Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 8 November 2016

Bacaan: Markus 15:33-41
Disinilah peristiwa yg sangat ironis tragis terjadi.
Yesus yg baik, jujur dan bersih...malah diarak dengan tuduhan penistaan agama, menghinakan Taurat dan melecehkan Sabat. Pengadilanpun dipaksakan untuk diselesaikan di jalanan, tanpa pembelaan dan saksi saksi yg meringankan. Para muridNya diusir pergi dan diintimidasi, para pengikutNya pun kocar kacir melarikan diri. Kini Yesus seorang diri. Ia dibuly, diludahi, digebugi dan di salibkan tanpa kesalahan yg terbukti.

Pertanyaan yg masih menggelantung dibenak kita sampai hari ini adalah mengapa semuanya itu bisa terjadi? Dimana Allah SANG BAPA saat itu? Mengapa IA berdiam saja menyaksikan ketidak-adilan terjadi? Tidakkah Allah sanggup menurunkan para malaikatNya? Atau membuat peristiwa yg seperti di Lembah Pujian terjadi kembali, dimana orang2 yg mengepung raja Yosafat saling bunuh sendiri?  Dimanakah Allah yang disebut SANG BAPA itu?

Yesus sendiri diujung sunyi...hingga akhirnya pecah dalam satu tarikan nafas terahir sebelum mati : "Eloi Eloi lama sabakhtani..?" yang artinya Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Sungguh teriakan teologis yang memilukan hati, yg mudah disalah mengerti. Orang orang yang mendengar teriakan ini salah menafsirkannya dengan mengatakan: "Lihat, Ia memanggil Elia." (maka orang mulai menghubungkan Yesus dengan Elia yg sangat di banggakan oleh orang Yahudi, karena berani membongkar penyesatan yg dilakukan oleh Izebel dan 400 imam imam Baal). Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkan kedalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia."

Nah, apakah arti teriakan Yesus ini? Apakah Ia merasa "menyesal" dengan apa yg terjadi? Apakah Ia "marah" karena Allah berdiam diri? Apakah Ia kecewa karena pengikutNya berbalik arah saat kesulitan terjadi?

(bersambung)

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment