Gambaran hamba yang
menderita itu sangatlah kontroversial, karena sangat berbeda dengan Musa dan
Daud. Allah justru menyatakan bahwa keselamatan dan kedamaian justru akan
muncul dalam kelemahan dan kesengsaraan, yang menjadi wajah Allah sendiri.
Allah hendak menampilkan satu sisi atau wajah yang berbeda kepada umatNya dan
mengajak umatNya untuk belajar menjadi rendah, mengosongkan diri dan mengambil
rupa hamba.. untuk menjadi sama dan sesama bagi manusia. Dan dalam keadaan
sebagai manusia, Ia bahkan telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati,
bahkan sampai mati di kayu salib. (Filipi 2:6-8).
Pertanyaan yang
mengguncangkan adalah: Mengapa Allah mengambil rupa yang demikian? Apakah itu
tidak akan mengurangi "kewibawaan" dan "kebesaran"Nya?
Jawabnya tidak! Justru ditengah-tengah situasi dunia dan manusia yg ingin
menjadi besar (dengan cara membesar besarkan Allah dan membela bela Allah),
Allah mau mengajarkan satu bentuk spiritualitas yg baru, yakni spiritualitas
hamba dan sahabat dalam kerendahan bagi sesama.
Sungguh, kita perlu
merenungkan gambar Allah sebagai hamba yang menderita ini. Apakah gereja
sekarang ini (yg merepresentasikan wajah Allah) berani tampil bersahaja untuk
bersedia menjadi hamba yang menderita bagi sesama? utamanya bagi keselamatan
dunia? Apakah kita saat ini sedang bangga bangganya membesarkan Allah sebagai
tokoh heroik yang gagah perkasa? Atau kita berani berkisah tentang Allah yang
bersahaja, yang siap mengosongkan diriNya dan mengambil rupa hamba untuk hadir
bagi sesama yang menderita?
Biarlah di masa
adven ini kita akan makin mengenal DIA dan wujud inkarnatifNya..sehingga kita
berani berkata seperti rasul Paulus: "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia
dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku
menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh
kebangkitan dari antara orang mati." (Filipi 3:10-11)
Amin
TAD-Ani
No comments:
Post a Comment