Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 25 November 2016

Bacaan: II Petrus 1:5-9


Banyak orang menyangka kalau puncak kesalehan itu (sebatas) menyediakan waktu khusus untuk membaca FT, berdoa dan beramal. Yup! Tentu semuanya itu penting, tapi tidak cukup! Itu semua adalah aktifitas keagamaan dan belum tentu berkorelasi langsung dgn disiplin rohani yg diharapkan oleh Tuhan. Jika disiplin rohani hanya sebatas aktifitas membaca Firman, doa dan beribadah, maka Yesus tidak akan meminta Nikodemus untuk dilahirkan kembali, atau menyuruh para muridNya untuk mengikuti teladanNYA. Lalu apa dan bagaimana disiplin rohani itu?



Menurut Petrus, disiplin rohani itu adalah melatih panggilan dan pilihan untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi (II Pet 1:4), yg meliputi:



Pertama, menambahkan kepada iman, KEBAJIKAN. Artinya, semua yg namanya disiplin iman-soleh haruslah berlanjut pada tindakan yg konkret dalam buah2 kebajikan bagi orang lain. Apalah artinya seseorang bisa menghapalkan seluruh hukum Taurat jika dalam tata laku hidupnya tidak berdampak pada karya2 kebajikan bagi sesama. Agama yang hanya berfokus pada kebenaran tapi melupakan tindakan kasih yg nyata akan mengingkari ajarannya sendiri.



Kedua, tambahkan pada kebajikan PENGETAHUAN. Bagaimanakah tindak kebajikan yg dilakukan oleh seeseorang bisa berdampak dan menginspirasi banyak orang? Jawabnya: pengetahuan! Sebab pengatahuan itu akan menjadi alat tampi yang memisahkan kebajikan yang subyektif menuju kebajikan yang makin obyektif, yang langsung dilihat dan dirasakan oleh orang lain (Mat 5:16)



Ketiga, tambahkan kepada pengetahuan, PENGUASAAN DIRI. Ya, penguasaan diri adalah puncak dari buah roh. Orang yang baik dan disertai dengan pengetahuan, akan menghadapi godaan kesombongan dan main kuasa. Banyak pemimpin rohani yang malah jatuh dalam perbuatan2 anarkis atas nama agama.



Jadi itulah disiplin rohani yg harus terus menerus disadari, dilatih dan dikerjakan..dalam ukuran level yg makin ditingkatkan dari hari kesehari.



TAD-Ani

No comments:

Post a Comment