Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 29 November 2016

Bacaan: Yesaya 53

Gambaran hamba yang menderita itu sangatlah kontroversial, karena sangat berbeda dengan Musa dan Daud. Allah justru menyatakan bahwa keselamatan dan kedamaian justru akan muncul dalam kelemahan dan kesengsaraan, yang menjadi wajah Allah sendiri. Allah hendak menampilkan satu sisi atau wajah yang berbeda kepada umatNya dan mengajak umatNya untuk belajar menjadi rendah, mengosongkan diri dan mengambil rupa hamba.. untuk menjadi sama dan sesama bagi manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia bahkan telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Filipi 2:6-8).

Pertanyaan yang mengguncangkan adalah: Mengapa Allah mengambil rupa yang demikian? Apakah itu tidak akan mengurangi "kewibawaan" dan "kebesaran"Nya? Jawabnya tidak! Justru ditengah-tengah situasi dunia dan manusia yg ingin menjadi besar (dengan cara membesar besarkan Allah dan membela bela Allah), Allah mau mengajarkan satu bentuk spiritualitas yg baru, yakni spiritualitas hamba dan sahabat dalam kerendahan bagi sesama.

Sungguh, kita perlu merenungkan gambar Allah sebagai hamba yang menderita ini. Apakah gereja sekarang ini (yg merepresentasikan wajah Allah) berani tampil bersahaja untuk bersedia menjadi hamba yang menderita bagi sesama? utamanya bagi keselamatan dunia? Apakah kita saat ini sedang bangga bangganya membesarkan Allah sebagai tokoh heroik yang gagah perkasa? Atau kita berani berkisah tentang Allah yang bersahaja, yang siap mengosongkan diriNya dan mengambil rupa hamba untuk hadir bagi sesama yang menderita?

Biarlah di masa adven ini kita akan makin mengenal DIA dan wujud inkarnatifNya..sehingga kita berani berkata seperti rasul Paulus: "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati." (Filipi 3:10-11)

Amin

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment