Bacaan: Roma 8:18-30
Dialog anak kecil yg digandeng oleh ibunya sepulang dari sekolah, sungguh sangat menyentuh, demikian isi percakapannya:
"Mama, apa warna langit?"
"Biru sayang"
"Mengapa warnanya biru?"
"Well..itu adalah warna pengharapan."
"Apa itu pengharapan?"
"Pengharapan itu bukan sesuatu yg kamu lihat. Sesuatu yg kamu bisa rasakan.. Sesuatu yg kamu inginkan."
"Oh, aku ngerti sekarang. Seperti keinginanku untuk dapat berlari dgn cepat. Seperti keinginanku untuk melompat dgn tinggi, seperti keinginanku bisa berenang seperti ikan."
"Ya, mungkin..Oh ya.apa yg kamu kerjakan hari ini di sekolah?"
"Kami menggambar YOG, apakah mama tahu YOG?"
Mamanya menggeleng kepala sambil tersenyum..
"Kata Miss Juwita itu adalah gedung olah raga yg sangat besar di Singapura.. Dari sana seluruh dunia akan bisa melihat kita."
"Lalu apa yang kamu gambar?"
"Aku menggambar..banyak sekali orang dalam stadion itu.!," kata si anak sambil mengeluarkan kertas gambarnya dari dalam tas.
"Wow..ini gambar yg sangat bagus. Apakah kamu menyukainya?"
"Ya, dan miss Juwita memberiku nilai A... Mama, aku pingin sekali pergi ke stadion Youth Olympic Games"
Mamanya terdiam..matanya nanar berkaca, karena mengingat bahwa anak gadisnya itu BUTA, tetapi ia dengan lembut berkata:
"Tentu...aku akan membawamu kesana. Tetapi...mengapa kamu ingin kesana?"
"Seperti mama selalu mengajariku, aku tak dapat melihat..tetapi aku dapat merasakan.. Aku ingin kesana untuk bisa MERASAKAN semua pengharapan orang2 lain."
Mamanya mendekap anaknya:
"Tentu..aku akan membawamu kesana."
Wow...
Sungguh percakapan yg luar biasa. Bagaimana seorang ibu yg menjadi mata bagi anak gadisnya yg buta, sehingga anaknya tetap bisa "melihat" dan antusias mengukir "harap" bagi masa depannya.
Sungguh, kasih ibu itu mematangkan iman dan harapan anak anaknya, bukan melemahkan apalagi mematahkannya.
TAD-Ani
No comments:
Post a Comment