Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 24 Agustus 2016

Bacaan: Matius 6:25-34

Kedua, KEKUATIRAN
Ya, kekuatiran! Siapa sih yg tidak pernah kuatir? Bahkan ada orang yg menganggap ajakan untuk tidak kuatir itu tidak realistis, dan menyepelekan persoalan. Bayangkan jika ada orang yg hidupnya seperti Ayub, dulunya jaya diperhitungkan, tiba tiba terpuruk habis habisan, atau seperti janda Sarfat yg harus berjuang sendirian membesarkan anak anaknya, sementara tepung tinggal segenggam. Layakkah kita menasehatinya untuk tidak kuatir? Tegakah kita berkata: "janganlah kamu kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai."

Harus jujur diakui tidak mudah memahami dan bahkan mengamini ajakan Yesus untuk tdk kuatir. Tetapi hari ini kita akan perhatikan 3 kebenaran yg sering terlewatkan saat kita mendengar ajakan Tuhan Yesus tsb, yakni:

Pertama, Yesus bukan dari golongan Bramana yg tidak pernah hidup susah seperti kaum Sudra atau bahkan Paria. Yesus tahu betul apa artinya kekurangan dan kekuatiran.

Kedua, teks bacaan kita ini ada dalam konteks kesatuan kotbah di bukit. Dimana saat itu orang2 yg dibawa kepada Yesus adalah orang2 yg hidupnya susah, yg buruk keadaannya, yg menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yg kerasukan, sakit ayan dan yg lumpuh. (Mat 4:24). Pendek kata mereka adalah orang2 yg punya seribu satu alasan yg masuk akal untuk kuatir.

Ketiga, Yesus mengajak setiap pendengarNya untuk mengenali kekuatirannya, bergulat dengannya dan memenangkannya. Kekuatiran dan ketakutan itu satu bentuk emosi negatif yg membajak otak amigdala (bagian yg bertanggungjawab untuk emosi, naluri bertahan hidup dan memori). Nah jika kekuatiran dibiarkan berkepanjangan, maka memori kita hanya akan diisi dgn hal hal negatif dan melemahkan semangat hidup. Karena itu kekuatiran harus diintervensi. Stop!

Nah, dapatkan kekuatiran itu dikendalikan? Dengan apakah kekuatiran itu diintervensi?

(bersambung)

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment