Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 31 Agustus 2016

Bacaan: Bilangan 6:24-26; Yoh 14:27

Seperti apakah rasanya damai sejahtera yang dari Tuhan itu? Dapatkah lidah kita mengecapnya? Tangan kita merabanya? Mata kita melihatnya? Telinga kita mendengarnya? Otak kita mendeskripsikannya? Jawabnya bisa sekaligus juga tidak?

Kita tidak bisa mendekati dan merasakan secara penuh damai sejahtera, jika hanya mengandalkan pendekatan inderawi tubuh kita. Tetapi kita bisa merasakan kepenuhannya yang melampaui segala akal itu jika kita masuk melalui dimensi ROH dan KEBENARAN. Ingat, damai sejahtera itu bukan emosi yang bisa dibeli oleh materi, diciptakan oleh situasi atau diaktifkan oleh meditasi. Bukan! Damai itu terjadi dalam roh dan kesadaran diri akan sentuhan lawatan ilahi. Yesus berkata: "Damai sejahtera kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera Kuberikan padamu, dan apa yg Kuberikan tidak seperti yg diberikan oleh dunia kepadamu." (Yoh 14:27).

Nah, ketimbang kita sibuk mencari diskripsi dan padanannya, terlebih berguna jika kita bertanya bagaimana kita bisa merasakan lawatan berkat damai sejahtera itu? Atau dengan cara apa kita mengalaminya?

Saudaraku, ada dua kata kunci untuk memasuki lawatan berkat damai sejahtera tsb, yakni IMAN dan AMIN. Format damai sejahtera itu sesungguhnya telah Allah sampaikan kepada Musa, agar Musa memberkati umatNya dengan mengatakan: "TUHAN memberkati engkau dan melindungi engkau; TUHAN menyinari engkau dengan wajahNya dan memberi engkau kasih karunia; TUHAN menghadapkan wajahNya kepadamu dan memberi engkau damai sejahtera." (Bil 6:24-26). Dan umat yang mendengarkan ucapan berkat mengangkat tangannya dengan penuh IMAN mereka berkata AMIN.

Tanpa IMAN dan AMIN, mustahil kita akan mengecap damai sejahtera yang Allah turunkan bagi kita.

(bersambung)

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment