Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 24 November 2016

Bacaan: Matius 7:15-23

Philip Adam mengatakan kematian yg diakibatkan oleh perang (ego) agama itu ternyata menduduki rangking pertama dibandingkan dengan sumber kematian oleh karena bencana alam atau epidemi penyakit. Kok bisa? Bukankah semua agama itu mengajarkan kebaikan dan perdamaian? YA! Tapi apabila penganutnya salah sasaran, agama bisa dipakai untuk mengobarkan kebencian dan peperangan.

Berkaca pada kehidupan "beragama" yang nampak sukses, namun salah sasaran itu, tulisan Anthony de Mello dalam buku Doa Sang Katak 2, bisa memberikan tamparan pada kesadaran kita, mari cermati baik baik tulisannya:

Guru di sekolah panahan dikenal sebagai Guru Kehidupan yang sangat baik pula.

Suatu hari muridnya yang paling cemerlang tiga kali berturut turut berhasil mengenai sasaran dalam suatu pertandingan setempat. Semua orang bertepuk tangan riuh rendah. Murid dan Guru mendapat ucapan selamat bertubi tubi.

Namun sang Guru tampaknya tidak begitu terkesan, bahkan ia kritis.

Ketika kemudian muridnya bertanya mengapa demikian, Ia menjawab, "Engkau masih harus belajar bahwa sasaran bukanlah sasarannya."

"Manakah sasaran yang SEBENARNYA," tanya murid itu ingin tahu.

Namun sang Guru tidak mau mengatakan. Ini adalah yang pada suatu hari harus dipelajari oleh murid itu sendiri karena tidak dapat diteruskan dengan kata kata.
Pada suatu hari ia berharap muridnya akan menyadari bahwa hidup sesungguhnya bukan semata mata mengejar capaian hasil akan tetapi lebih pada kematangan sikap; bukan sasaran, akan tetapi menghilangnya ego.

Saudaraku,
Tuhan Yesus dalam pengajaran di bukit mengingatkan agar kita menjadi pohon yg baik (terlebih dahulu), baru bisa menghasilkan buah yang baik.
Dan buah yang baik itu senantiasa dihasilkan dari proses kematangan diri yang panjang... bukan hasil instan untuk berebut tepuk tangan, pengikut dan dukungan..

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment