Keempat, jalan
kemuridan itu melahirkan cinta yang radikal. Tuhan Yesus mengajarkan kepada
murid muridNya hukum kasih kepada Allah dan sesama sebagai hukum yang utama dan
yang terutama dalam kehidupan, lebih dari soal kebenaran dan keadilan. Apalah
artinya ketaatan pada "kebenaran Taurat" jika hal itu malah membuat
manusia menjadi hakim bagi sesamanya. Apalah artinya "keadilan hukum
Musa" jika ternyata hal itu hanya akan membuat manusia terjebak dalam
lingkaran kekerasan yang turun temurun. Bagi Yesus, kebenaran dan keadilan itu
penting, hukum Taurat Musa tidak hendak dihapuskan setitik iotapun. Namun jalan
kemuridan adalah jalan cinta yang mengajak kita memasuki tahap yang lebih
tinggi daripada sekedar hukum kebenaran dan keadilan. Karena itu Yesus berkata:
"Kamu telah
mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata
kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan
siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan
kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu,
serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh
satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang
meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu.
Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu.
Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang
menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang
di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik
dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar."
(Matius 5:38-45).
Itulah jalan
kemuridan.. jalan cinta yang radikal. Jalan yang akan membuat wajah agama punya
sisi sisi lembut kemanusiaan, bukan hakim penjaga kebenaran yang mengerikan..
TAD-Ani
No comments:
Post a Comment