Bacaan: I Kor 3:10-16
Harus diakui banyak gereja masih terjebak pada tahapan yang pertama, yakni tahap identitas. Tentulah tahap ini penting untuk diletakkan, sebagaimana rasul Paulus juga berbicara bahwa dasar ini sangat penting, namun jika tidak beranjak ketahap berikutnya, gereja hanya akan sibuk pada urusan:
Pertama, penerimaan dan pengakuan.
Gereja sibuk untuk promosi iklan diri. Permintaan untuk diakui ini biasanya dilakukan dengan metode menghina kekurangan gereja lain dan mengatakan bahwa bahwa gerejanya punya kelebihan. Sayangnya "kelebihan" yang ditawarkan masih bersifat kulit, yakni dengan mengandalkan "kesaksian" artis atau petobat baru dari agama lain.
Kedua, penguatan sistem dan aturan.
Aneh tapi nyata..ada banyak sekali gereja yang masik sibuk untuk menghabiskan banyak waktu dan dana untuk bongkar pasang tata gereja dan ribut untuk mempertebal aturan aturan yang lebih rinci. Diluar aturan2 resmi juga masih ada pakem pakem kebiasaan dalam ibadah yang tidak boleh diubah...demi satu alasan yakni mempertahankan identitas denominasi tradisi tertentu.
Ketiga, aktifitas inward looking.
Yang dipentingkan dalam program yg orientasinya kedalam ini adalah menambah jumlah anggota gereja atau minimal mempertahankan jumlah yang ada. Antar jemput untuk jemaat baru dan doorprice menjadi andalannya. Diakonia gereja jg masih sangat karikatif, yakni dengan memberi beras atau bea siswa untuk menambah atau menjaga jumlah jemaat. Hampir 90% dana gereja diperuntukkan bagi program dan aktifitas ke dalam, penguatan mimbar dan bukan umat.
Yup..ketiga ciri itulah gereja yang masih ada di level identitas. Sekali lagi hal itu tidak salah, namun jika hal itu dilakukan bertahun tahun dan tak meningkat pada level berikutnya..maka kejenuhan dan keterjebakan dalam konflik akan mewarnai kehidupan bergereja.
(bersambung)
TAD-Ani
No comments:
Post a Comment