Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 5 Agustus 2016

Bacaan: I Kor 13:4-7

Anak gadis ini bernama Chen Haixun, ia berumur 9 tahun. Haixun tinggal bersama dengan ayahnya dan ibunya di satu rumah yg sangat sederhana di desa Jinsha di Xinning yg letaknya 1500 m diatas laut. Haixun mengerjakan semua pekerjaan rumah menggantikan ibunya karena ibunya sakit stress dan ayahnya bekerja serabutan sebagai kuli angkut kayu. Sehari ia bekerja, yakni mengangkat balok balok kayu (sendirian) ke atas truk dengan muatan 8 ton, ia cuma dibayar 50 yuan (itu setara dgn satu bungkus rokok). Uang yang sangat sediikit itu ia kumpulkan untuk membeli obat bagi istrinya dan makan bagi keluarganya.
Setiap hari Haixun mengambil bambu muda di sekitar gunung untuk dimasak. Mereka hampir tidak pernah makan daging, mungkin setahun sekali, yakni pada waktu imlek.

Saat diwawancarai Haixun menggambarkan keluarganya dengan rasa ASIN. Mengapa asin? Karena ayahnya pulang berkeringat dan itu asin, dan ia sering menangis karena dihina oleh anak anak yg lain, dan air matanya asin. Saat ia kehilangan barang.. rasanya sangat sedih dan itu rasanya asin.

Ketika ditanya: "Apakah keluarganya pernah mesakan MANIS?" maka Haixun menjawab: "pernah"
"Kapan itu?"
"Saat ibu tidak kambuh dan saat ayah memuji saya. Ayah mau saya di rumah menjaga ibu. Maka kalau ibu tidak kambuh, ayah akan memuji saya. Nah, saat itulah keluargaku menjadi manis."

"Haixun, kalau ada satu permintaan yg akan terkabul, apa permintaanmu?"
"Satu saja ya?"
"Ya satu.."
"Ibu sembuh dari penyakitnya."
"Mengapa begitu inginnya ibu sembuh?"
"Dengan begitu orang orang tidak mengata ngatai saya: anak orang gila.."

Saudara,
Menyaksikan cupikan film tsb, air mata kami berlinang, betapa tidak mudahnya menjaga sebuah keluarga. Jika yg satu tidak berfungsi..yg lain akan menutupinya.. jika yg satu bersedih, yg lain akan menghiburnya.. jika yg satu lemah, yg lain akan menguatkannya

Itulah makna cinta yang sesungguhnya...cinta yang saling menjaga..

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment