Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 13 Oktober 2016

Bacaan : Ulangan 6 :1-2
Seorang teman bertanya, "pak..mengapa anakku sekarang kok jadi bandel dan memberontak kepada papanya. Apakah ini karena pengaruh temannya? Diajak keluar untuk makan bersama sudah males. Kalau toh mau, ia menunjukkan sikap yg acuh dengan pikiran yang melayang entah kemana. Ngobrol bersama, rasanya sudah tak jenak. Kalau ditanya, dijawab pendek seperlunya dan dengan nada yg ndak enak pula. Sampai papanya marah karena merasa tidak dihargai lagi. Sekarang ia makin tertutup dengan kami. Bagaimana membuat anak laki laki kami bisa hangat dan hormat seperti dulu lagi?"

Saudara,
Menjadi ayah adalah proses panjang yg memang naik turun. Dan kita juga harus mengenali proses dan tahap fathering secara benar dan Alkitabiah. Jangan sampai kita abai dan lalai dalam meletakkan dasar dasarnya, lalu "panik" saat anak anak sudah menjelang remaja dan mereka tiba tiba berubah sikap menjadi acuh dan tidak menghormati ayahnya lagi. Semakin ayahnya berusaha menegakkan otoritas (dengan kekerasan), semakin anak-anak melawan pada tekanan ayahnya tsb.

Nah,
Sesungguhnya, ada 3 tahapan perkembangan pendidikan dan pendampingan yang harus dikenali oleh para orang tua, khususnya seorang ayah bagi anak anaknya, yakni:

1. OTORITAS
Pada usia anak anak, hukum yg berisi perintah, ketetapan dan aturan harus ditegakkan. Mana yg boleh dan mana yg tidak? Mana yang baik dan mana yang buruk. Jadikan hukum itu menjadi patokan otoritas yg berlaku atas semua anggota keluarga, jangan menjadikan diri sendiri (orang tua) sebagai patokan standartnya. Sebab hukum haruslah dipatuhi oleh seluruh anggota keluarga. Sama seperti Hukum Taurat yang diberikan Allah kepada Musa untuk umat Israel, hukum tsb berlaku untuk semuanya; baik raja, imam, nabi maupun rakyat jelata, semua harus sama didepan hukum.

Jika orang tua (ayah) menghargai dan tunduk pada hukum keluarga, maka dipastikan anak anak juga akan mengikutinya.

(bersambung)

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment