Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 29 Oktober 2016

Bacaan: II Tim 2:14-26

Jadi, ada 3 hal yg harus dikerjakan agar kita bisa terhindar dari jerat dosa percabulan, yakni: MENJAUHI NAFSU BIRAHI yang cabul, mengarahkan perhatian pada HAL HAL POSITIF dan menjaga KEMURNIAN HATI ( 2 Tim 2:22). Mari kita kupas satu persatu;

Pertama, menjauhi nafsu birahi yg cabul. Sejarah membuktikan bahwa manusia itu hampir dipastikan jatuh saat menghadapi godaan nafsu birahi. Daud jatuh, Salomo jg kalah, Samson pun takluk. Jangan sombong dengan mengatakan bahwa kita tahan tak tergoda. Semua kita pasti akan tergoda. Yang harus dilakukan adalah seperti Yusuf, menghindar dan berlari pergi! Itulah sebabnya pula rasul Paulus menasehatkan tips tsb pada Timotius untuk : "jauhi nafsu birahi yang cabul.." lari dan jangan dekati apalagi ajak negosiasi. Pasti akal sehat dan nurani kita akan dibajak dan diplintir iblis sehingga apa yang dilarang menjadi diperbolehkan, apa yang harus dijauhi malah didekati.

Kedua, arahkan hatimu pada hal hal positif. Rasul Paulus menegaskan bahwa semua yang benar, semua yang mulia, semua yang adil, semua yang suci, semua yang manis, semua yang sedap didengar, semua yang disebut kebajikan dan patut dipuji, pikirkanlah semuanya itu." (Fil 4:8). Artinya, jangan sampai kita hidup seperti orang yg tidak mengenal Allah dengan pikirannya yg sia sia (Ef 4:17). Usahakan setiap pagi kita mulai dan minta roh hikmat, pengertian dan keperkasaan dari Allah untuk menuntun pikiran kita pada hal hal yg positif dan membangun, serta memuliakan nama Allah.

Ketiga, menjaga kemurnian hati. Rasul Paulus jg menjelaskan soal menjaga kemurnian hati ini dengan cara yg simple, yakni: menghindari soal yg dicari, yg bodoh dan tidak layak. (II Tim 2:23). Ringkasnya "ojo neko neko." Kalau engkau sudah diberkati Tuhan dengan keluarga, keturunan dan pekerjaan yg baik..ya "ojo neko neko." Tetaplah waspada dan jagalah hatimu dengan segala kewaspadaan.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 28 Oktober 2016

Bacaan: II Timotius 2:22
Saudara,
Dosa percabulan adalah dosa yg paling sukses pada masa kini. Dimana mana kita dihadang dengan iklan dan bisnis hiburan yg mengekspoitasi seksualitas. Anak anak SD dan SMP bahkan sudah banyak yg kecanduan pornografi dan seks. Apalagi skrg akses pornografi begitu mudahnya. Lewat jaringan sosial yg sangat privat, anak2 sudah bergaul dekat dgn pornografi.

Mau bukti?
Sederhana saja. Ambil HP atau laptop anakmu dan lihat semua jejak history situs yg baru saja dibukanya. Atau lihat friend di FB nya, kepada siapa saja anakmu itu berteman. Kalau anak kita cowok dan kebanyakan friend di FB nya jg cowok yg orientasi seksualnya "melambai", maka ia layak dicurigai. Jika hampir semua nama teman anak perempuan kita di FB nya ada tambahan less..maka itu indikasi bahwa ia sedang bergaul dgn para lesbian.

Jadi dosa hawa nafsu birahi dan percabulan itu sudah benar benar masuk dlm level darurat satu. Bayangkan baru saja kita saksikan sepasang anak remaja SMP dengan bangganya memamerkan foto2 mesra mereka bak suami istri. Sungguh, dosa percabulan adalah dosa yg saat ini paling banyak menyeret manusia dalam sengat maut. Tubuh dan seksualitas yang adalah karunia paling tampak (most visible grace) dan yang paling indah, telah berubah menjadi benda dan barang yang dapat dimanipulasi dan diperalat.

Bagaimana kita menghadapi dosa ini?

Rasul Paulus menasehatkan Timotius untuk MENJAUHI NAFSU BIRAHI yang cabul, mengarahkan perhatian pada HAL HAL POSITIF dan menjaga KEMURNIAN HATI ( 2 Tim 2:22). Nah, itulah cara yang paling efektif untuk menghindarkan kita dan anak anak kita dari jerat dosa nafsu berahi yang cabul.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 27 Oktober 2016

Bacaan: Kejadian 6:18
Saudara, beberapa waktu lalu KOMPAS. com melaporkan ada seorang gadis bernama Oghosa Ovienrioba (22), yg  sejak usia 14 th telah kecanduan menonton film porno. Ovienrioba melampiaskan "hobi" tersebut sambil melakukan masturbasi 5-6 kali sehari. Dan itu dilakukan oleh Ovienrioba selama 8 th, semenjak usia 14 th.

"Ketika awalnya aku menonton, reaksiku adalah terkejut, lalu berubah menjadi kesenangan," kata Ovienrioba.

Saudara,
Jangan anggap enteng bahaya pornografi. Dr. Donald Hilton Jr. ahli bedah saraf mengatakan bahwa kerusakan otak karena ketagihan pornografi lebih sulit disembuhkan dibandingkan kecanduan makan dan obat obatan. Jika kecanduan tersebut dibiarkan, maka akan terjadi penyusutan otak sehingga lama kelamaan kerusakannya akan permanen.

Jadi, ternyata ada korelasi yang sangat kuat antara kecanduan pornografi dengan kebodohan dan kebebalan. Dan ini sudah diingatkan oleh penulis kitab Amsal (pasal 1-5)
Karena itu kita harus harus alert bahwa bahaya pornografi ini sudah menjadi "DARURAT KELUARGA". Bayangkan saat ini ditemukan ada 60 juta akses pornografi dilakukan anak anak setiap bulannya.

Mari,
Berdoalah dan lakukan tindakan kongkret untuk memeluk dan merebut kembali hati dan jiwa anak anak kita. Muridkan anak anak kita dengan cara membawa mereka kepada pengalaman akan cinta Tuhan.

Dan itu semua dimulai dari orang tua yang juga bertobat dan berjaga... orang tua yang siap mengadakan perjanjian dengan Tuhan untuk membangun ulang "bahtera keluarga".. at any cost!

Sebagaimana FirmanNya:
"Tetapi dengan engkau Aku akan mengadakan perjanjian-Ku, dan engkau akan masuk ke dalam bahtera itu: engkau bersama-sama dengan anak-anakmu dan isterimu dan isteri anak-anakmu."

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 26 Oktober 2016

Bacaan : Amsal 4:1-13
Betapa menyenangkannya jika suatu hari, anak kita berkata : “pa/ma ajari aku dengan apa yang papa/mama tahu tentang hidup.” Wah itu adalah permintaan yang sangat ditunggu-tunggu oleh orang tua.Orang tua yg punya banyak sekali “ilmu hidup” akan dengan senang hati mengajarkan kepada anak anaknya. Kita tahu bahwa sekolah itu penting, namun tidak cukup. Apa yang diajarkan di sekolah itu hanya sekitar 30-40% saja..selebihnya harus belajar mandiri. Belum lagi kalau kita berbicara tentang ketrampilan hidup, ketrampilan hidup tidak bisa diajarkan disekolah.Ia harus diajarkan oleh orang tua dan komunitas dimana anak itu hidup. Itulah yang oleh penulis Amsal disebut sebagai pengertian.Pengertian itu lebih dari sekedar ilmu (pengetahuan). "Ngerti" itu lebih komprehensif dari pada tahu. Jadi ketika Amsal berbicara tentang pengertian, maka ia berbicara tentang ketrampilan hidup atau yang disebut sebagai soft skill dan art skill.

Didikan ayah akan membuat anak memperoleh pengertian. Dukungan kasih ibu akan membawa anak pada mencintai petunjuk petunjuk ilmu. Amsal 4:3-4 berkata : “Karena ketika aku masih tinggal di rumah ayahku sebagai anak, lemah dan sebagai anak tunggal bagi ibuku, aku diajari ayahku, katanya kepadaku: "Biarlah hatimu memegang perkataanku; berpeganglah pada petunjuk-petunjukku, maka engkau akan hidup.”

Mari lahirkan generasi yg memiliki hikmat dan pengertian..Generasi yg takut akan Tuhan, yg trampil mengolah hidup dan bersiap dlm panggilannya di perubahan jaman. Biarlah setiap orang tua akan bisa berkata :

“Hai anakku, dengarkanlah dan terimalah perkataanku, supaya tahun hidupmu menjadi banyak.Aku mengajarkan jalan hikmat kepadamu, aku memimpin engkau di jalan yang lurus. Bila engkau berjalan langkahmu tidak akan terhambat, bila engkau berlari engkau tidak akan tersandung. Berpeganglah pada didikan, janganlah melepaskannya, peliharalah dia, karena dialah hidupmu.”

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 25 Oktober 2016

Bacaan : Yohanes 21:15-17
Mengkaitkan banyaknya kerusuhan dan kekerasan di masyarakat kita (yg makin tidak etis dan tidak toleran), maka wajarlah jika kita bertanya: Apakah ini ada hubungannya dengan kealpaan mentoring nilai2 moral dalam keluarga? Jawabnya: Ya.. pasti ada! Sebab ditengah tuntutan hidup yg serba cepat dan keras ini, orang tua bisa dikatakan tak mempunyai waktu dan wawasan yg cukup untuk mendampingi pertumbuhan anak2nya. Padahal anak2 sangat membutuhkan pendampingan 3G dari orang tuanya, yakni: Guide, Guard dan Govern.

GUIDE (membimbing).
Johnny Fontane mengatakan: "menjadi ayah berarti berusaha untuk selalu berada disekitar kehidupan anak2nya. Ketidakhadiran seorang ayah membuat anak laki laki menjadi peka, perasa, pemarah, mudah frustasi dan menjadi introvert, over posesif dan sering membuat masalah."

GUARD (menjaga)
Tracie Afifi mengatakan: "seorang anak yg mengingat pernah dipukul, ditampar, dan mengalami hukuman dan kekerasan verbal dan fisik pada masa kanak2 cenderung di diagnosis mengelami kecemasan, stress dan depresi." Ayah adalah pelindung, penjaga yang membangkitkan rasa aman, bukan ayah yg garang dengan cambuk dan hukuman. Ingat disiplin anak tidak dibentuk dari rasa takut, tapi dari kesadaran yg keluar dari dekapan kasih sayang.

GOVERN (memerintah)
Ita D Azly mengatakan; "seorang anak akan meniru dan mencontoh prilaku orang2 terdekatnya. Pendidikan hidup tanpa keteladanan adalah tidak realistis. Ya, keteladanan adalah cara yg paling tepat untuk mengatur (govern) anak2 kita.

Nah,
Jika peran ayah (orang tua) untuk mengerjakan 3G tsb (Guide, Guard dan Govern) tidak dikerjakan dengan baik dan tidak dikerjakan dengan takut akan Tuhan; maka anak2 akan bertumbuh dalam kerentanan jiwa yg mudah tersulut dgn kegalauan dan kekerasan baik pada diri sendiri maupun lingkungannya. Rohnya menjadi begitu ringkih, jiwanya rantas dan fisiknya setara KW2...bagus dipenampilan lemah didaya tahan.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 24 Oktober 2016

Bacaan: Roma 12:2
Mendidik anak anak itu perlu proses yg panjang. Ada ungkapan bijak mengatakan: "Untuk membesarkan satu pohon diperlukan waktu 10 th, tetapi untuk membesarkan anak, tidaklah cukup waktu 100 th." Banyak orang tua menginginkan perubahan, namun mendapati kenyataan bahwa itu hanya sebatas kemauan dan gagasan saja. Mengapa? Karena orang ingin perubahan yg instan dan tidak tahu bagaimana mendampingi anak anak mereka untuk mencapai destiny mereka.

Saudara,
Para ahli sosiologis dan managemen sepakat bahwa perubahan hidup itu memerlukan empat elemen mendasar, yakni:

Elemen pertama adalah KESADARAN. Tak seorangpun bisa mengubah sesuatu kecuali ada  perubahan KESADARAN pada diri orang tsb. Demikian pula orang tua tidak bisa memaksakan perubahan, jika hal itu tdk berangkat dari kesadaran anaknya sendiri.

Elemen kedua adalah PEMAHAMAN. Saat anak mulai berkata "aha..!" sebagai wujud penemuan kesadarannya, maka saat itulah orang tua membantu menata cara berpikir anak untuk makin tertanam kuat menjadi pemahaman.

Elemen ketiga adalah KEPERCAYAAN. Saat anak sudah memahami apa yg benar dan salah; memahami akan panggilan hidupnya, maka orang tua mulai mengambil jarak untuk tdk intervensi terus menerus pd anak2nya. Anak anak harus mulai dipercayai untuk berani untuk mempercayai diri sendiri dan berani mengambil pilihan bagi jalan hidupnya sendiri.

Elemen keempat adalah PENGALAMAN. Dampingi anak untuk memiliki pengalaman hidup yg cukup. Ingat guru yg paling baik adalah pengalaman. Semakin banyak mereka belajar dari pengalaman (yg baik maupun yg buruk), semakin matang anak dalam mengambil pertimbangan dan semakin siap menapaki masa depannya.

Nah, itulah keempat elemen perubahan yg perlu kita letakkan dalam proses pendampingan anak anak kita. Sesungguhnya anak2 itu adalah milik pusaka TUHAN, mari kita jaga dan dampingi, agar anak2 kita menjadi seperti anak panah ditangan pahlawan (Maz 127:3-5)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 22 Oktober 2016

Bacaan: Yesaya 11:1-10: Ef 6:4
"Dan kamu, bapa bapa, janganlah bangkitkan amarah didalam hati anak anakmu, tetapi didiklah mereka didalam ajaran dan nasehat Tuhan."

Hati anak itu sesungguhnya lembut, dan teramat lembut. Karena itu jangan sakiti hatinya dengan penghinaan atau kata2 kutuk. Sebab jika hati anak sudah tawar dan bahkan mengeras, maka usaha menabur benih Firman pun akan seperti jatuh di tanah yg berbatu.

Dahulu..
karena sedemikian marah, saya mencambuk anak saya yg bungsu dengan sabuk. Sekali! Ya cuma sekali! Saya sendiri sudah lupa peristiwanya. Itu terjadi saat dia masih TK.

Waktupun berjalan..

Betapa terkejutnya kami, ketika suatu hari kami sedang bercengkrama dalam family time, anak bungsu kami cerita, bahwa ia masih ingat dicambuk papa. Saat itu dia sudah menginjak usia SMA.

Wuah..Ternyata apa yg pernah saya lakukan saat dia masih TK, terekam kuat dijiwanya hingga SMA. Maka saat itu juga kami meminta maaf. Bayangkan, seandainya kami tidak menanyakan hal itu (karena kami anggap tindakan kami itu wajar..atau membiarkan seolah waktu akan melupakannya), maka kepahitan akan terus ada dihatinya. Dan benih Firman Tuhan akan sulit berakar dalam hatinya. Dengan permintaan maaf dan pemulihan tsb, kami telah membuang batu batu penghalang bagi benih Firman.

Saudara,
Tugas kita sebagai orang tua bukan hanya mengolah kecukupan hidup materi anak anak. Tugas utama kita justru mengolah kelembutan hatinya. Olahlah hati anak anak dengan kasih sayang dan keteladanan. Tentu, teguran dan didikan harus diberikan, namun jangan sampai emosi dan kemarahan membangkitkan sakit hatinya, hingga tawar dan mengeras kepada sapaan kasih dan Firman.

Didiklah anak anakmu dalam ajaran dan nasehat Tuhan...dan mintakan dalam doa2mu setiap hari agar TUHAN memberikan kepada anak anakmu roh hikmat dan pengertian, roh nasehat da keperkasaan, roh pengenalan dan takut akan TUHAN.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 21 Oktober 2016

Bacaan: Roma 8:18-30
Dialog anak kecil yg digandeng oleh ibunya sepulang dari sekolah, sungguh sangat menyentuh, demikian isi percakapannya:

"Mama, apa warna langit?"
"Biru sayang"
"Mengapa warnanya biru?"
"Well..itu adalah warna pengharapan."
"Apa itu pengharapan?"
"Pengharapan itu bukan sesuatu yg kamu lihat. Sesuatu yg kamu bisa rasakan.. Sesuatu yg kamu inginkan."
"Oh, aku ngerti sekarang. Seperti keinginanku untuk dapat berlari dgn cepat. Seperti keinginanku untuk melompat dgn tinggi, seperti keinginanku bisa berenang seperti ikan."

"Ya, mungkin..Oh ya.apa yg kamu kerjakan hari ini di sekolah?"

"Kami menggambar YOG, apakah mama tahu YOG?"

Mamanya menggeleng kepala sambil tersenyum..

"Kata Miss Juwita itu adalah gedung olah raga yg sangat besar di Singapura.. Dari sana seluruh dunia akan bisa melihat kita."

"Lalu apa yang kamu gambar?"
"Aku menggambar..banyak sekali orang dalam stadion itu.!," kata si anak sambil mengeluarkan kertas gambarnya dari dalam tas.

"Wow..ini gambar yg sangat bagus. Apakah kamu menyukainya?"

"Ya, dan miss Juwita memberiku nilai A... Mama, aku pingin sekali pergi ke stadion Youth Olympic Games"

Mamanya terdiam..matanya nanar berkaca, karena mengingat bahwa anak gadisnya itu BUTA, tetapi ia dengan lembut berkata:

"Tentu...aku akan membawamu kesana. Tetapi...mengapa kamu ingin kesana?"

"Seperti mama selalu mengajariku, aku tak dapat melihat..tetapi aku dapat merasakan.. Aku ingin kesana untuk bisa MERASAKAN semua pengharapan orang2 lain."

Mamanya mendekap anaknya:
"Tentu..aku akan membawamu kesana."

Wow...
Sungguh percakapan yg luar biasa. Bagaimana seorang ibu yg menjadi mata bagi anak gadisnya yg buta, sehingga anaknya tetap bisa "melihat" dan antusias mengukir "harap" bagi masa depannya.

Sungguh, kasih ibu itu mematangkan iman dan harapan anak anaknya, bukan melemahkan apalagi mematahkannya.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 20 Oktober 2016

Bahan: Kejadian 3:20
"Manusia itu memberi nama Hawa kepada istrinya, sebab dialah yang menjadi IBU semua yang hidup" (Kej 3:20).

Ada 4 hal yang dicirikan oleh hampir semua ibu (sehingga ia dikatakan ibu semua yang hidup); yakni:

1. Kesetiaannya
Ibu itu setia untuk merawat anak anaknya, tanpa mengharapkan baas jasa. Seorang ibu sanggup merawat (dengan setia) 10 anak anaknya, tetapi 10 anaknya belum tentu dapat merawat (dengan setia) ibunya. Apa rahasianya? Hampir semua ibu akan menjawab: "my kids are my heart and soul, they will always be my babies, even when they grow old."

2. Pengorbanannya
Ibu adalah orang yang melihat ada empat potong kue lapis untuk lima orang dan segera berkata bahwa ia tidak pernah suka makan kue lapis (agar suami dan anak anaknya yg bisa menikmati kue lapis tsb).

3. Kasihnya
Helen Steiner Rice mengatakan: "Kasih itu sabar dan memaafkan ketika semua orang yang lain pergi kabur; kasih ibu tidak pernah terputus atau gagal walaupun hatinya sendiri hancur." Earl Riney menambahkan: "Kasih ibu seperti kasih Allah; Allah mengasihi kita bukan karena kita pantas dikasihi, melainkan karena memang sifatNyalah untuk mengasihi dan juga karena kita adalah anak anakNya."

4. Doa doanya
Seorang ibu akan senantiasa mengiring anak anaknya dalam doa. Ia akan menggedor pintu Sorga lewat doa doanya..agar anak anaknya beroleh belas kasihan, perlindungan dan pengampunan dari Sang Bapa. Glen Wheleer berani bertaruh bahwa "Banyak orang tetap mengambil jalan lurus karena ibunya berlutut berdoa."

Yup....itulah panggilan dan hati dari seorang perempuan yang disebut IBU..
Ibu bagi semua yang hidup.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 19 Oktober 2016

Bahan: Kejadian 3:20
Alkisah...
TUHAN nampak sibuk sekali menciptakan seorang IBU...

Seorang malaikat datang dan berkata lembut: "TUHAN, banyak sekali waktu yg dihabiskan untuk menciptakan ibu ini?"

TUHAN menjawab pelan:
"Tidakkah kau lihat perincian yg harus dikerjakan?
Ibu ini harus waterproof. Harus terdiri 180 bagian lentur, lemas dan tidak gampang lelah. Ia harus bisa bertahan hidup, walau dari sedikit teh kental dan makanan seadanya, demi mencukupi kebutuhan anak anaknya.
Ia harus memiliki telinga yang lebar untuk menampung keluhan. Memiliki penciuman yang dapat menyembuhkan dan menyejukkan hati anak anaknya. Lidah yang manis untuk merekatkan hati yang patah. Dan enam tangan!"

Malaikat itu menggeleng gelengkan kepala: "enam pasang tangan TUHAN?"

"Tentu saja! Bukan tangan yg merepotkan melainkan tangan yang melayani sana sini, mengatur segala galanya agar menjadi lebih baik.." balas TUHAN.
"Ibu ini juga harus memiliki tiga pasang mata."

"Bagaimana modelnya?" tanya malaikat itu semakin heran.

TUHAN mengangguk angguk:
Sepasang mata yang dapat menembus pintu yang tertutup rapat dan bertanya: "Apa yang sedang kau lakukan didalam sana?", padahal sepasang mata itu sudah mengetahui jawabannya.
Sepasang mata kedua sebaiknya diletakkan di belakang kepalanya, sehingga ia bisa melihat kebelakang tanpa menoleh. Artinya, ia dapat melihat apa yang sebenarnya tak boleh ia lihat.
Dan sepasang mata ketiga untuk menatap lembut seorang anak yang mengakui kesalahannya. Mata itu harus bisa bicara! Mata itu berkata: "Saya mengerti dan saya tetap sayang padamu." meskipun tak diucapkan sepatah katapun.

"TUHAN", kata malaikat itu lagi.."istirahatlah."

Kata TUHAN:
"Saya tidak dapat. Saya sudah hampir selesai."

Akhirnya malaikat itu membalik balikkan contoh itu dengan perlahan.."Terlalu lunak," katanya memberi komentar.
"Tapi kuat", kata TUHAN.

"Tak akan kau bayangkan betapa banyaknya beban yang bisa ia tanggung, pikul dan derita."

"Apakah ia dapat berpikir?" tanya malaikat.
"Ia bukan hanya dapat berpikir, tetapi ia juga dapat memberi gagasan, ide dan bernegosiasi, " kata Sang Pencipta.

Akhirnya malaikat menyentuh sesuatu di pipi. "Eh, ada kebocoran di sini."

"Itu bukan kebocoran," kata TUHAN.
"Itu adalah air mata. Air mata kesenangan, air mata kesedihan, air mata kekecewaan, air mata kesakitan, air mata kesepian, air mata kebanggaan..ya..air mata, air mata..."
Akhirnya malaikat itu berkata pelan:
"Oh, TUHAN.. dia SEMPURNA!"

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 18 Oktober 2016

Bahan: Amsal 19:20
"Dengarkanlah nasihat dan dapatkan didikan, supaya engkau menjadi bijak di masa depan."

Abraham Lincoln mengatakan: "Diri saya yang sekarang dan semua yang saya harapkan saya peroleh berkat ibu." Sungguh luar biasa pengakuan tersebut, sebagai seorang presiden Amerika dia membuat pengakuan bahwa kesuksesannya adalah berkat ibunya. Apa sih hebatnya ibunya Lincoln?

Nancy Lincoln, adalah seorang ibu yang sederhana dan tidak pandai, namun hatinya melekat pada Allah dan tak henti hentinya mengajari anak anaknya untuk hidup lurus dan tidak  menyimpang dari jalan kebenaran. Ia juga seorang ibu yang rajin menekuk lututnya untuk mendoakan anak anaknya. Lincoln berkata: "Saya mengingat doa doa ibu dan doa doa itu selalu mengikuti saya. Doa doa itu melekat pada saya seumur hidup."

Glen Wheeler mengatakan: "Selama berabad abad, tidak ada bangsa yang mempunyai sahabat yang lebih baik dan lebih kuat daripada ibu yang mengajarkan anak anaknya berdoa." Glend Wheeler yang meneliti jalan hidup tokoh tokoh besar dunia menyimpulkan : "Banyak orang tetap mengambil jalan lurus dalam hidupnya, karena ibunya berlutut berdoa."

Saudara,
Mari...hormati dan muliakanlah orang tuamu, terkhusus ibumu.. dan tetaplah hidup dijalan yang lurus. Sebab diluar tahumu...ada sepasang lutut yang setia bertelut untuk menaikkan doa doa bagimu.

agar..engkau dirahmati Allah dalam kebaikan dan kemurahan, dijauhkan dari pencobaan dan dilepaskan dari yang jahat..
agar seluruh perjalananmu berhasil dan beruntung.

TAD - Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 17 Oktober 2016

Bacaan : Kejadian 3:20
Setelah kita membahas peran ayah dalam semingu yang lalu, minggu ini kita akan menguraikan peran ibu bagi pendidikan anak anaknya. Khususnya apa yang menjadi tugas dan fungsi utama seorang ibu.

Saudara,
Ada 3 peran penting seorang ibu bagi pertumbuhan anak anaknya, khususnya pada usia 0-12 th, yakni: Nutrition, Care dan Maintain.

NUTRITION (Nutrisi)
Mulai dari anak masih ada dalam kandungan, seorang ibu harus memperhatikan asupan gisi yang masuk dalam tubuhnya, sebab seluruh nutrisi yang diperlukan janin untuk berkembang didapat melalui makanan dan suplemen yg dikonsumsinya. Nutrisi yang diperlukan pada bulan pertama kehamilan sampai kelahiran adalah makanan yang mengandung kalsium (susu, yogurt, keju), zat besi (daging merah, daging unggas, ikan, bayam, dan kacang2an), folat dan asam folat (bayam, anggur, jeruk, kacang polong), DHA (ikan laut dingin, ikan salmon, tuna, kod hitam, sarden dan udang) dan protein (daging tanpa lemak, telur, tahu, tempe).

CARE (pengasuhan)
Peran berikutnya adalah merawat, mengasuh dan melimpahi anak anaknya dengan kasih yg penuh. Saat anak jatuh sakit, sang ibu akan melakukan apapun untuk berjaga dan menyembuhkan anaknya, bahkan seandainya mungkin ia pun akan rela menggantikan posisi anaknya yang sakit. Itu sebabnya muncul peribahasa "kasih anak sepanjang galah, kasih ibu sepanjang jalan."

MAINTAIN (memelihara)
Peran ibu yang tak banyak disebut (padahal sangat penting) adalah menegakkan disiplin. Ya! Ibulah yang pertama tama menegakkan disiplin bagi anak anaknya, bukan ayah. Ibulah yg mengajari anak tentang tempat, waktu dan cara yang benar. Dan itulah fondasi ajaran tentang kedisiplinan.

Karena itu...
tidaklah berlebihan jika orang mengatakan bahwa surga ada dibawah telapak kaki ibu.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 15 Oktober 2016

Bacaan : Roma 12:9-10
3. SPIRITUALITAS
Jika keluarga telah memiliki dasar dasar HUKUM (perintah, ketetapan dan aturan) dan dijakankan SISTEM yg baik, maka tibalah sekarang untuk memasuki tahap SPIRITUALITAS keluarga.

Tuhan Yesus berkata: "tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah penyembah yang demikian." (Yoh 4:23).

Saudara,
Mari kita isi kata "penyembah-penyembah" ini dengan "keluarga-keluarga". Ya, keluarga kitalah yang dimaksud Tuhan Yesus dengan penyembah yang benar itu. Keluarga yang memiliki waktu dan disiplin rohani untuk menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran.

Keluarga yang menempatkan otoritas rohani lebih dari pada hukum dan sistem. Dimana hukum utama dan terutamanya adalah mengasihi Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi, serta hukum yang kedua yang sama dengan hukum pertama adalah mengasihi sesama (anggota keluarga) seperti mengasihi diri sendiri.

Ya, pada kedua hukum kasih itulah tergantung seluruh hukum keluarga, perintah, ketetapan dan peraturan detail lainnya. Anak akan menghormati orang tua sebagai perwujudan kasihnya yang tulus dan gembira kepada Tuhan dan kepada manusia seperti kepada dirinya sendiri. Demikian pula orang tua akan mengasihi anak anaknya dengan sepenuh hati, jiwa dan akal budi untuk memurnikan dan memuliakan jiwa anak anaknya.

Alhasil,
Kehidupan keluarga menjadi hangat dan penuh rahmat karena ada spirit untuk saling menghargai, mengutamakan dan memuliakan seorang atas yang lain. Disinilah kita akan mengerti perintah Firman yg mengatakan : "hendaklah kasih itu jangan pura pura! Jauhi yang jahat dan lakukanlah yang baik. Hendaklah kamu saling mengasihi sebagai saudara dan saling mendahului dalam memberi hormat."

Yup..
Itulah spiritualitas keluarga yang harus kita tegakkan.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 14 Oktober 2016

Bacaan : Roma 12:4-6
2. SISTEM
Tahap berikutnya untuk membangun otoritas dalam keluarga adalah membuat sistem yang tepat. Ingat setiap keluarga adalah komunitas yang unik dan baik yang harus ditata dalam sistem yang tepat, sesuai dengan konteks dan kesanggupan masing masing keluarga. Kita tidak bisa menilai satu keluarga lebih baik dari pada lainnya, kecuali sistem nilai yg dibangunnya. Ya..benar! Yang bisa kita nilai hanyalah apakah keluarga tsb memiliki sistem relasi, komunikasi dan intimasi yang baik atau tidak. Sebab otoritas kepemimpinan dalam keluarga (baik vertikal maupun horisontal) hanya bisa berjalan jika dibangun atas sistem yang baik dan dihormati semua anggota keluarga.

Pertanyaannya: sistem yang baik itu seperti apa? dan bagaimana membangun sistem tsb dalam keluarga?

Mari kita perhatikan apa yang disampaikan oleh Alkitab. Rasul Paulus menggambarkan sistem yang paling tepat bagi  keluarga dan gereja diumpamakan seperti tubuh.  Tubuh yang terdiri dari berbagai macam organ yang diikat jadi satu dan menjadi kesatuan yang hidup dan bertumbuh. Jadi disini kita tidak berbicara soal otoritas hukum yang dijalankan dalam kekuasaan yang hirarkial. Iman Kristen menyatakan bahwa keluarga adalah komunitas tubuh Kristus yang hidup, kudus dan berkenan kepada (otoritas) Allah.

Sebagai tubuh Kristus, maka setiap organ menjadi penting dan utama sesuai dengan peran dan penggunaannya. Semua anggota keluarga terikat menjadi satu untuk saling melengkapi agar tubuh menjadi sehat dan berfungsi dgn baik. Itulah penggambaran sistem otoritas keluarga yang sangat brilian oleh rasul Paulus.

Sebagai tubuh Kristus, kita pun sadar dan sepakat bahwa pemimpin utama bagi keluarga adalah Kristus, Sang Kepala..

sehingga tidak relevan lagi untuk bertanya siapa yang lebih berkuasa di atas siapa.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 13 Oktober 2016

Bacaan : Ulangan 6 :1-2
Seorang teman bertanya, "pak..mengapa anakku sekarang kok jadi bandel dan memberontak kepada papanya. Apakah ini karena pengaruh temannya? Diajak keluar untuk makan bersama sudah males. Kalau toh mau, ia menunjukkan sikap yg acuh dengan pikiran yang melayang entah kemana. Ngobrol bersama, rasanya sudah tak jenak. Kalau ditanya, dijawab pendek seperlunya dan dengan nada yg ndak enak pula. Sampai papanya marah karena merasa tidak dihargai lagi. Sekarang ia makin tertutup dengan kami. Bagaimana membuat anak laki laki kami bisa hangat dan hormat seperti dulu lagi?"

Saudara,
Menjadi ayah adalah proses panjang yg memang naik turun. Dan kita juga harus mengenali proses dan tahap fathering secara benar dan Alkitabiah. Jangan sampai kita abai dan lalai dalam meletakkan dasar dasarnya, lalu "panik" saat anak anak sudah menjelang remaja dan mereka tiba tiba berubah sikap menjadi acuh dan tidak menghormati ayahnya lagi. Semakin ayahnya berusaha menegakkan otoritas (dengan kekerasan), semakin anak-anak melawan pada tekanan ayahnya tsb.

Nah,
Sesungguhnya, ada 3 tahapan perkembangan pendidikan dan pendampingan yang harus dikenali oleh para orang tua, khususnya seorang ayah bagi anak anaknya, yakni:

1. OTORITAS
Pada usia anak anak, hukum yg berisi perintah, ketetapan dan aturan harus ditegakkan. Mana yg boleh dan mana yg tidak? Mana yang baik dan mana yang buruk. Jadikan hukum itu menjadi patokan otoritas yg berlaku atas semua anggota keluarga, jangan menjadikan diri sendiri (orang tua) sebagai patokan standartnya. Sebab hukum haruslah dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga. Sama seperti Hukum Taurat yang diberikan Allah kepada Musa untuk umat Israel, hukum tsb berlaku untuk semuanya; baik raja, imam, nabi maupun rakyat jelata, semua harus sama didepan hukum.

Jika orang tua (ayah) menghargai dan tunduk pada hukum keluarga, maka dipastikan anak anak juga akan mengikutinya.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 12 Oktober 2016

Bacaan: Efesus 5:15,16
Seorang pengacara muda yang sukses berkata:"Hadiah terbesar yang pernah saya terima adalah ketika ayah memberi saya sebuah kotak kecil pada hari Natal. Di dalamnya ada sepucuk surat yang berbunyi,"Nak, tahun ini ayah akan memberimu 365 jam, satu jam sehari sesudah makan malam."

Ayah saya bukan saja memenuhi janjinya, tetapi setiap tahun ia melakukan hal yang sama dan inilah hadiah terbesar yang saya terima dalam hidup saya. Saya adalah hasil dari waktu yang diagendakannya itu.

Dalam kehidupan yang serba sibuk, orang tua seringkali mengalami kesulitan mengatur waktunya buat anak-anaknya. Tuntutan pekerjaan dan pelayanan bisa menjadi penghalang tiadanya waktu untuk keluarga.

Seperti juga pekerjaan yang perlu diatur jadwalnya begitu pula dengan keluarga. Kita perlu mengagendakan waktu bersama pasangan maupun bersama anak-anak.

Karena itu, perhatikanlah dengan seksama, bagaimana para ayah, para orang tua menggunakan hidupnya, bagaimana menggunakan waktunya ? Janganlah seperti orang bebal tapi menjadi orang yang arif yaitu orang yang mengerti bagaimana mempergunakan waktu yang ada.

Mari para orang tua, agendakan waktumu bersama anak-anakmu secara konsisten. Dengan demikian anak -anak akan mempunyai perasaan berharga dan percaya diri.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 11 Oktober 2016

Bacaan: Kejadian 27:1-40

4. BERKAT
Bacaan kita dari Kejadian 27 dan 28 menyatakan hukum Sorgawi yang tidak bisa dilewatkan, yakni BERKAT. Teks kisah tsb memang banyak dipakai untuk memberikan contoh bagaimana pendidikan yg terpecah dalam keluarga, dimana Ishak sangat sayang sama Esau dan Ribka sangat sayang sama Yakub. Atau kisah tsb juga bisa dipakai untuk menjelaskan bagaimana konsekwensi dari kecerobohan Esau akan hak kesulungannya, yang mengakibatkan ia kehilangan berkat terbaiknya. Yup...memang itulah kekayaan Alkitab, yg disampaikan dalam gaya bahasa narasi dan bukan dalam bentuk hukum dan aturan, karenanya tidak bisa dipotong potong penafsirannya, sebab semuanya berkait dalam sebuah kisah besar Allah bagi terciptanya sebuah bangsa yg disebut Israel.

Nah, disini kami akan memfokuskan pada satu pesan penting dari kisah Esau dan Yakub yakni BERKAT. Ya...berkatlah yg akan menjadikan seseorang itu menjadi besar dalam kasih sayang Allah. Dan berkat itu turun dari Allah melalui tangan orang tua kepada anaknya.

Kesuksesan anak untuk memasuki masa depan mereka sangat bergantung pada BERKAT dari sang ayah kepada anaknya. Itulah ketetapan Allah! Tentulah KETRAMPILAN dan KETANGGUHAN hidup itu penting, namun atas semuanya itu tumpangan BERKAT orang tua atas kepala anak2nya adalah yg paling menentukan. Tanpa restu dan berkat dari ayah, maka kepinteran, ketrampilan dan ketangguhan hidup tidak akan mencapai kepenuhannya.

Maka, pertanyaan serius bagi kita semua :
1) Apakah kita sebagai orang tua (ayah) sudah dengan sungguh sungguh layak menjadi saluran berkat Allah bagi anak anak kita?
2) Sudahkah kita sebagai orang tua menjaga mulut kita agar mengeluarkan berkat dan bukan kutuk?
3. Apakah kita sebagai orang tua (khususnya ayah) mendoakan dan menumpangkan BERKAT kepada anak anak kita?

Kiranya kita makin menyadari peran penting kita, sebagai orang tua bagi keselamatan dan kesejahteraan anak anak kita. Amin

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 10 Oktober 2016

Bacaan: Kejadian 27:1-40

Setiap orang tua (khususnya ayah), pastilah ingin agar anak anaknya tumbuh menjadi pribadi yg TRAMPIL dan TANGGUH. Trampil dalam mengolah otak dan ototnya; tangguh dalam menghadapi tekanan dan beban hidup. Untuk itu seorang ayah akan melakukan apapun agar anak anaknya mempunyai karakter fight (bertempur) dan bukan flight (melarikan diri). Nah, untuk itu seorang ayah harus memberikan  pengarahan, pembiasaan, keteladanan dan berkat secara continuously dan consistently.

1. PENGARAHAN
Anak anak sangat membutuhkan pengajaran, pendampingan dan pengarahan dari orang tua, khususnya ayah. Memang pada  pertumbuhan awalnya, anak akan melakukan banyak kesalahan. Nah, disinilah seorang ayah (dan ibu)  berperan dalam memberi petunjuk dan pengarahan akan apa yg benar dan salah. Apa yg berguna dan merugikan. Apa yg utama dan yg terapan. Pengkoreksian dan pengarahan yg rutin dan konsisten akan membuat anak mengerti betul apa yg benar, kudus, berguna, membangun dan memuliakan Tuhan.

2. PEMBIASAAN
Karakter itu terbentuk karena pembiasaan yg rutin dan konsisten. Orang tua tidak bisa hanya memberikan nasehat dan teguran yg hit and run, sesekali dan melompat lompat. Anak perlu habitat (lingkungan) yg baik untuk membangun habit (kebiasaan) yg baik pula. Kitab Ulangan 6 sangat jelas perihal habitat dan habit tsb. Simbol simbol dan kebiasaan yg baik tersebar diseluruh rumah, mulai dari bangun tidur hingga menjelang tidur. Ada simbol khusus di lengan, di dahi, palang pintu rumah dan pintu gerbang. Semua memberikan gambar visual, auditory dan kinestetik yang konkruen dan saling melengkapi.

3. KETELADANAN
Pendidikan anak harus diikuti dengan keteladanan dari orang tua, khususnya ayah. Karena itulah yg diajarkan oleh Alkitab. Keteladanan ayah (fathering) harus sejalan agar hukum hukum Firman. Otoritas seorang ayah dibangun bukan atas power tetapi oleh contoh dan keteladanan hidup yg nyata.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 8 Oktober 2016

Bacaan: Matius 6:33, Mat 7:7-11
Apa sih kehebatan Firman? Apa sih kedahsyatan Kerajaan Allah? Mengapa keduanya (walau intinya sesungguhnya sama) sangat ditekankan dalam hidup dan pengajaran Yesus Kristus?

Tuhan Yesus pernah berkata: "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya." (Yoh 15:7), dan kepada murid muridNya Tuhan Yesus juga memberitahukan rahasia Kerajaan Allah dalam wujud benih Firman. Apabila benih itu jatuh di tanah (hati) yang baik, maka ia akan berbuah ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat dan ada yang tiga puluh kali lipat." (Mat 13:8). Jadi betapa dahsyatnya kekuatan Firman sebagai benih Kerajaan Allah itu.

Bahkan dalam Injil Lukas 15, Kerajaan Allah digambarkan lebih berharga dari pada bisnis (domba), lebih berharga dari pada kekayaan (dirham), dan bahkan lebih berharga dari pada keluarga (anak). Jika ia ditemukan, wuaah akan ada sukacita yang sangat besar pada dirinya, tetangganya bahkan malaikat malaikat di Surga ikut bersuka cita ( Luks 15:7, 10). Karena itu pula Tuhan Yesus berkata: "Janganlah kuatir akan hidupmu, akan apa yang hendak kamu makan atau minum, dan janganlah kuatir pula akan tubuhmu, akan apa yang hendak kamu pakai. Bukankah hidup itu lebih penting dari pada makanan dan tubuh itu lebih penting dari pada pakaian? Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Mat 6:25,33)

Jadi,
Pasti ada SESUATU yang lebih BERNILAI dari pada harta, dari pada makanan, minuman dan pakaian. Jika yang BERNILAI itu ditemukan, maka CARA PANDANG kita akan berubah. Jika yang BERNILAI itu ditemukan, maka CARA HIDUP kita juga akan berubah.

Maka, mintalah...
carilah...
ketoklah...
Karena setiap orang yang meminta, menerima dan setiap orang yang mencari, mendapat dan setiap orang yang mengetok, baginya pintu akan dibukakan.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 6 Oktober 2016

Bacaan: Matius 4:1-11
Pembelaan prof. Dr. Marwah Daud terhadap Dimas Kanjeng Taat Pribadi, menimbulkan perdebatan yang seru di ILC, tgl 4 Oktober 2016 yg lalu. Pasalnya Marwah Daud menggunakan argumentasi bahwa Padepokan Dimas Kanjeng ini sedang menyiapkan Indonesia untuk berjaya kembali di tahun 2045. Bayangkan jika harta-harta di jaman nabi Salomo itu bisa "ditarik atau di transfer" dengan kekuatan goib, maka Indonesia akan jadi negara yang kaya dan jaya. Respon dari Mahwud MD cukup menarik, dia katakan yang bisa mengadakan mujizat itu bukan hanya Allah, tetapi setan juga bisa.

Saudara,
Fanomena seperti itu bisa terjadi dimana mana. Tidak hanya di Padepokan Dimas Kanjeng, tidak hanya di ajaran paranormal A atau dukun B; namun di gereja juga ada. Ada pendeta dan penginjil yg juga menekankan mujizat dan "keberkatan goib" sebagai daya tariknya, bahkan tawaran utamanya ketimbang Kerajaan Allah dan kebenarannya. Tuhan Yesus dengan keras mengatakan: "Celakalah dunia dengan segala penyesatannya: memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang mengadakannya." (Mat 18:7).

Tahukah saudara, ada 3 cara yg selalu setan/iblis gunakan untuk menjatuhkan dan menjauhkan kita dari Kerajaan Allah dan kebenarannya (dan hal itu sudah dicobakan kepada Yesus, namun gagal), yakni:

Pertama, instan.
Saat Yesus sangat sangat lapar karena berpuasa, maka si iblis menawarkan tantangan daya adikodrati untuk mengubah batu menjadi roti. Tawaran ini menggiurkan, sebab selain menjawab kebutuhan,  ia juga memotong semua proses alamiah yang penjang menjadi hasil jadi siap saji yang instan!

Kedua, aji linuwih.
Aji linuwih atau kekuatan super, seperti tak terluka karena di topang oleh malaikat saat menjatuhkan diri dari bubungan Bait Allah, atau tahan bacokan, tidak mempan peluru atau berjalan diatas paku dlsb, adalah tawaran yang menganggat ego manusia ketingkat kesombongan adigang, adigung, adiguna.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 5 Oktober 2016

Bacaan: Lukas 16:19-31
Masih berlanjut dari kisah kemarin...

Sikap HATI dan karya cinta yang terwujud pada BELARASA kepada sesama itu terbentuk lewat latihan hal hal kecil dikehidupan nyata sehari hari. Jangan seperti si orang kaya yang SETIAP hari SELALU bersukaria dalam kemewahan, namun abai kepada sesama, kepada saudara saudaranya, bahkan kepada keselamatan dirinya sendiri. Semua baru disadari setelah maut menjemput, Terlambat! nasi sudah menjadi bubur. Perhatikan, bagaimana rintihannya dalam sesal kepada bapa Abraham:
"..aku minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia (Lazarus) ke rumah ayahku, sebab masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan ini."
Tetapi kata Abraham: "Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi; baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu."
Jawab orang itu: "Tidak, Bapa Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada mereka, mereka akan bertobat."
Kata Abraham kepadanya: "Jika mereka tidak mendengarkan (abai) kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati."

Wuah, sangat jelas dan tandas bukan? Alkitab sudah ada ditangan kita. Ia sudah mengingatkan kita agar tidak abai untuk mengolah hati yang Ber-BELARASA bagi sesama.

"Siapa bertelinga, hendaklah ia mendengarkan apa yang dikatakan Roh kepada jemaat-jemaat: Barangsiapa menang, ia tidak akan menderita apa-apa oleh kematian yang kedua." (Wahyu 2:11)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 4 Oktober 2016

Bacaan: Lukas 16:19-31
Untuk memahami kisah dalam teks diatas, kita perlu detil memperhatikan plot naratifnya. Mari kita perhatikan sekali lagi kisah tsb;

Tokoh pertama adalah seorang kaya (tidak disebutkan namanya). Dia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.

Tokoh kedua bernama Lazarus, badannya penuh dgn borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu dan ingin menghilangkan laparnya dgn apa yg jatuh dari meja si orang kaya itu.

Nah, ada 3 catatan penting disini:
Pertama, kisah ini bercerita tentang SEORANG kaya dan SEORANG miskin bernama Lazarus. Jadi tidak mewakili generalisasi golongan/jenis orang.

Kedua, si kaya itu digambarkan bermewah mewah setiap hari dengan pakaian dan makanannya. Ia duduk (diatas) dengan aneka makanan di meja, sementara si Lazarus yg miskin itu terbaring (dibawah) dekat pintu masuk rumah si orang kaya itu.

Ketiga, ada jarak yg begitu "jauh" antara si kaya dengan Lazarus. Dari jauh Lazarus merintih INGIN menghilangkan laparnya dengan apa yg jatuh dari meja si orang kaya itu. Sementara si kaya dari atas tidak datang mengulurkan tangannya membagi sedikit (remah2 sisa makanannya) kepada Lazarus.

Jadi, yang menjadikan si kaya itu dihukum di alam maut adalah sikapnya yg hedonis dan tidak peduli pada penderitaan orang lain. Sedangkan Lazarus yg berarti "Allah telah menolong" menyerahkan seluruh hidupnya pada pertolongan dan pemeliharaan Allah. Sekarang "gantian", si kaya kini yg harus mendongakkan kepalanya memandang ke atas, kearah Lazarus dan ia sekarang yg merintih2 meminta belaskasihan untuk setetes air penyejuk buat lidahnya.

Disinilah kita belajar akan sikap hati  yg ber-BELARASA dan ber-HARAP hanya pada Allah. Itulah inti dari berita yg disampaikan oleh Tuhan Yesus, bukan kisah tentang prakondisi kaya atau miskin sebagai ukuran untuk masuk Sorga.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 3 Oktober 2016

Bacaan: Lukas 16:19-31
Melanjutkan MK hari Sabtu lalu soal "Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Mat 5:3), minggu ini kita akan mendalami secara khusus hal Kerajaan Allah dalam kaitan dengan harta dan kekayaan.

Memang seolah nampak adanya keberpihakan Tuhan Yesus kepada orang2 miskin dalam kisah kisah Injil, khususnya hal Kerajaan Allah. Coba kita perhatikan contoh ilustrasi yg Tuhan Yesus ajarkan dalam kitab Injil Lukas 16:19-31. Perhatikan catatan khusus di ayat 22-23:
"Kemudian matilah orang miskin itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya."

Dari kisah tsb, seolah Tuhan Yesus hendak mengatakan bahwa orang miskin itu pasti masuk surga dan orang kaya itu pasti ada dalam neraka (alam maut). Apa alasannya? Alasannya simple, yakni: "Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita." (Luk 16:25).

Hah!! Alasannya cuma: GANTIAN! Kalau di dunia sudah menerima segala yg baik, ya "gantian" setelah mati, akan menerima yg buruk. Sedangkan kalau di dunia ini telah menerima segala yg buruk, ya nanti setelah mati gantian akan diganjar dengan semua yg baik. Jadi alasannya GANTIAN. Titik! Dalam perikop itu sama sekali tidak diterangkan apakah ganjaran sorga-neraka itu diukurkan pada iman dan amal soleh perbuatan selama mereka hidup. Pokoknya kalau kaya, hepi dan bahagia, ya nanti mati masuk neraka. Kalau selama hidup miskin menderita, ketika mati ya gantian masuk surga. Titik!

Saudara,
Apakah memang demikian? Apakah kaya dan miskin itu ukuran sorga dan neraka? Kalau TIDAK, lalu bagaimana memahami teks tsb?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 1 Oktober 2016

Bacaan: Matius 5:3
Satu ajaran Tuhan Yesus yg sangat kontroversial adalah "Berbahagialah orang yang miskin dihadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga." (Matius 5:3)

Bagaimana memahami ajaran ini? Apakah ini statemen atau ajakan? Banyak orang mulai "memperlunak" perkataan Tuhan Yesus itu dgn menafsirkan kata MISKIN itu sbg miskin ROHANI. Menurut hemat kami apa yg dikatakan oleh Tuhan Yesus tsb memanglah ditujukan kepada orang2 miskin sebagaimana adanya. Sebab hal itu dicatat oleh Matius dalam Mat 4:24 bahwa mereka yg datang mengikuti Yesus adalah semua orang yg buruk keadaannya, yg menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yg kerasukan, yg sakit ayan dan yg lumpuh.

Jadi, alih alih merohanikan kata miskin, marilah kita memaknai saja ajaran Tuhan Yesus itu sbg ajaran yg memang dispesialkan untuk orang2 miskin, yg buruk keadaannya, yg menderita pelbgai penyakit, sengsara dan lain sejenisnya. Bukankah sejak dalam kandungan Maria, hal itu sudah dinyatakan kepada Maria (baca Lukas 1:51-53).

Teks kita memang berbicara mengenai BERITA dan AJAKAN sukacita bagi orang2 miskin itu. Titik! Pertanyaan yg segera muncul: kalau demikian apakah orang kaya tidak mendapat bagian dalam Kerajaan Sorga? Jawabnya Tuhan Yesus tidak menjelaskan hal itu. Sebab mereka yg datang kepada Yesus adalah orang2 miskin yg buruk keadaannya. Menanyakan hal itu sama dengan menanyakan: "mengapa anak kami tidak mendapat jatah makan gratis?" kepada panitia pembagian makanan bagi anak yatim piatu. Sementara anak kita sedang menikmati aneka makanan di rumah. Itu artinya serakah! sehingga bagian PENGHARAPAN si miskinpun ingin direbutnya.

Saudara,
Mari kita belajar bersyukur, jika Tuhan menyediakan suka cita bagi si miskin papa. Mari kita bersyukur jika mereka diberi hak istimewa untuk memasuki Kerajaan Sorga. Bagaimana dgn yg kaya?? Oh itu ada ayat dan ajarannya sendiri..yg tentunya berbeda tuntutannya dengan mereka yg miskin papa.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 30 September 2016

Bacaan: Matius 4:23
Saat kami menyiapkan renungan MK perihal implementasi dan daya tarik Kerajaan Allah, kami membaca satu tulisan humor sufi yg sangat menarik. Berikut kisahnya:

Dalam sebuah pertemuan para Sufi, Nasrudin duduk di deretan paling belakang. Setelah itu ia mulai melucu, dan segera saja orang-orang berkumpul mengelilinginya, mendengar dan tertawa. Tak seorang pun yg memperhatikan Sufi tua yang sedang memberi pelajaran. Ketika pembicara tak bisa lagi mendengar suaranya sendiri, ia pun berteriak:
“Kalian semua harus diam! Tak seorang pun boleh bicara sampai ia duduk di tempat pemimpin duduk.”

“Aku tidak tahu bagaimana caramu melihat hal itu,” kata Nasrudin, “tapi bagiku, jelas aku duduk di tempat pemimpin duduk.”

Saudara,
Humor tsb mengingatkan akan pengajaran Yesus (yg bukan sekedar lelucon) yang penuh kuasa. AjaranNya membuat gundah para pemimpin agama untuk mempertahankan "kursi" mereka. Pertanyaannya: Dari mana diperolehNya hikmat itu dan kuasa untuk mengadakan mujizat2 itu? Bukankah Ia ini anak tukang kayu? Jadi dari mana diperolehNya semuanya itu?" (Mat 13:54-56). Imam Imam Kepala serta tua tua Yahudi juga bertanya: "Dengan kuasa manakah Engkau melakukan hal hal itu? Dan siapakah yg memberi kuasa itu kepadaMu?" (Mat 21:23).

Nah, jawaban atas pertanyaan2 tsb, sesungguhnya ada di Mat 4:23, yakni: Yesus berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan diantara bangsa itu.

Yup!!! Yesus BERKELILING, MENGAJAR, MEMBERITAKAN INJIL KERAJAAN ALLAH, MELENYAPKAN penyakit dan kelemahan. Itulah kunci kuasa ajaran Yesus.

Pertanyaan bg kita; Apakah hidup dan pengajaran kita (dan gereja) jg memiliki kuasa? Atau malah seperti sufi tua yg mulai ditinggalkan para pengikutnya?

TAD-Ani