Betapa kita (dan
umat waktu itu) terkejut mendengar gambaran Mesias yg disampaikan oleh nabi
Yesaya: "Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari
tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita
memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan
dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita
kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan
bagi kita pun dia tidak masuk hitungan." (Yesaya 53:2-3)
Wuaaah.. gambaran
tsb sungguh bertolak belakang dengan apa yg selama ini dinantikan oleh umat
Israel. Ini TUHAN ngeledek atau bercanda ya?? Bukankah tangan kekuasaan TUHAN
itu seharusnya dahsyat dan menggetarkan? Apakah TUHAN sudah kehilangan
kekuasaannya? Atau ia ingin mematikan harapan Israel? Sehingga harapan akan
mesias sang Pembebas, dipatahkan dengan hadirnya seorang hamba yang menderita?
Saudaraku,
Nyanyian nubuatan
Yesaya (dalam pasal 49-55) ini kemudian memang banyak menimbulkan pertanyaan
gugahan dan gugatan yang menarik. Dari sinilah kesadaran reflektif-teologis
umat diuji di tingkat praxis. Banyak yg menafsirkan bahwa nyanyian Hamba yang
Menderita ini merupakan gambar realita dan panggilan bagi Israel sendiri? Ia
bukanlah gambaran akan satu orang tetapi satu bangsa.Tradisi Yahudi kemudian
menafsirkan gambaran tsb sebagai gambaran bangsa Yahudi sendiri yang dipanggil
menjadi hamba yang menderita demi keselamatan bangsa bangsa.
Gambaran
triumphalistik yg serba hebat diubahkan menjadi gambar panggilan menjadi satu
umat (bangsa) yg hadir bagi penderitaan sesamanya. Pengalaman perbudakan tsb
dan gambaran akan kekuasaan tangan TUHAN dalam wujud hadirnya hamba yang
menderita, sungguh mengubah cara pandang umat Israel.
(bersambung)
TAD-Ani
No comments:
Post a Comment