Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 5 November 2016

Bacaan: Matius 27:1-26
Issue penghujatan yg dilakukan oleh Yesus mulai tersebar bagai pesan berantai yg tak terkendali. Ada yg mengatakan Yesus hendak menghapuskan Taurat (padahal yg dikecam adalah para ahli Taurat, bukan Tauratnya). Ada juga yg mengatakan Yesus telah menghinakan hari Sabath, karena Yesus menyembuhkan orang pada hari Sabat. Yesus jg dianggap menghujat Allah dengan menyamakan diriNya sbg Anak Allah. Sesungguhnya akar dari semua masalah bukan pada ajaran Yesus tetapi pd sikap Yesus yg keras membongkar praktek pungli dan korupsi di Bait Allah. Itulah yg membuat para imam dan orang2 yg berkepentingan secara ekonomi dan politik mulai gerah dan marah.

Kini mereka bersekongkol untuk mencari momentum yg tepat guna menangkap Yesus. Maka Yudas segera didekati untuk menjadi pintu masuk penangkapan Yesus. Setingan rencana licik untuk menangkap Yesuspun di gelar. Yesus ditangkap di Taman Getsemani saat berdoa bersama dengan murid2Nya. Saat Yesus ditangkap, ratusan orang menjadi makin kesetanan. Yesus di gelandang untuk masuk dalam pengadilan "jalanan". Pilatus tentu harus menentukan keberpihakannya. Apakah ia akan berpihak pada massa yg dibekingi oleh para imam atau berpihak pada Yesus yg kelompoknya minoritas itu? Disinilah kekuatan hukum menjadi tumpul, dan otoritas pimpinan negarapun mandul. Sebab satu kalkulasi yg paling logis yg diajukan oleh para penasehat Pilatus adalah: "lebih baik mengorbankan satu orang ketimbang harus menghadapi tuntutan massa yg beringas. Sebab jika terjadi pemberontakan orang2 Yahudi, maka tentu kerusakannya akan lebih besar." Segera Pilatus mencoba mengukur kemarahan masa itu dgn pilihan pembebasan Barabas atau Yesus. Dan ternyata benar, massa memilih Berabas sebagai ganti Yesus (walau secara hukum tidak dijumpai kesalahan apapun pd dirinya).

Dan babak penyaliban pun dimulai..

(bersambung)

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment