kasih dan pengampunan itu memang nampak konyol..tetapi sesungguhnya ia memuat 3 rahasia hebat:

Pertama, pengampunan itu memperlebarkan ruang kebesaran jiwa. Dan ruang ini sangat penting untuk menampung keajaiban karunia karunia Roh.

Kedua, pengampunan itu pertama tama tidak berdampak pada kebaikan dan keuntungan orang lain, namun pada kebaikan dan kesembuhan diri sendiri. Jadi orang yg paling diuntungkan dalam tindakan pengampunan adalah diri sendiri. 

Ketiga, keadilan dan pembalasan itu haknya TUHAN. Pada waktu orang melakukan tindak kejahatan pada kita, ia sesungguhnya langsung berhadapan dgn keadilan TUHAN. FT berkata: "..janganlah kamu sendiri menuntut pembalasan, tetapi berilah tempat kepada murka Allah, sebab ada tertulis: Pembalasan itu adalah hak-Ku. Akulah yg akan menuntut pembalasan, firman Tuhan."

Saudaraku,
Kesalahan tetaplah kesalahan, kejahatan tetaplah kejahatan..dan semua itu akan diperhitungkan oleh Tuhan dan akan dibalaskan setimpal dengan perbuatan tangan mereka (Maz 28:4). Bagian kita, adalah memilih untuk menjadi sehat, benar dan besar..dalam karunia kasih

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 5 Agustus 2016

Bacaan: I Kor 13:4-7

Anak gadis ini bernama Chen Haixun, ia berumur 9 tahun. Haixun tinggal bersama dengan ayahnya dan ibunya di satu rumah yg sangat sederhana di desa Jinsha di Xinning yg letaknya 1500 m diatas laut. Haixun mengerjakan semua pekerjaan rumah menggantikan ibunya karena ibunya sakit stress dan ayahnya bekerja serabutan sebagai kuli angkut kayu. Sehari ia bekerja, yakni mengangkat balok balok kayu (sendirian) ke atas truk dengan muatan 8 ton, ia cuma dibayar 50 yuan (itu setara dgn satu bungkus rokok). Uang yang sangat sediikit itu ia kumpulkan untuk membeli obat bagi istrinya dan makan bagi keluarganya.
Setiap hari Haixun mengambil bambu muda di sekitar gunung untuk dimasak. Mereka hampir tidak pernah makan daging, mungkin setahun sekali, yakni pada waktu imlek.

Saat diwawancarai Haixun menggambarkan keluarganya dengan rasa ASIN. Mengapa asin? Karena ayahnya pulang berkeringat dan itu asin, dan ia sering menangis karena dihina oleh anak anak yg lain, dan air matanya asin. Saat ia kehilangan barang.. rasanya sangat sedih dan itu rasanya asin.

Ketika ditanya: "Apakah keluarganya pernah mesakan MANIS?" maka Haixun menjawab: "pernah"
"Kapan itu?"
"Saat ibu tidak kambuh dan saat ayah memuji saya. Ayah mau saya di rumah menjaga ibu. Maka kalau ibu tidak kambuh, ayah akan memuji saya. Nah, saat itulah keluargaku menjadi manis."

"Haixun, kalau ada satu permintaan yg akan terkabul, apa permintaanmu?"
"Satu saja ya?"
"Ya satu.."
"Ibu sembuh dari penyakitnya."
"Mengapa begitu inginnya ibu sembuh?"
"Dengan begitu orang orang tidak mengata ngatai saya: anak orang gila.."

Saudara,
Menyaksikan cupikan film tsb, air mata kami berlinang, betapa tidak mudahnya menjaga sebuah keluarga. Jika yg satu tidak berfungsi..yg lain akan menutupinya.. jika yg satu bersedih, yg lain akan menghiburnya.. jika yg satu lemah, yg lain akan menguatkannya

Itulah makna cinta yang sesungguhnya...cinta yang saling menjaga..

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 4 Agustus 2016

Bacaan : Kolose 3:12-17

Alkisah ada seorang istri yg hidupnya sangat tertekan dan terintimidasi oleh sikap suaminya yg sangat keras dan perfeksionis. Apa saja yg dikerjakannya nampak salah dimata suaminya. Pandangan mata yg merendahkan, kata kata yg menyakitkan, serta tuntutan akan "kesempurnaan"disertai kekerasan, telah benar2 mengubah rasa cintanya menjadi kebencian. Suatu hari suaminya meninggal dunia dan beberapa tahun kemudian ia menikah lagi dengan orang yg benar mencintainya.

Suatu pagi saat ia mengerjakan pekerjaan rumah seperti biasa; bangun jam 04.00, menyiapkan masakan untuk suami dan anak anak, membersihkan alat alat dapur, menata meja makan..tiba tiba ia berhenti dan termenung: "bukankah semua detail pekerjaan ini aku lakukan persis sama ketika aku menikah dengan suamiku dulu, mengapa dulu aku melakukannya dengan sangat tertekan dan sekarang aku melakukannya dengan kerelaan bahkan keriangan? Dulu aku sangat membenci pekerjaan pekerjaan ini, mengapa sekarang aku lakukan dengan kesukaan?"

Saudara,
Jawabannya adalah karena CINTA dan PENERIMAAN! Dulu ia kerjakan semua itu kerena tuntutan dan bahkan tekanan, kini ia lakukan karena cinta. Sesungguhnya seberat apapun "pekerjaan" dan "tanggungjawab" yang kita lakukan, jika kita lakukan dengan CINTA dan PENERIMAAN, akan menjadi ringan bahkan riang.

Seorang rekan pendeta berkata: "kuncine mung bersyukur..maka ora ono sing abot, Gusti iku mesti ngentengke uripe wong sing iso bersyukur..mboh piye carane" (kunci hidup cuma bersyukur, maka tidak ada yang berat, sebab Tuhan itu pasti meringankan beban hidup orang yang bersyukur, tanpa kita tahu bagaimana hal itu bisa terjadi).

Karena itu peganglah nasehat Firman Tuhan:

"..dan segala sesuatu yang kamu lakukan dengan perkataan atau perbuatan, lakukanlah semuanya itu dalam nama Tuhan Yesus, sambil mengucap syukur oleh Dia kepada Allah, Bapa kita." (Kolose 3:17)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 3 Agustus 2016

Bacaan: I Korintus 13:4-7

Kompas.com pernah mengkisahkan niatan seorang pria untuk menyatakan cinta kepada kekasihnya dengan cara unik dan mengagumkan. Jack Hyer (22) asal Whitefish, Montana, AS ini membuat video klip lypsinc untuk melamar kekasihnya Rebecca Strellnauer. Jack memilih lagu I'm Gonna Be (500 Miles), lagu era 1980-an yang mengkisahkan kesetiaan pasangan kekasih meski hidup terpisahkan jarak.


Selama empat tahun, Jack berkeliling dunia dan di tiap negara yg dia kunjungi, dia merekam lypsinc sebagian lagu itu untuk dieditnya kemudian. Dalam video itu, Jack tampil di lokasi lokasi wisata Kamboja, Israel, China, Yunani, Perancis, Inggris dan Turki. 


Nah, saat Jack dan Rebecca sama sama lulus dari Universitas Montana, mereka merayakan bersama keluarga besar mereka. Setelah makan malam, Jack mengatakan dia ingin menunjukkan "video kelulusannya" yg ternyata adalah video lipsync-nya di seluruh dunia itu dan... diakhiri lamarannya pada sang kekasih. Terang saja Rebecca terpana melihat video itu, dan dia semakin terkejut setelah Jack tiba2 memberinya cincin dan melamarnya.


"Saya sudah banyak bertualang. Saya pernah menunggang gajah, unta, pergi ke titik terendah Bumi dan melihat beberapa puncak tertinggi," kata Jack. "Tapi petualangan sebenarnya yang saya alami adalah mencintai Rebecca," ujar Jack.


Wow..!!! So sweet.

Sebuah perjuangan dan ungkapan cinta yang otentik dan unik. Walau lagu yang ia nyanyikan adalah lipsync, namun perjuangan untuk mengungkapkannya begitu riil. Cintanya begitu riil.

Saudaraku,

Cinta (kasih) itu sabar, murah hati, tidak cemburu, tidak memegahkan diri, tidak sombong, tidak melakukan yg tidak sopan, tidak mencari keuntungan diri sendiri, tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain, tidak bersukacita karena ketidak adilan tetapi karena kebenaran, menutupi segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 2 Agustus 2016

Bacaan: Lukas 6:27-36

Saat kita lagi asyik berbicara soal kasih..tahukah kita bahwa masih ada banyak orang yg salah mengartikan kasih?
Ini contohnya:
Farzana Parveen, perempuan Pakistan, 25 tahun tewas dilempari batu oleh keluarganya sendiri. Lantaran ia memilih menikah dengan pria yang ia cintai ketimbang dijodohkan keluarganya.

Muhammad Iqbal suaminya digugat keluarga Farzana dengan tuduhan penculikan terhadap Farzana.

Kejadian pelemparan batu terjadi saat Farzana sedang berada di luar Pengadilan Kota Lahore, Pakistan, Selasa 27 Mei 2014. Ketika dia tengah menunggu keputusan pengadilan yang mendakwa suaminya. Tiba-tiba, sekelompok orang yang ternyata keluarganya sendiri menyerang Farzana. Ada sekitar 20 orang anggota keluarga melemparkan tongkat dan batu bata ke arah Farzana. Farzanapun tewas di lokasi.

Ayah Farzana berkata dihadapan polisi; ia melakukannya demi kehormatan keluarga. Warga di sini menganggap bahwa wanita yang menikahi pria pilihannya justru menjatuhkan martabat keluarga. Kelompok Hak Asasi Manusia (HAM) Aurat Foundation menyatakan, dlm setahun, ada sekitar 1.000 perempuan di Pakistan tewas dibunuh oleh keluarganya sendiri, karena alasan kehormatan. 

Saudaraku,
Tanpa bermaksud menghakimi apa yg menimpa Farzana, mari kita menyimak makna kasih dan kehormatan yg dijaga oleh keluarga Farzana dibandingkan dgn kasih yg diajarkan oleh Tuhan Yesus. Mana yg lebih masuk akal? Hukum kehormatan yg mendatangkan kematian? Atau hukum kasih yg menghidupkan?

Mari kita kembali berandai dikisah Farzana. Seberapa lama kehormatan itu dijaga diujung dada. Ketika tahun berlalu, penyesalanpun datang membayangi malam. Disaat sang ayah terbaring diujung ajal.. Ia akan meraa sepi sendiri, tak ada anak dan cucu mendampingi..karena garis keturunannya telah putus tertimbun batu bata. Diujung ajal nan sepi itulah ia baru akan mengerti apa arti kehormatan yg sejati...terpendar bersama lelehan air mata diujung pipi.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 1 Agustus 2016

Bacaan: I Korintus 13:1-13

Setelah kita menguraikan semua karunia Roh yg Allah berikan bagi gerejaNya, maka minggu ini kita akan membahas satu karunia yg oleh Paulus dikatakan sebagai karunia yg lebih utama dan yg sempurna, yakni karunia KASIH (I Kor 12:31). Untuk menjelaskan hal tersebut, rasul Paulus menuliskan dalam satu pasal tersendiri (pasal 13) dengan pembagian sbb:

Bagian pertama, keutamaan kasih (I Kor 13:1-3)
Kasih harus menjadi landasan utama bagi karunia2 Roh. Artinya kasih harus menjadi prasyarat awal dimana karunia Allah itu dicurahkan, sekaligus menjadi ukuran bagi kebermanfaatannya. Itulah sebabnya rasul Paulus berkata, tanpa kasih maka semua karunia yg hebat itu akan sia sia.

Bagian kedua, karakter kasih ( I Kor 13:4-7)
Rasul Paulus tidak memberikan pengertian yg jlimet ttg kasih. Ia memberikan definisi yg sekaligus menjadi karakter kasih, yakni kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. Ia tidak melakukan yg tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran. Ia menutupi segala sesuatu, percaya segala sesuatu, mengharapkan segala sesuatu, sabar menanggung segala sesuatu. Wow!! Sangat simple namun jelas. Tidak perlu dijelas-jelaskan lagi, kecuali dikerjakan. Titik! 

Bagian ketiga, kesempurnaan kasih ( I Kor 13:8-13)
Pada bagian ini, rasul Paulus menyatakan bahwa kasih sebagai penyempurna semua karunia Roh yg diberikan Allah kepada gerejaNya. Paulus berkata: “jika yg sempurna (kasih) itu tiba, maka yg tidak sempurna itu akan lenyap.” Iman dan pengetahuan akan lenyap, namun kasih akan tinggal tetap. 

Jadi, mari kita meminta dan hidupi karunia kasih sebagai karunia yg utama dan sempurna, agar melaluinya karunia2 Roh yg Tuhan telah percayakan kepada kita makin disempurnakan bagi hormat dan kemuliaanNYA.

TAD-Ani