Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 4 Oktober 2016

Bacaan: Lukas 16:19-31
Untuk memahami kisah dalam teks diatas, kita perlu detil memperhatikan plot naratifnya. Mari kita perhatikan sekali lagi kisah tsb;

Tokoh pertama adalah seorang kaya (tidak disebutkan namanya). Dia selalu berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam kemewahan.

Tokoh kedua bernama Lazarus, badannya penuh dgn borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu dan ingin menghilangkan laparnya dgn apa yg jatuh dari meja si orang kaya itu.

Nah, ada 3 catatan penting disini:
Pertama, kisah ini bercerita tentang SEORANG kaya dan SEORANG miskin bernama Lazarus. Jadi tidak mewakili generalisasi golongan/jenis orang.

Kedua, si kaya itu digambarkan bermewah mewah setiap hari dengan pakaian dan makanannya. Ia duduk (diatas) dengan aneka makanan di meja, sementara si Lazarus yg miskin itu terbaring (dibawah) dekat pintu masuk rumah si orang kaya itu.

Ketiga, ada jarak yg begitu "jauh" antara si kaya dengan Lazarus. Dari jauh Lazarus merintih INGIN menghilangkan laparnya dengan apa yg jatuh dari meja si orang kaya itu. Sementara si kaya dari atas tidak datang mengulurkan tangannya membagi sedikit (remah2 sisa makanannya) kepada Lazarus.

Jadi, yang menjadikan si kaya itu dihukum di alam maut adalah sikapnya yg hedonis dan tidak peduli pada penderitaan orang lain. Sedangkan Lazarus yg berarti "Allah telah menolong" menyerahkan seluruh hidupnya pada pertolongan dan pemeliharaan Allah. Sekarang "gantian", si kaya kini yg harus mendongakkan kepalanya memandang ke atas, kearah Lazarus dan ia sekarang yg merintih2 meminta belaskasihan untuk setetes air penyejuk buat lidahnya.

Disinilah kita belajar akan sikap hati  yg ber-BELARASA dan ber-HARAP hanya pada Allah. Itulah inti dari berita yg disampaikan oleh Tuhan Yesus, bukan kisah tentang prakondisi kaya atau miskin sebagai ukuran untuk masuk Sorga.

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment