Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 2 November 2016

Bacaan: II Kor 12:9-10
Ditembok gedung Physical Therapy Rehabilitation, New York ada tulisan refleksi yg sangat dalam maknanya. Demikian tulisan itu:

Saya meminta kepada Tuhan kekuatan yg memungkinkan saya untuk melakukan hal hal besar, tetapi saya dianugerahi kerapuhan agar saya dapat belajar rendah hati.

Saya meminta kesehatan yg memungkinkan saya untuk melakukan hal hal yg luar biasa, saya diberikan kelemahan agar saya dapat belajar untuk melakukan hal hal yg lebih baik.

Saya meminta kekayaan yg memungkinkan saya untuk hidup bahagia, saya diberikan kemiskinan agar saya dapat belajar menjadi bijaksana.

Saya meminta kesuksesan yg memungkinkan saya mendapat puji pujian dari manusia, saya diberikan kegagalan agar saya dapat belajar untuk mengandalkan Tuhan.

Saya meminta semua hal yg memungkinkan saya untuk menikmati hidup, saya diberikan kehidupan agar saya dapat menikmati segala sesuatu.

Saya tidak mendapatkan apapun yang saya minta, tetapi semua yg saya harapkan didengarkan.

Terlepas dari apapun yang dikehendaki Tuhan, hampir semua doa saya yang tak terucapkan telah di jawab.

Saya adalah salah satu orang yang paling diberkati.

Wow!!
Tulisan tsb bisa jadi diinspirasi oleh surat Paulus kepada jemaat di Korintus, dimana Paulus melihat kelemahan, kesukaran dan kesesakan oleh karena Kristus sebagai karunia yg justru menguatkan. Aneh memang, tetapi itulah kekuatan iman, kekuatan yg lahir dari paradoks kehidupan.

Coba perhatikan:
Saat seorang bayi lahir, dia sesungguhnya masuk dalam kesesakan dan penderitaan. Apa yang dia lakukan? Menangis!! Saat bayi menangis, ia mengeluarkan udara di paru parunya dan ia mulai bernafas!

Saudara,
Kesulitan dan penderitaan itu sesungguhnya baik dan membantu kita untuk berteriak, menangis dan bernafas! Ya bernafas! Paru paru rohani kita mulai berdenyut hidup.

Jadi,
Jika kelemahan, kesukaran dan kesesakan datang, berteriaklah kepada Allah, menangislah..

dan bernafaslah!!

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment