Renungan Mezbah Keluarga #17A30

Bacaan: Yohanes 4:21-24

Kepada seorang perempuan Samaria yg mempertanyakan "kebenaran" agama, Yesus berkata:
"Percayalah kepada-Ku, hai perempuan, saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan bukan juga di Yerusalem. Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. Tetapi saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah-penyembah demikian. Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia, harus menyembah-Nya dalam roh dan kebenaran." (Yoh 4:21-24).


  1. Dari jawaban Tuhan Yesus tsb, kita bisa simpulkan bahwa:
    Sejarah penyelamatan manusia pertama kali dinyatakan Allah kepada orang Yahudi. Dimana Allah menyatakan janjiNya kepada Abraham, memperkenalkan namaNya dan memberitahukan hukum2Nya lewat Musa.
  2. Namun keselamatan tidak hanya untuk bangsa Yahudi (atau bangsa tertentu).
  3. Keselamatan juga tidak ditentukan oleh tempat (gunung) dan kiblat (Yerusalem).
  4. Keselamatan itu suatu perjalanan sejarah yg melintasi batas batas area, kesukuan, kebangsaan dan keagamaan. Keselamatan tidak berhenti pada klaim "ego" keistimewaan sejarah bagi bangsa dan bahasa tertentu.
  5. Keselamatan itu diperuntukkan bagi semua orang yg menyadari bahwa Allah itu ROH. Allah tidak bisa dibelenggu dalam kepemilikan eksklusif agama atau bangsa tertentu, oleh cara penyembahan tertentu ataupun berdiam di kiblat tertentu.
  6. Allah adalah ROH, karena itu hanya bisa disembah dalam roh dan kebenaran.
Sayangnya... Sampai hari ini banyak agama dan ajaran agama yang kehilangan arah dan kebenaran. Akibatnya..banyak orang berbicara atas nama Allah, tetapi tak sungguh (mau) mengenal Allah. Orang lebih getol "menyembah" tradisi agama dan hukum agama ketimbang belajar untuk menyembah Allah dalam roh dan kebenaran.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A28

Bacaan: Yohanes 4:23

Gong Xi Fat Choi..
Happy Chinese New Year 2568.


Mari kita pakai dan rayakan momentum tahun baru ini (walau dilahirkan dari tradisi kebudayaan tertentu), menjadi momentum kegerakan rohani kita dalam membangun intimasi dengan TUHAN dan dengan sesama anak bangsa. Tahun lalu kita telah merasakan betapa keringnya hidup jauh dari TUHAN (walau nampak marak dalam kostum agama) dan betapa getirnya hidup yg terkotak kotak dalam kecurigaan dan kebencian terhadap sesama (atas nama pembelaan agama, tradisi dan suku). Karena itu di tahun yang baru ini mari kita semua bertekad untuk lebih arif dan welas asih, asah dan asuh, yang dimulai dari keteduhan roh dan kebenaran. Tuhan Yesus berkata; "akan tiba saatnya dan sudah tiba sekarang, bahwa penyemah penyembah yang benar akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki penyembah penyembah yang demikian." (Yoh 4:23).
Jadi mari sekarang kita beralih dari "gunung-gunung" ego keagamaan, suku dan tradisi kita untuk membuka mata hati dan roh kita pada kebenaran TUHAN. Kebenaran yang Yesus naikkan dalam doa kepada Bapa agar Ia dan kita menjadi satu dan agar kita dengan sesama juga dipersatukan (Yohanes 17). Tentu ini bukan dimaksudkan menjadi satu dalam agama, tradisi dan kebiasaan melainan kesatuan dalam kebhinekaan, satu kesatuan dalam keperbedaan peran seperti tubuh dengan berbagai fungsi organ. Satu kesatuan dalam roh dan kebenaran!

Mungkinkah?
Jawabnya mungkin! Sebab itu yang dikatakan dan didoakan oleh Tuhan Yesus. Tidak mungkin Ia mengajarkan dan mendoakan sesuatu yang mustahi. Apa yang nampaknya mustahil bagi manusia adalah sangat sangaaat mungkin bagi Allah. Bagaimana caranya? Ya seperti yang Tuhan Yesus ajarkan, yakni dalam roh dan kebenaran. Jika setiap kita sungguh mencari kebenaran dalam roh dan mencari roh dalam kebenaran; maka kita akan menemukan TUHAN dan kita akan disebut sebagai penyembah2 yang benar.


(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A27

Bacaan: Roma 12:12

"Pak..bagaimana caranya agar bisa sabar? Karena aku sudah berdoa meminta sabar, eh malah ada saja masalah yang memicu emosi..", tanya seorang saat konseling.
"Hehehe...kamu salah meminta sih?"
"Maksudnya?"
"Kamu mintanya sabar, bukan meminta sukacita. Ketika kamu meminta sabar, maka permintaanmu bersifat reaktif, menunggu, makanya kamu kalah terus.. Mulai sekarang, nurut sama Firman Tuhan dan mintalah roh sukacita. Sebab sukacita itu aktif sifatnya. Dengan hati yg bersukacita, maka kamu akan dimampukan sabar dan tekun. Perhatikan Roma 12:12; "Bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan, dan bertekunlah dalam doa!"


Saudara, betapa banyak orang yg salah dalam meminta. Jika kita ingin mengalami 'hidup lebih hidup', maka mintalah roh sukacita terlebih dahulu. Jika dalam MK-MK yang sebelumnya kita sudah belajar mengenai kesabaran dalam penderitaan, maka hari ini kita akan belajar untuk meminta SUKACITA. Karena dengan hati yang bersukacita (dan bersyukur), kita akan bisa IKHLAS (mampu bersabar dan melepaskan beban kesesakan), dan RAJIN mengerjakan bagian yang dipercayakan kepada kita bahkan bertekun dalam mengembangkan kapasitas rohani dengan hati yg ringan bin riang.
Mari kita renungkan ulang bagaimana Abraham, Yakub, Yusuf dan Ayub  bisa sabar dan tangguh dalam menjalani hidup yang maha berat. Itu semua bisa dijalani karena ada rasa syukur karena roh sukacita ada dalam hati mereka. Mereka  tidak cepat mengeluh menyalahkan situasi, orang lain, bahkan TUHAN.

Jadi saudaraku, mulai dari sekarang, memintalah secara tepat dan terimalah dengan siap: roh SUKACITA! Maka keikhlasan dan kerajinan akan dianugerahkan Tuhan dalam hidup dan pelayananmu.
"Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang. Tuhan sudah dekat!" (Filipi 4:4-5)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A26

Bacaan : Filipi 4:13

Saudaraku, apakah hari hari ini engkau mengalami pergumulan yg maha berat? Bila ya, yakinlah bahwa pencobaan yg engkau alami tak melebihi kekuatanmu untuk sanggup menanggungnya..dan percayalah bahwa Tuhan tidak akan membiarkanmu jatuh tergeletak. Jadilah kuat dan tangguh dalam roh, sebab jika roh dalam dirimu menguat, maka engkau akan dimampukan menghadapi perkara apapun yg sedang datang menggocoh hidupmu.
Pertanyaannya, bagaimana menjadi manusia roh yang kuat? Sedangkan kita saat ini merasa sendiri dan lemah? Mari kita belajar dari Sang Guru kita Yesus Kristus;

Pertama, Yesus memulai dengan pengurapan Roh Kudus (Lukas 3:21-22).
Yesus yg walaupun telah penuh dengan Roh sejak dalam kandungan (Luk 1:35) tetap perlu pengurapan Roh Kudus. Itulah sebabnya IA datang pada Yohanes untuk dibaptiskan, dan saat IA dibaptiskan maka langit terbuka, Roh Kudus dicurahkan. Suara dari langit menyatakan: "Engkaulah AnakKu yang Kukasihi, kepadaMulah Aku berkenan."

Kedua, Yesus hidup dalam ketaatan akan Firman.
Yesus meletakkan dasar ukuran hidupNya hanya pada Firman dan penggenapan Firman. Itu sebabnya Yesus menang saat menghadapi pencobaan2 yg maha berat. (Luk 4:1-13).

Ketiga, Yesus tetap menyampaikan kabar baik dalam kondisi apapun.
Dalam kelemahan terhadang oleh maut kematian sekalipun Ia tetap berkata: daging itu memang lemah, tapi roh itu penurut. Ya, itulah kunci kekuatan dari Yesus yg juga menjadi kabar baik bagi orang2 yang lemah dan berbeban berat.

Jadi, ikutilah tiga kunci penting yg diteladankan Tuhan Yesus bagi kita. Ingatlah bahwa peperangan yg sesungguhnya memang bukan peperangan melawan darah dan daging, namun melawan roh yang berkuasa di udara maupun yang bergolak dalam diri kita sendiri..
Jadilah tangguh dan kuatkanlah rohmu, dengan menyakini bahwa "Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberikan kekuatan kepadaku."

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A25

Bacaan : Kejadian 13

Ketiga, Abraham menjalani bagiannya dengan tangguh dan setia
Ayat 17 mengatakan: “Bersiaplah, jalanilah negeri itu menurut panjang dan lebarnya, sebab kepadamulah akan Kuberikan negeri itu." Setelah Abraham menyakini panggilan hidupnya, mengukur dan menghitung peluang dan tantangan yang ada, Abraham segera take action. Ia menjalani negeri yang ada didepannya itu sampai keujung ujungnya, menurut panjangnya dan lebarnya. Abraham adalah pribadi yang ulet dan tekun. Ia tahu apa yang menjadi bagiannya dan apa yang menjadi bagian TUHAN.
  
Keempat, mendirikan Mezbah bagi TUHAN
Abraham tidak lupa bersyukur dan menjalani panggilannya dengan bersyukur dan membangun mezbah bagi TUHAN. Ia tidak menunggu ketika semuanya usai baru bersyukur dan membangun mezbah. Tidak! Selagi ia berjalan, selagi ia berjuang..selagi semuanya belum jelas.. Abraham mau menjalaninya bersama dengan TUHAN...day by day..night by night.
 
Yup, Itulah 4 kunci keberhasilan Abraham. Ia menjalani hidupnya bersama dengan TUHAN. Saat ia memulai sesuatu yang baru, yang belum jelas hasilnya, ia berani melangkah dengan kepastian iman. Ia memegang janji TUHAN, ia mengukur hari depannya bersama TUHAN, ia menjalaninya bersama dengan TUHAN dan bersyukur atas setiap keadaan...dan
itulah awal perubahan...
awal dimana padang gurunnya diubah menjadi taman TUHAN.


TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A24

Bacaan : Kejadian 13

Ada 4 hal yang dilakukan oleh Abraham untuk mengubah situasi sulit (gurun) menjadi moment keberhasilannya (taman TUHAN), yakni:

Pertama, Abraham berpegang pada panggilan dan janji TUHAN
Abraham mengingat akan panggilan TUHAN yang mengatakan:  "Pergilah dari negerimu dan dari sanak saudaramu dan dari rumah bapamu ini ke negeri yang akan Kutunjukkan kepadamu;  Aku akan membuat engkau menjadi bangsa yang besar, dan memberkati engkau serta membuat namamu masyhur; dan engkau akan menjadi berkat. Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum dimuka bumi akan mendapat berkat." (Kej 12:1-3). Abraham beriman kuat pada janji TUHAN tsb (ingat, iman itu berarti berpegang teguh pada TUHAN dan rancnganNYA). Abraham tahu betul bahwa apa yang dicapainya sekarang ini masih sementara, bukan tujuan akhirnya. Sodom dan Gomora (walaupun menggiurkan) bukanlah tanah yang dijanjikan TUHAN bagi dia dan keturunannya. Karena itu dia terus lanjut mengikuti panggilan TUHAN, menuju tanah perjanjian.
 
Kedua, Abraham mulai mengukur dan menghitung
TUHAN berkata kepada Abraham: "Pandanglah sekelilingmu dan lihatlah dari tempat engkau berdiri itu ke timur dan barat, utara dan selatan,  sebab seluruh negeri yang kaulihat itu akan Kuberikan kepadamu dan kepada keturunanmu untuk selama-lamanya.” (Kej 13:14-15). Apa artinya? Artinya ditempat yang baru Abraham memulai melakukan orientasi dengan mengukur dan menghitung semua kesempatan dan tantangan yang ada di depan. Ia tidak hidup pada bayang bayang kesuksesan masa lalunya dan meratapi apa yang sudah ditinggalkannya. Abraham diajak oleh TUHAN berpikir kedepan, optimis dengan berani mengukur dan menghitung dengan cermat semua peluang dan tantangan yang ada.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A23

Bacaan : Kejadian 13

Memulai sesuatu yg baru tentulah tidak mudah, apalagi jika kita sudah terpola pada matrix yg selama ini telah terbukti memberikan hasil. Otak dan perasaan kita itu cenderung untuk mengerjakan pola pola sama karena mendatangkan rasa aman dan nyaman. Pendek kata otak kita bekerja untuk menghindari kesulitan dan mencari kenyamanan.


Ada seorang pemuda yg meminta waktu untuk konseling. Dia adalah manager marketing satu perusahaan yang lagi mengukir prestasi yang membanggakan. Bayangkan ditengah krisis yang ada ia ditahun 2016 lalu bisa mencapi sukses 40% lebih tinggi dari apa yang ditergetkan perusahaan. Tentu itu semua adalah hasil kerja tim yang solid yang dibentuknya dengan susah payah. Tetapi di awal tahun 2017 ini, ia dipanggil pimpinannya dan ia dipindahkan pada satu devisi yang baru dan harus memulai dari nol dengan tim baru yang dibentuknya. Wuah, tentu saja dia terkejut dan stress. Baru saja menikmati hasil dengan tim kerja yang solid, kini ia harus merintis tim baru dengan resiko kegagalan yang terbuka lebar. Dalam sesi konseling itu dia meminta pendapat; apakah ia harus menolak? Pindah perusahaan? atau menerima assignment ini dengan resiko kegagagalan, mengingat devisi yang diberikan kepadanya itu memang sudah amburadul.

Saudara, mari kita belajar dari Abraham saat ia berselisih dengan Lot, keponakannya... dan  bagaimana Abraham bisa legowo dengan memberikan kesempatan kepada Lot untuk memilih bagian yang dianggapnya terbaik. Abraham harus memulai meristis “karier” hidupnya dari dasar. Apakah Abraham menyesal? Ternyata tidak! Walau ia harus menjalani gurunnya, ia menjalaninya dengan optimis bersama dengan TUHAN. Alhasil Abraham makin diberkati TUHAN dan Lot malah compang camping habis habisan. Wow!! Tentu kita ingin tahu rahasia "sukses"nya Abraham? Bagaimana ia bisa mengubah padang gurun menjadi taman Tuhan?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A21

Bacaan  : Ayub 42:1-6

Saudaraku, tidak mudah menghadapi kenyataan penderitaan, apalagi jika kita sudah melakukan semua bagian kita dengan baik dan setia. Berikut beberapa hal yang bisa kita lakukan apabila kita mengalami penderitaan dan keterpurukan:

Pertama, koreksi diri dengan jujur dihadapan TUHAN
Jika ada dosa segera akui dan bertobat. Jika ini ujian dari TUHAN, maka mintalah kekuatan dan kesangupan untuk melewati semuanya itu. Sebab jika IA menguji, pastilah IA akan mendampingi. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya (I Kor 10:13).

Kedua, bergumul dengan TUHAN
Inilah yang dilakukan oleh Ayub saat menghadapi ujian yg maha berat. Ia bergumul dan terus bertanya hingga TUHAN memberikan jawabNYA. Berdoalah dan bertahanlah, sebab Roh akan membantu kita dalam kelemahan kita; sebab kita tidak tahu bagaimana harus berdoa tetapi Roh sendiri berdoa untuk kita kepada Allah dengan keluhan keluhan yg tak tertahankan.” (Roma 8:26).

Ketiga, tetap percayailah TUHAN
Ayub sadar bahwa yang utama dan terutama dalam hidupnya bukanlah “mempercayai” mujizat pemulihan, kesembuhan dan kemuliaan. Bukan! Ayub sekarang  mempercayai TUHAN. Ayub bergumul dengan Firman, sampai ia mendapatkan pengalaman iman yg sangat berharga: “Hanya dari kata orang saja aku mendengar tentang Engkau, tetapi sekarang mataku sendiri memandang Engkau. Oleh sebab itu aku mencabut perkataanku dan dengan menyesal aku duduk dalam debu dan abu."  Nah,..Perjumpan pribadi dengan TUHAN dan FIRMANNYA, yg membawa Ayub bisa memiliki perspektif iman yang baru dalam melihat penderitaan. Kini Ayub tak lagi berbantah dan menggugat TUHAN. Ia diam dan menikmati kedahsyatan FIRMAN. Walau hidupnya belum berubah, deritanya belum sirna..namun hatinya dipenuhi damai sejahtera, karena matanya kini melihat TUHAN.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A20

Bacaan  : Ayub 42:1-6

Mengapa ada penderitaan? Mengapa TUHAN ijinkan kesulitan itu datang? Jika kita sudah mempercayai TUHAN dan melakukan semua kehendak dan FirmanNYA, mengapa kita harus berjuang dalam kehidupan? Bukankah seharusnya berkat dan mujizat; kemudahan dan kemuliaan yang mengiring jalan hidup kita. Bukankah janjiNya berkata: setiap tempat yang diinjak oleh kaki kita akan diberikan kepada kita (Yos 1:3), tidak ada seorangpun akan yang akan bertahan mengadapi kita (Yos 1:5), semua perjalanan kita akan berhasil dan beruntung (Yos 1:8), kita akan memasuki rumah yang penuh berisi berbagai barang baik yang tidak kita isi (Yos 6:11), kota kota besar yang tidak kita dirikan (Yos 6:10). Bukankah semua itu janjiNYA? Lalu mengapa kita yang hidup setia dan tidak menyimpang ke kanan atau ke kiri dari jalan TUHAN, kok malah mengalami penderitaan, keterpurukan dan bahkan kehilangan kemuliaan?

Alkitab berkisah bahwa tidak semua penderitaan itu hukuman dan kutukan dari TUHAN. Adakala penderitaan dan keterpurukan itu ujian iman yang datangnya dari TUHAN. Contohnya Ayub. Ayub dikenal sebagai oleh yang saleh dan benar dimata TUHAN. Ia bahkan bergaul karib dengan TUHAN sejak masa mudanya (29:4). Tetapi Ayub mengalami ujian iman yang begitu berat. Ayub terpuruk seperti seperti orang kena kutuk  dosa? Semua kemegahannya sirna, hartanya lenyap dan anak anaknya binasa. Sekarang penyakit aneh datang menyergap. Ia kini ditertawakan orang dan dijadikan contoh bagi sebuah kegagalan. Ayub diabaikan Allah tanpa alasan yang jelas (seolah menjadi korban pertarungan ego antara TUHAN dengan Setan), sehingga ia berteriak: “Aku berseru minta tolong kepada-Mu, tetapi Engkau tidak menjawab; aku berdiri menanti, tetapi Engkau tidak menghiraukan aku. Engkau menjadi kejam terhadap aku, Engkau memusuhi aku dengan kekuatan tangan-Mu. (Ayub 30:19-20). Sungguh ini adalah pergumulan teologis yg tidak gampang dicerna oleh akal.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A19

Bacaan: Efesus 4:21-32

Apa dan bagaimana mendukakan Roh Kudus itu? Apakah sama dengan yg dikatakan oleh Tuhan Yesus: "apabila seorang menghujat Roh Kudus, ia tidak mendapat ampun selama lamanya, melainkan bersalah karena berbuat dosa kekal." (Markus 3:29). Jawabnya adalah tidak sama! Konteks dimana Tuhan Yesus mengatakan hal tsb adalah ketika menghadapi tuduhan bahwa kuasa yg ada dalam diriNya adalah dari Beelzebul (Mark 3:22). Yesus menegur ahli ahli Taurat yang membaca kitab tetapi menolak kebenaran dan kuasa yg ada dalam Firman. Mereka tahu pekerjaan Roh, tetapi menuduhnya sebagai pekerjaan Beelzebul. Nah orang yg demikin itu disebut menghujat Roh Kudus. Untuk apa percaya kepada Allah tetapi pada saat yang sama menghujat kuasa Allah. Itu sama saja dengan tidak mempercayai (kuasa) Allah, sebab Allah adalah Roh, barang siapa menyembah DIA, harus menyembahNYA dalam roh dan kebenaran (Yoh 4:24)

Nah, mendukakan Roh Kudus Allah itu beda dengan menghujat Roh. Rasul Paulus berkata: "janganlah kamu mendukakan Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan." (Ef 4:30). Artinya jika kita sdh percaya pada Allah dan kuasaNya, dan sudah dimeteraikan oleh kasih karunia Yesus Kristus melalui penebusan, maka hendaklah hidupmu dibaharui dalam kekudusan dan hidup sebagai anak anak terang. Jangan lagi menghambakan diri pada dosa percabulan, kecemaran dan keserakahan (Ef 5:3). Jika ketiga hal tsb tidak segera kita akhiri dan bahkan telah menjadi pemujaan (lebih dari kecanduan), maka kita sedang memadamkan roh Allah yg ada dalam diri kita (I Tes 5:19). Dan jika roh Allah dalam diri kita itu padam, maka gelaplah kegelapan itu (Mat 6:23). Ini lebih mengerikan ketimbang lampu mati sebab roh manusia adalah pelita TUHAN (Amsal 20:27). Jika pelita TUHAN padam, apakah ada pengharapan? Apakah ada kebenaran? Apakah ada sukacita dan damai sejahtera? Apakah ada kehidupan?

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A18

Bacaan: Efesus 4:2, 21-32

Setelah kita kupas 4 hal yang bisa men-charge roh kita agar tetap menyala nyala, maka kita harus waspada pada 5 hal yang bisa memadamkan roh. Apa itu?
  1. Dusta
    Setelah menjelaskan 4 hal yang bisa memperbaharui roh, rasul Paulus langsung memberi nasehat praktis untuk membuang dusta dan (mulai) berkata benar seorang kepada yang lain (ayat 25).
  2. Marah
    Memang tidak semua kemarahan itu jelek dan bisa melemahkan/memadamkan roh. Sebab ada kemarahan yang diperlukan untuk mendidik dan meluruskan. Tetapi kemarahan yang berlama lama sehingga mendatangkan kepahitan, kegeraman, pertikaian, fitnah dan kejahatan hendaklah dibuang jauh diantara kamu.
  3. Mencuri
    Jika kebiasaan mencuri, ngutil, ngempang, korupsi dan sejenisnya ini tidak segera diakhiri, maka roh kita akan "mberet" (redup) dan padam. Mungkin kita masih bisa melakukan aktifitas rohani seperti membaca Firman, berdoa, bersekutu bahkan melayani...tetapi jika prilaku mencuri ini tidak stop, ya tetap aja roh kita akan padam. Orang yang mencuri, janganlah ia mencuri lagi, tetapi baiklah ia bekerja keras dan melakukan pekerjaan yang baik dengan tangannya sendiri, supaya ia dapat membagikan sesuatu kepada orang yang berkekurangan (ayat 28)
  4. Berkata Kotor
    Nasehat Paulus jelas: "Janganlah ada perkataan kotor keluar dari mulutmu, tetapi pakailah perkataan yang baik untuk membangun, di mana perlu, supaya mereka yang mendengarnya, beroleh kasih karunia (ayat 29).
  5. Mendukakan Roh Kudus Allah
    Nah, ini yang sering ditanyakan: apa dan bagaimana mendukakan Roh Kudus itu? Apakah sama dengan menghujat Roh Kudus? Benarkah kalau kita mendukakan Roh Kudus, kita tidak mungkin diselamatkan lagi?
    Baiklah, khusus poin 5 ini, akan kita bahas kemudian
(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A17

Bacaan: Efesus 4:2, 21-32

4. Saling Membantu
Rasul Paulus menasehatkan: "Hendaklah kamu selalu rendah hati, lemah lembut, dan sabar. Tunjukkanlah kasihmu dalam hal saling membantu," (Efesus 4:2) pada saat ia ada dalam dalam penjara. Saat dirinya sendiri tertekan dan punya ribuan alasan untuk "nglokro", rasul Paulus justru memperhatikan orang lain. Memang nampak aneh, tetapi itulah kunci kekuatan dari roh Paulus; yakni rendah hati, lemah lembut, sabar dan suka menolong orang lain.

Dalam buku tentang stress otak yg ditulis oleh Arita Hideho, dikatakan berempati kepada orang lain itu bisa menolong meredakan stress. Sekali lagi nampaknya aneh ya?? Orang stress bukannya ditolong, diperhatikan...eh malah diminta menolong orang lain dan memperhatikan (empati) kepada penderitaan orang lain. Tetapi memang begitulah cara kerja otak dan roh kita. Saat kita memperhatikan orang lain, berempati bahwa sampai menangis karena derita orang lain, kita jusru menjadi makin kuat dan segar. Hormon serotonin kita terlepas dan kita menjadi tersadarkan untuk bangkit dari keterpurukan. Itulah sebabnya nasehat orang tua kita mengatakan: "saat engkau terpuruk janganlah melihat keatas kepada orang2 sukses, tetapi lihatlah kebawah, lihatlah bahwa masih banyak orang yg jauh lbh menderita dari pada dirimu.. Bantulah mereka untuk bangkit, sebab justru saat engkau membantu..engkau sendirilah yg justru terbantu. Saat engkau mengampuni orang yg bersalah kepadamu, saat itu pula engkau akan merasakan pengampunan BAPA (Mat 6:12). Karena itu hendaklah kamu saling mengaku dosamu dan saling mendoakan, supaya kamu sembuh (Yak 5:16)
Itulah cara kerja roh yg memang berbeda dengan cara kerja daging. Jika kita terus menerus men-charge roh kita dengan latihan rendah hati, lemah lembut, sabar serta empati dengan menabur kebaikan, maka damai sejahtera Allah, yang melampaui segala akal, akan memelihara hati dan pikiranmu dalam Kristus Yesus (Fil 4:7)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A16

Bacaan: Efesus 4:2, 21-32

Kita sudah membahas 2 kualitas rohani yg menurut rasul Paulus harus ditambahkan untuk men-charge pikiran dan roh kita dikala stress tiba. Sekarang kita akan lanjutkan 2 lagi plus 5 hal yg harus dihindari.

3. Sabar
Kepada orang yg lagi ditimpa oleh kemalangan kita bisa berkata "sabar ya pak..sabar ya bu.." lha kalau orang lagi stres dan "nglokro" masakan kita minta dia untuk bersabar? Kok aneh! Harusnya ayooo bangkit, bergerak! semangaaat! Nah, itu baru nasehat yg bener.
Sekali lagi kita sedang berbicara pada tataran rohani, yakni me-recharge roh dan pikiran. Sabar disini adalah sebuah pendampingan pastoral untuk menyeimbangkan ritme roh antara orang yg lagi "nglokro" rohnya dengan kita yang hendak mendampinginya. Menemukan ritme roh yg selaras itu tidak mudah. Sering kita yang menolong dan orang yg ditolong sama sama tidak sabar...hingga recharge roh menjadi gagal buyaaar. Akibatnya orang yang bersangkutan menjadi obyek nasehat yg tak dipahami, tak dikasihi, sementara kita yg menolong merasa energi roh kita terkuras habis dan menyerah : "cukup... aku sudah tidak sanggup lagi...Percuma nasehatin dia! Dia punya dunianya sendiri. Siapapun tak akan sanggup menolongnya kecuali dia sendiri."  Disinilah roh kesabaran sangat tepat untuk kita aktifkan.
Sabar berarti melihat ulang titik penyebab dari semua persoalan dan mengurai kekusutannya satu demi satu. Sabar berarti mengenali dengan tepat apa yg sedang kita rasakan dan bisa menamai perasaan itu, serta bisa memberikan respon yang benar atas apa yg sedang terjadi. Itulah sebabnya rasul Paulus mengatakan: "bersukacitalah dalam pengharapan, sabarlah dalam kesesakan dan bertekunlah dalam doa!" (Rm 12:12)

Jadi, dari nasehat Paulus tsb kita bisa melihat bahwa sabar itu (harus) bergandeng erat dengan pikiran positif akan pengharapan dan ketekunan untuk membangun mezbah doa.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A14

Bacaan: Efesus 4:2, 21-32

Jadi saat kita melihat ada orang yang stress pikiran dan "nglokro" rohani, kita harus segera menarik orang itu keluar dari guanya dan menchargenya  dengan pikiran pikiran positif serta memohonkan pertolongan Roh Kudus, dengan metode rendah hati. Nah, sampai disini mungkin kita merasa belum nyambung antara stress nglokro, dengan rendah hati. Dimana nyambungnya? Bukankah lebih tepat dihibur, diajak jalan jalan? Makan enak, ketemu teman atau nonton stand up comedy?

Disinilah banyak orang salah memahami arti rendah hati. Rendah hati dipandang sebagai sikap berdiam diri, pasif, tak melawan ketimbang menimbulkan keributan, tampar pipi kanan berikan yg kiri, sikap tubuh yg menunduk dengan ilmu padi. Bukan! Bukan seperti itu!
Rendah hati itu sama dengan buah roh yang tertinggi yakni penguasaan diri. Rendah hati yang diajarkan oleh Alkitab itu meliputi:
  1. membangun motivasi mental tangguh dari dalam diri sendiri (intrinsik) 
  2. berpikir optimis yg pervasive (menular). Apa itu dan bagaimana contoh contohnya? Nanti kita akan kupas.
2. Lemah Lembut
Kelemahlembutan adalah disiplin rohani dan pikiran yang tak kalah pentingnya saat menghadapi stress pikiran dan roh. Yesus menekankan hal ini sebagai prasyarat utama bagi  kebahagiaan dan ketenangan. Dalam kotbah di bukit dihadapan orang2 yang lemah dan lelah menghadapi kehidupan Yesus bersabda: "Berbahagialah orang yang lemah lembut,karena mereka akan memiliki bumi." (Matius 5:5). Dihadapan orang yg merasa burn out dan hopeless Tuhan Yesus mengajak : "Marilah kepada-Ku, semua yang letih lesu dan berbeban berat, Aku akan memberi kelegaan kepadamu. Pikullah kuk yg Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. (Matius 11:28-29).
Jadi jika otak lelah buntu dan roh "nglokro" tak bernafsu maka berdoalah dan mintalah pada Tuhan, roh kelemahlembutan.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A13

Bacaan: Efesus 4:2, 21-32

Saudara, Pernahkah saudara "nglokro" (letih lesu) tak ingin melakukan apa apa, bahkan maunya hanya berdiam didalam kamar tak ingin keluar? Perasaan begitu flat tak ingin berjumpa dengan siapa saja, malas berbicara dan bahkan bisa terlintas goda untuk mengakhiri hidup saja. Jika saudara pernah (atau bahkan mungkin saat ini ada yang sedang mengalaminya), maka saudara mengalami serangan keletihan pikiran dan kekeringan roh seperti yang dialami oleh Elia (I Raja Raja 19:9-14). Nah, situasi seperti itu harus segera di break, jangan dibiarkan berlangsung lama. Itulah yang dilakukan oleh Allah saat melihat Elia "nglokro" dan bersembunyi dalam gua. Allah segera memanggil Elia keluar dan kembai  ke jalannya.

Rasul Paulus juga menasehatkan agar segera melakukan recharge roh dan pikiran (Efesus 4:23). Apa itu recharge roh dan pikiran? Rasul Paulus memberi nasehat untuk melakukan 4 hal dan menghindari 5 hal.

4 Hal yang harus dilakukan atau dilatihkan senantiasa agar roh dan pikiran diperbaharui senantiasa bisa kita baca dalam Efesus 4: 2, yakni:
1. Rendah Hati
Inilah latihan rohani yang paling utama yang dicontohkan sendiri oleh Tuhan Yesus. Istilah kerennya adalah "kenosis" atau pengosongan diri dari segala sifat ke-Allah-anNya dan mengenakan sifat sifat kemanusiaan.
Filipi 2:5-7 mengatakan: "Hendaklah kamu dalam hidupmu bersama, menaruh pikiran dan perasaan yang terdapat juga dalam Kristus Yesus, yang walaupun dalam rupa Allah, tidak menganggap kesetaraan dengan Allah itu sebagai milik yang harus dipertahankan, melainkan telah mengosongkan diri-Nya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia." Yesus sendiri berpesan: "Barangsiapa terbesar di antara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu. Dan barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan." (Matius 23:11-12)

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A12

Bacaan: Yeremia 29: 1-14

Ketiga, percaya dan patuh
Kita sering mendengar orang yang mengatakan bahwa jawaban TUHAN itu ada 3, yakni: YA, TIDAK atau TUNGGU. Jika jawabnya "tidak" maka ya jangan memaksa TUHAN untuk mengubahnya, sebab percuma. Jika jawabnya "ya" maka tak ada satu orang/kuasa yg bisa menghalanginya. Dan jika jawabnya "tunggu" maka sabarlah dan carilah apa yang menjadi God's will, God's way dan God's time.

Pertanyaan kritisnya adalah bagaimana kita bisa tahu bahwa jawaban TUHAN itu "tidak", "ya" atau "tunggu"? Tidak ada yang tahu bukan? Jadi yg penting untuk kita lakukan (apapun jawaban TUHAN) adalah tetap PERCAYA dan PATUH. Percaya bahwa TUHAN pasti menjawab doa kita dan percaya bahwa rancangan TUHAN adalah rancangan damai sejahtera, bukan rancangan kecelakaan (Yer 29:11).
PATUH berarti siap menjalankan bagian kita secara total dan optimal. Ingat bagian kita hanya berseru memohon, mencari wajah TUHAN dengan segenap hati, itulah yg dikehendaki TUHAN: "apabila kamu berseru dan datang untuk berdoa kepada-Ku, maka Aku akan mendengarkan kamu; apabila kamu mencari Aku, kamu akan menemukan Aku; apabila kamu menanyakan Aku dengan segenap hati, Aku akan memberi kamu menemukan Aku, demikianlah firman TUHAN." (Yer 29:12-14).


Jadi bagian kita itu cuma percaya dan patuh! Dua hal inilah yg kemudian oleh Daniel B. Towner (1887) digubah menjadi satu lagu yg sangat apik berjudul "When We Walk with the Lord" (lagu NP 247):

Ku beserta Tuhan dalam perjalanan,
Sinar sabdaNya jadi suluh;
Tuhanku di samping; Ku tetap dibimbing,
Serta umat percaya, patuh.
Reff:
Percayalah, Patuh pada Allah;
Agar hidup bahagia, Percaya, patuhlah
Hilang awan gelap dan bayangan lenyap;
Dalam kasihNya ku berteduh;
Hilang bimbang ragu, Hilang tangis sendu,
Bila hidup percaya, patuh.
(Reff)
Takkan kupahami kasihNya yang murni
Sebelum kuserahkan penuh
Hidup, harta s'kalian atas mezbah Tuhan,
Dengan hati percaya, patuh.
(Reff)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A11

Bacaan: Yeremia 29: 1-14

Tentu tidak mudah bagi kita untuk menerima kenyataan bahwa bukan kepada kita jawaban doa itu dinyatakan. Misalkan ada seorang pendeta yg berdoa tiap hari minta agar jemaatnya ditambahkan jumlahnya. Semua pelayanan yg terbaik sudah dikerjakan. Tetapi momentum TUHAN tak kunjung datang. Baru setelah dia pensiun, jawaban atas doanya TUHAN kabulkan. Jemaat bertumbuh secara luar biasa. Dapatkan kita berkata bahwa itu adalah jawaban doa pak pendeta? Atau kita akan mengatakan bahwa pendeta tersebut gagal, dan penggantinya yg berhasil?
Ya...Begitulah kira yg dirasakan oleh bangsa Israel ketika mendengar jawaban TUHAN : "Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu". Pasti akan ada yg berkata: "hah!! lama bangeet! Lalu ngapain kita susah payah berharap, kalau TUHAN tidak menjawab doa kita dimasa hidup kita?

Saudara,
Disinilah TUHAN berkata bertahan dan berkaryalah. Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya; ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang! (Yeremia 29:5-6)

Apa artinya pernyataan itu?
Artinya dalam situasi apapun tetaplah berharap dan berkarya! Jangan diam menyerah kalah. Ingat kisah keledai yg terperosok dalam sumur tua? Dimana petani tua hendak menguburnya karena tak bisa mengangkatnya. Saat sekop-sekop tanah jatuh menimpanya, keledai itu tdk diam melainkan terus bergerak, hingga ia tak tertimbun mati, melainkan dpt berpijak pada tanah-tanah yg jatuh dari atas. Singkat kisah, ia bisa naik saat tanah yg menimbunnya itu meninggi. Nah itulah pesannya! Terusah berharap, bergerak dan berkarya...maka engkau akan melihat beban persoalan yg menindihmu itu justru akan menjadi pijakan bagi jalan keluarmu.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A10

Bacaan: Yeremia 29: 1-14

Sesungguhnya ada 3 hal yg bisa kita kerjakan saat menantikan pertolongan TUHAN:

Pertama, bertanya dan bergumul bersama TUHAN
Seorang teman bertanya: "pak..bagaimana caranya bergumul dengan TUHAN? Apakah dengan doa dan puasa?" lalu berapa lama aku harus berpuasa?" Jujur diakui, kita ini sudah terbiasa dengan tips dan tahapan petunjuk pelaksanaan. Padahal TUHAN itu menginginkan kualitas pergumulan yg jujur dan mendalam. Contoh Daud. Dalam kesesakannya dia berseru: "berapa lama lagi TUHAN, Kau lupakan aku terus menerus? Berapa lama lagi Kausembunyikan wajahMu terhadap aku? Berapa lama lagi aku harus menaruh kekuatiran dalam diriku, dan bersedih hati sepanjang hari? Berapa lama lagi musuhku meninggikan diri atasku? Pandanglah kiranya, jawablah aku ya TUHAN, Allahku! Buatlah mataku bercahaya, supaya jangan aku tertidur dan mati (Maz 13:2-4). Dari pergumulan tsb, kita bisa menakar:
  • dalam penderitaan pertama tama yg kita minta adalah janganlah sampai dilupakan TUHAN, bukan meminta agar masalah kita segera terselesaikan.
  • mengakui semua kekuatiran dan kesedihan. Apa yg menyebabkan kekuatiran dan apa yg menyebabkan kesedihan.
  • mohon jawaban TUHAN dan belaskasihan TUHAN.
Itulah kualitas pergumulan iman yg justru akan mendekatkan kita dengan TUHAN.

Kedua, bertahan dan berkarya
Tidak jarang jawaban TUHAN itu begitu lama datangnya. Bayangkan kepada bangsa Israel yg mengharapkan jawaban segera, TUHAN malah berkata: "Apabila telah genap tujuh puluh tahun bagi Babel, barulah Aku memperhatikan kamu. Aku akan menepati janji-Ku itu kepadamu dengan mengembalikan kamu ke tempat ini." (Yer 29:10). Wuah...70 tahun itu bukan waktu yg singkat. Itu sama dengan satu generasi! Artinya sampai umat mati dan berganti generasi, barulah TUHAN menjawab. Ini tentu tidak mudah untuk diterima. Kita maunya hari ini meminta, ya hari ini pula kita menerima.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A09

Bacaan: Yeremia 29: 1-14

Saat engkau jatuh terpuruk, segeralah bangkit memperbaiki diri. Jangan menunda seolah masalah akan selesai sendiri. Tidak selamanya waktu itu menyelamatkan. Bangsa Israel menjadi contohnya. Ia memandang enteng pertobatan, karena sdh merasa sebagai bangsa pilihan. Lihat akhirnya mereka terpecah diantara 3 kekuatan besar yg melindas mereka, yakni Asyur, Mesir dan Babel. Israel Utara sudah hancur, dan Israel Selatan kini juga kalahkan. Sisa sisa umat yg ada di Yerusalem kini diangkut ke pembuangan di Babel. Bayangkan umat yg tadinya menjadi buah kesayangan Tuhan, yg ditakuti bangsa bangsa, kini terpecah pecah, terusir dari tanah perjanjian dan terlunta menderita di Babel. Disaat seperti ini mereka berseru kepada TUHAN dan berharap TUHAN segera menyelamatkan.
Kali ini TUHAN tidak datang menyelamatkan, IA melalui nabi Yeremia malah berpesan : “Dirikanlah rumah untuk kamu diami; buatlah kebun untuk kamu nikmati hasilnya;  ambillah isteri untuk memperanakkan anak laki-laki dan perempuan; ambilkanlah isteri bagi anakmu laki-laki dan carikanlah suami bagi anakmu perempuan, supaya mereka melahirkan anak laki-laki dan perempuan, agar di sana kamu bertambah banyak dan jangan berkurang!  Usahakanlah kesejahteraan kota ke mana kamu Aku buang, dan berdoalah untuk kota itu kepada TUHAN, sebab kesejahteraannya adalah kesejahteraanmu. (Yer 29:5-7).

Wuah..tentulah ini nasehat yg aneh. Masakan TUHAN membiarkan umatNya menderita dan tidak menolong segera? Apa artinya pesan TUHAN ini? Dapatkah penderitaan dan kesulitan disebut sebagai rancangan damai sejahtera? Dimana letak damai dan sejahteranya? Apakah TUHAN menginginkan kita mengubah hal buruk menjadi hal baik yg mendatangkan damai sejahtera? Kalau ya..bagaimana caranya? Baiklah besok akan dijelaskan 3 hal yg bisa dilakukan untuk mengubah penderitaan menjadi damai kesejahteraan, bagi diri kita dan bahkan bagi orang lain di sekitar kita..

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A07

Bacaan: Yakobus 3:13-18

Kemarin kita sudah diingatkan akan bahaya hikmat yang bukan dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan setan. Sebab dimana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri disitu ada kekacuan dan macam macam perbuatan jahat (Yak 3:15-16). Nah...sekarang bagaimana kita mengenal hikmat yang datangnya dari atas? Dari Allah? Apa ciri cirinya?
  1. BIJAK
    Bijak bukan hanya berarti pandai dan mencintai ilmu, melainkan juga bergairah mengolah sumber ilmu dan terbuka pada pandangan pandangan baru (band Amsal 1:5) dengan dilandasi oleh takut akan TUHAN (Ams 1:7).
  2. BERBUDI
    Berbudi berarti mementingkan nilai nilai luhur sebagai dasar penopang hidup dan pengambilan keputusan. Nilai nilai luhur ini sangat teduh dan tidak suka gaduh, karena ia berasal dari Allah. Ia tak mudah termudah terkontaminasi oleh kepentingan dan nafsu kedagingan.
  3. LEMAH LEMBUT
    Lemah lembut dimengerti sebagai sebuah tindakan baik yang digerakkan oleh bela rasa yang sangat dalam (compassionate). Apa yang dikerjakannya sangat tepat dan substantif, bukan umbar emosi membangun opini. Jadi kelemah lembutan lahir dari kejernihan akal, kebeningan budi dan kesungguhan untuk mengasihi.
Itulah ciri dan ekspresi dari dari orang yang berhikmat. Bukan karena jabatan imam maka hikmat itu diberikan; hikmat itu dinyatakan pada semua orang yg takut akan TUHAN. Charles Spurgeon mengatakan, “Hikmat adalah keindahan hidup yang hanya bisa dihasilkan karya Allah dalam diri kita.”

Jadi, apabila di antara kamu ada yang kekurangan hikmat, hendaklah ia memintakannya kepada Allah, — yang memberikan kepada semua orang dengan murah hati dan dengan tidak membangkit-bangkit,— maka hal itu akan diberikan kepadanya” (1:5).
Ingat Hikmat sejati dimulai dari dan menuju kepada kepenuhan kasih Allah.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A06

Bacaan: Yakobus 3:13-18

Yakobus mencatat paling tidak ada 5 ciri dari pendusta:

  1. tidak bijak dan tidak berbudi (Yak 3:13).
    Bukan oleh jubah dan simbol agama orang dinilai bijak dan berbudi. Ooo pendusta bisa saja tampil seolah suci bak keturunan nabi. Simbol agama bisa dikenakan dari ujung kepala hingga kaki. Tapi dari tutur dan laku hidupnya kita akan tahu siapa yg bijak dan siapa yg berbudi. (band Amsal 29:8-11).
  2. iri hati (Yak 3:14)
    Ya, iri hati akan membuat membuat orang menumpuk satu dusta diatas dusta lainnya. Orang seperti ini akan susah melihat kebenaran di depan mata. Mata hatinya gelap oleh iri, diperparah oleh dengki dan berujung pada benci. Akal sehatnya mampet, nuraninya bumpet.
  3. mementingkan diri sendiri (Yak 3:14)
    Orang yg sudah dirasuk oleh kebencian, akan mementingkan (kemenangan) diri sendiri. Agama dan TUHAN tak lagi menjadi kendali. Tiap hari yg dipikirkan hanyalah.."Bagaimana aku bisa mengalahkan lawanku, membunuhnya jikalau perlu.. Ah, persetan dengan agamaku..!"
  4. memegahkan diri (Yak 3:14)
    Disinilah manusia mulai memegahkan diri. Ia merasa dirinya adalah hukum. Hanya dirinya yg  boleh menafsirkan hukum dan mengarahkan kepada siapa hukuman dijatuhkan.
  5. berdusta melawan kebenaran (Yak 3:14)
    Ia berbicara atas nama kebenaran, padahal ia sedang berdusta melawan kebenaran. Dusta akan disebarkan secara masif agar menjadi "kebenaran". Lalu ia akan mengumpulkan konco dan kroni untuk menjadi saksi "kebenarannya" yg palsu itu.
Nah, itulah 5 ciri pendusta.
Jelas orang yg bisa melakukannya pasti bukan orang biasa, tak jarang mrk itu adalah pemimpin agama. Karena itu
wake up..!! Jika engkau melihat 5 ciri tersebut diatas ingatlah bahwa: "Itu bukanlah hikmat yang datang dari atas, tetapi dari dunia, dari nafsu manusia, dari setan-setan. Sebab di mana ada iri hati dan mementingkan diri sendiri di situ ada kekacauan dan segala macam perbuatan jahat." (Yak 3:15-16)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A05

Bacaan: Markus 14:56

Dusta atau saksi dusta itu adalah dosa yang jelas hukumnya. Memberikan keterangan palsu saat menjadi saksi di persidangan dapat diancam dengan sanksi pidana yang diatur dalam Pasal 242 Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (“KUHP”) khususnya ayat (1) dan (2):
Ayat 1:
“Barangsiapa dalam keadaan di mana undang-undang menentukan supaya memberi keterangan di atas sumpah atau mengadakan akibat hukum kepada keterangan yang demikian, dengan sengaja memberi keterangan palsu di atas sumpah, baik dengan lisan ataupun tulisan, secara pribadi maupun oleh kuasanya yang khusus ditunjuk untuk itu, diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”
Ayat 2:“Jika keterangan palsu di atas sumpah diberikan dalam perkara pidana dan merugikan terdakwa atau tersangka yang bersalah diancam dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun.”

Hukum Taurat juga menuliskannya dengan sangat lugas: "Jangan mengucapkan saksi dusta tentang sesamamu." (Keluaran 20:16).
Detilnya dijelaskan demikian: "Apabila seorang saksi jahat menggugat seseorang untuk menuduh dia mengenai suatu pelanggaran, maka kedua orang yang mempunyai perkara itu haruslah berdiri di hadapan TUHAN, di hadapan imam-imam dan hakim-hakim yang ada pada waktu itu. Maka hakim-hakim itu harus memeriksanya baik-baik, dan apabila ternyata, bahwa saksi itu seorang saksi dusta dan bahwa ia telah memberi tuduhan dusta terhadap saudaranya, maka kamu harus memperlakukannya sebagaimana ia bermaksud memperlakukan saudaranya. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu." (Ulangan 19:16-19).


Nah, pertanyaannya sekarang; jika hukum negara jelas sanksinya, hukum agama juga lugas mengutukinya, mengapa masih saja ada orang yang bersaksi dusta dimuka umum, bahkan di pengadilan dibawah sumpah? Ada 5 jawaban yg dijelaskan oleh Alkitab. Dan jika kita membaca 5 alasan ini, maka kita makin mengerti mengapa saksi dusta itu bisa terjadi. Apa itu?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A04

Bacaan: Yosua 2:1-24

Ketiga, Mohon Kemurahan
Rahab mengambil pilihan untuk mempercayai dan mohon kemurahan TUHAN, dengan berkata:  "Maka sekarang, bersumpahlah kiranya demi TUHAN, bahwa karena aku telah berlaku ramah terhadapmu, kamu juga akan berlaku ramah terhadap kaum keluargaku; dan berikanlah kepadaku suatu tanda yang dapat dipercaya, bahwa kamu akan membiarkan hidup ayah dan ibuku, saudara-saudaraku yang laki-laki dan yang perempuan dan semua orang-orang mereka dan bahwa kamu akan menyelamatkan nyawa kami dari maut." (Yosua 2:12-13). Mungkin ada yg mengatakan: "lho jika demikian,  Rahab kan berhianat kepada bangsanya? Dengan memberi tumpangan kepada 2 pengintai Israel itu artinya ia "bekerja sama" dengan musuh. Benarkah Rahab berkhianat? Jawabnya adalah tidak! Sebab ada atau tidak adanya Rahab bukan point yg menentukan bagi bangsa Israel. Ingat Yordan telah diseberangi dan Yerikho tinggal selangkah lagi.

Keempat, Beriman
Sekali lagi Rahab dan keluarganya bukan pengkhianat bangsa yg membeberkan rahasia negara atau atau membukakan pintu gerbang agar Israel dapat memasuki Kanaan. Rahab hanyalah perempuan sundal yg kebetulan mendengar apa yang terjadi dan memohonkan kemurahan agar ia dan keluarganya diselamatkan, that's all! Namun tindakannya itu justru dicatat sebagai tindakan orang yg beriman. Rahab mendapat penghargaan masuk dalam deretan tokoh tokoh orang beriman. Surat Ibrani 11:31 menyebutkan: "Karena iman maka Rahab, perempuan sundal itu, tidak turut binasa bersama-sama dengan orang-orang durhaka, karena ia telah menyambut pengintai-pengintai itu dengan baik."

Jadi, siapapun kita bisa dipilih untuk terlibat dalam sejarahnya TUHAN..yang perlu engkau lakukan hanyalah mendengar, mempercayai dan memohon kemurahan TUHAN, sebagai tindakan imanmu..maka siapa tahu arakan besar sejarah TUHAN akan mengikut sertakanmu, bahkan mencatat namamu sebagai golongan orang beriman.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A03

Bacaan: Yosua 2:1-24

Pertama, Mendengar
Rahab mendengar  karya Allah yg besar bagi Israel, katanya: Sebab kami *_mendengar_*, bahwa TUHAN telah mengeringkan air Laut Teberau di depan kamu, ketika kamu berjalan keluar dari Mesir, dan apa yang kamu lakukan kepada kedua raja orang Amori yg di seberang sungai Yordan itu, yakni kepada Sihon dan Og, yg telah kamu tumpas. Ketika kami mendengar itu, tawarlah hati kami dan jatuhlah semangat setiap orang menghadapi kamu, sebab TUHAN, Allahmu, ialah Allah di langit di atas dan di bumi di bawah.(Yosua 2:10-11). Yup, mendengar adalah pusat dari seluruh hikmat dan pengertian. Mendengar disini bukan "to hear" tetapi "to listen", yakni mendengar dengan penuh perhatian. Mari kita cek pendengaran kita selama ini. Apakah kita suka mendengar (to hear) suara2 gaduh, kekuatiran, keluhan dan pesimisme akan masa depan? Atau kita mau mendengar (pay attention) suara TUHAN, dan berkata seperti Samuel muda: "berbicaralah Tuhan, sebab hambamu ini mendengar." (I Sam 3:10). Biarlah di tahun 2017 ini kita mempertajam pendengaran kita, untuk mendengar seperti seorang murid (Yes 50:4).

Kedua, Percaya
Raja Yerikho juga mendengar kedahsyatan Allah Israel, namun reaksinya berbeda dengan Rahab. Ia panik dan berusaha menangkap 2 pengintai Israel, sedangkan Rahab berkata: "*Aku tahu*, bahwa TUHAN telah memberikan negeri ini kepada kamu dan bahwa kengerian terhadap kamu telah menghinggapi kami dan segala penduduk negeri ini gemetar menghadapi kamu." (Yosua 2:9).
Wow...Rahab percaya bukan hanya pada apa yg telah Allah kerjakan, namun juga pada apa yg Allah sedang dan akan kerjakan. Respon seperti itulah yg kita perlukan  saat menyambut tahun 2017: "Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah." (Rm 8:28)


(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17A02

Bacaan: Yosua 2:1-24

Selamat tahun baru, 2017. Apa pesan buat kita semua di tahun 2017 ini? Pesannya; Tuhan ingin agar kita menjadi bagian penting dalam sejarah kudusNya. Mungkin kita akan menjawab: "Lah...Saya ini siapa? Bukan tokoh, bukan pemimpin..terkenalpun tidak. Hidup saja pas-pasan, bisa makan dan bayar kontrakan saja sudah puji Tuhan. Bagaimana mungkin bisa ikut menjadi agen perubahan dalam sejarahnya TUHAN?"

Eiiit...jangan pesimis dulu dong. Siapa pernah menduga kalau pak Jokowi yg dulu dikatakan "ndeso" dan "plonga-plongo" bisa jadi presiden yg dikagumi banyak negara di dunia? Siapa mengira kalau klakson bus malam tiba tiba jadi viral dan terkenal dengan "om telolet om" nya. Jadi semuanya serba mungkin, jika Tuhan berkehendak.

Saudaraku,
Kalau kita berbicara mengenai tokoh tokoh "pembuat" sejarah, maka segera pikiran kita akan tertuju pada nama nama besar seperti Abraham, Yusuf, Musa, Yosua, Daud, Salomo, Elia, Ezra-Nehemia, Ester, Yesaya, Yeremia, Paulus dll. Dan itu tepat karena mereka memang tokoh besar yang senantiasa dipakai sebagai contoh untuk membangkitkan semangat dan panduan bagi resolusi hidup ditahun yang baru. Tetapi tahun 2017 ini, kami justru akan mengangkat satu nama (yang seharusnya tidak layak untuk diangkat), namun memiliki peran penting bagi sejarah perubahan bangsa Israel, yakni Rahab.

Rahab adalah perempuan sundal, yang dicatat oleh Alkitab sebagai tokoh kunci yang membantu bangsa Israel merebut tanah Kanaan. Keteribatannya yang tak terduga itu, justru membuat kita percaya bahwa Allah bisa bekerja lewat siapa saja. Lewat orang piihannya yang dipersiapkan dengan sangat istimewa seperti Musa atau bisa juga lewat Rahab, perempuan sundal yang layak dinista.

Apa yang menarik dan yang bisa kita pelajari dari Rahab ini? Ada 4 pilihan yang dikerjakan oleh Rahab yang menjadikannya layak menjadi bagian dari sejarah Tuhan, bahkan dicatat namanya dalam Alkitab, yakni:

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L31

Bacaan: Yohanes 1:1-14

Keempat, Allah MENYERTAI

Ketika Allah mengingat, Allah memilih dan Allah mempercayakan karya besarnya kepada manusia, maka Allah akan menyertai. Malaikat utusan Allah berkata : "Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau.." Roh Kudus itulah yang akan membuat kita mengenal dan menerima Yesus sebagai Anak Allah dan yang akan memberi kuasa kita menjadi anak anak Allah (Yoh 1:12), oleh Roh itu kita memanggil Allah dengan sebutan ya Abba ya Bapa (Rm 8:15, Gal 4:6). Wow....inilah kisah sejarah yang luar biasa yang layak diberitakan kepada semua insan.

Kelima, Allah MEMULIAKAN
Malaikat di Surga bersorak menyanyi: "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepadaNya." (Luk 2:14)...dan kini kita (manusia) dapat melihat kemuliaan Allah, melalui Natal, melalui kehadiran Anak Tunggal Bapa, yg penuh kasih karunia dan kebenaran (Yoh 1:14). Kini tiba saatnya bagi kita untuk bersiap dimuliakan oleh Allah Bapa. Sebab melalui Natal (kelahiran Yesus Kristus), kita sekarang boleh kesempatan emas untuk mendapat kemuliaan Bapa. FT berkata: "semua orang yang dipilih-Nya dari semula, mereka juga ditentukan-Nya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran Anak-Nya, supaya Ia, Anak-Nya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. Dan mereka yang ditentukan-Nya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya" (Roma 8:29-30).

Nah....itulah kisah Natal yang sesungguhnya...kisah sejarah Allah yang membentuk ulang sejarah manusia...

yang diperlukan dari kita hanyalah jawaban: "AMIN", jadilah padaku menurut perkataanMu itu..agar sejarahNya menjadi sejarah kita.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L30

Bacaan: Yohanes 1:1-14

Dua hari lalu, kami sudah jelaskan bahwa Natal itu bukan sejarah kelahiran manusia (nabi) yang kemudian dihargai (karena kebaikan dan kesalehannya) dengan diberi gelar Anak Allah. Bukan! Kelahiran Yesus Kristus merupakan sejarah Allah (God is coterminous with history), yang masuk dalam sejarahnya manusia, dengan 5 pesan pentingnya, yakni:

Pertama, Allah MENGINGAT

Natal adalah turning poin yang sangat penting dalam sejarah umat manusia, yakni  Allah mengingat (kembali) umatNya dan bertindak menyelamatkan umatNya. Seperti Allah mengingat Nuh, maka Allah membuat angin menghembus melalui bumi sehinga air itu turun (Kej 8:1), atau seperti Allah yang mendengar umat Israel yang mengerang dalam perbudakan di Mesir, dimana mereka berseru seru dan berteriak minta tolong pada Allah, lalu Allah mengingat kepada perjanjianNya dengan Abraham, Ishak dan Yakub (Kel 2:23-24).

Kedua, Allah MEMILIH 

Allah memilih untuk masuk dalam sejarah manusia, Allah memilih menjadi manusia, Allah memilih melibatkan manusia dalam sejarah penyelamatanNya. Ini sungguh pilihan yang luar biasa. Tentu terlebih mudah bagi Allah untuk memilih membinasakan semua manusia yang berdosa lalu menciptakan yang baru. Namun mengapa Allah memilih masuk sejarah manusia, menjadi bayi yang lemah dan melibatkan manusia yang bisa saja salah dalam bekerja sama. Bukankan cara yang seperti itu sangat rentan dengan penolakan dan kesalahpahaman?

Ketiga, Allah MEMPERCAYAKAN

Tentulah Allah mengambil resiko yang amat besar untuk mempercayakan karya besar penyelamatan kepada manusia. Saya membayangkan Allah menggelar sidang ilahi persis seperti awal mula penciptaan manusia (Kej 1:26). Jika yang pertama saja gagal..bagaimana bisa manusia dipercaya untuk menjadi bagian dalam karya ciptaanNya? SejarahNya? Tetapi sungguh luar biasa, Allah kembali mempercayai manusia. Ia mempercayakan kelahiran anakNya pada Yusuf dan Maria.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L29

Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yg percaya dalam nama-Nya; orang-orang yg diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah.
Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yg diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.

Nah itulah yg dinyatakan Alkitab. Tentulah tidak semua orang akan menerima bahwa Allah, Sang Sabda mau turun menjadi manusia dalam diri Yesus Kristus. Ooh, tidak masalah. Ketidak-mau-an orang menerima cara dan karya Allah itu, tidak mengubah apa apa. Kenyataan tetap menjadi kenyatan dan kebenaran tetap kebenaran. Sebaliknya Alkitab mengatakan: Tetapi semua orang yg menerimaNya diberiNya kuasa menjadi anak anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam namaNya (Yoh 1:12).

Jadi,
Itulah sebabnya setiap orang percaya  kini beroleh jalan dan kuasa untuk disebut anak anak Allah. Lalu, siapa yang membidani kelahiran kita sebagai anak anak Allah? Roh Kudus itulah yang membidani kelahiran baru kita. Sebab apa yang lahir dari daging adalah daging dan apa yang lahir dari Roh adalah roh. Dan kita telah dilahirkan oleh Roh Kudus karena iman percaya kita, hingga kita sekarang ini disebut anak anak Allah. Rasul Paulus menegaskan: "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yang membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah. (Rm 8:15-16).

Wow...keyeeeen kan??

TAD-Ani