Banyak orang
menyangka kalau puncak kesalehan itu (sebatas) menyediakan waktu khusus untuk
membaca FT, berdoa dan beramal. Yup! Tentu semuanya itu penting, tapi tidak
cukup! Itu semua adalah aktifitas keagamaan dan belum tentu berkorelasi
langsung dgn disiplin rohani yg diharapkan oleh Tuhan. Jika disiplin rohani
hanya sebatas aktifitas membaca Firman, doa dan beribadah, maka Yesus tidak
akan meminta Nikodemus untuk dilahirkan kembali, atau menyuruh para muridNya
untuk mengikuti teladanNYA. Lalu apa dan bagaimana disiplin rohani itu?
Menurut Petrus,
disiplin rohani itu adalah melatih panggilan dan pilihan untuk mengambil bagian
dalam kodrat ilahi (II Pet 1:4), yg meliputi:
Pertama, menambahkan
kepada iman, KEBAJIKAN. Artinya, semua yg namanya disiplin iman-soleh haruslah
berlanjut pada tindakan yg konkret dalam buah2 kebajikan bagi orang lain.
Apalah artinya seseorang bisa menghapalkan seluruh hukum Taurat jika dalam tata
laku hidupnya tidak berdampak pada karya2 kebajikan bagi sesama. Agama yang
hanya berfokus pada kebenaran tapi melupakan tindakan kasih yg nyata akan
mengingkari ajarannya sendiri.
Kedua, tambahkan
pada kebajikan PENGETAHUAN. Bagaimanakah tindak kebajikan yg dilakukan oleh
seeseorang bisa berdampak dan menginspirasi banyak orang? Jawabnya:
pengetahuan! Sebab pengatahuan itu akan menjadi alat tampi yang memisahkan
kebajikan yang subyektif menuju kebajikan yang makin obyektif, yang langsung
dilihat dan dirasakan oleh orang lain (Mat 5:16)
Ketiga, tambahkan
kepada pengetahuan, PENGUASAAN DIRI. Ya, penguasaan diri adalah puncak dari
buah roh. Orang yang baik dan disertai dengan pengetahuan, akan menghadapi
godaan kesombongan dan main kuasa. Banyak pemimpin rohani yang malah jatuh
dalam perbuatan2 anarkis atas nama agama.
Jadi itulah disiplin
rohani yg harus terus menerus disadari, dilatih dan dikerjakan..dalam ukuran
level yg makin ditingkatkan dari hari kesehari.
TAD-Ani
No comments:
Post a Comment