Renungan Mezbah Keluarga #16L28

Bacaan: Yohanes 1:1-14

Baru baru ini Rizieq Shihab dilaporkan oleh PMKRI ke polisi dengan tuduhan pelecehan agama. Hal ini terjadi karena dalam ceramahnya tanggal 25 Desember lalu, Rizieq dianggap melecehkan Natal yang menjadi hari raya orang Nasrani.

Saudaraku,
Lepas dari pro kontra mengenai tuntutan tsb, kami akan menggunakan momentum tsb untuk menjelaskan kelahiran Yesus Kristus dari sisi Allah dan sejarah penyelamatan Allah, bukan hanya dari sudut manusia semata. Tentu saja pelibatan manusia dalam peristiwa Natal sangatlah penting dan layak untuk dikisah-rayakan, namun jangan sampai kita hilang fokus seolah kisah Natal itu kisahnya Elizabeth-Zakharia, Yusuf-Maria, para Gembala dan orang Majus. Berita sentral Natal yang sesungguhnya jauh lebih penting daripada keterlibatan mereka semua, yakni kisah tentang Allah yg menjelma menjadi manusia. Allah pencipta alam semesta dengan segala isinya kini menjadi terbatas dalam wujud ciptaan yang fana. Injil Yohanes mengajak kita melihat sejarah penyelamatan manusia yang dimulai dari sisi Allah. Allah yg begitu besar kasihNya akan dunia ini, sehingga Ia mengaruniakan anakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak bisa binasa melainkan beroleh hidup yg kekal (Yoh 3:16).

Sejarah penyelamatan Allah inilah yg kemudian mendapat sambutan manusia, hingga peristiwa Natal itu terjadi. Oleh Elizabeth dan Zakharia yang melahirkan Yohanes sang "pembuka jalan". Oleh Maria dan Yusuf sebagai "orang tua". Oleh para gembala sebagai "pembawa berita." dan oleh para Majusi sebagai saksi penguat bahwa ini bukan "peristiwa biasa", yg lahir memang seorang raja diraja, yg dilahirkan oleh kehendak Surga.

Jadi sangatlah keliru bin ngawur apabila ada orang yg mengkritik Natal dari sisi keribetan urusan manusia semata. Sebab ada 5 karya besar yang dikerjakan Allah untuk menembus sejarah manusia dan menyelamatkan manusia. Apa itu? Besok akan kita bahas satu persatu..

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L27

Bacaan: Yohanes 14:27

Agama dan Taurat telah gagal membawa damai sejahtera. Alih alih melepaskan manusia dari jerat dosa, agama malah merangsang manusia untuk berbuat dosa. Dosa untuk menjadi sama dengan Allah (playing God) dan dosa yg menciptakan sekat sekat bagi sesama. Jadi alangkah ironis kita jika masih berharap bahwa agama bisa menyelamatkan kita dari dosa. Hanya Allah sendirilah yg bisa melepaskan kita dari dosa. Hanya Allah sendirilah yg bisa memberikan damai sejahtera. Rasul Paulus berkata: "Dengan diri kami sendiri kami tidak sanggup untuk memperhitungkan sesuatu seolah-olah pekerjaan kami sendiri; tidak, kesanggupan kami adalah pekerjaan Allah.. sebab hukum yang tertulis mematikan, tetapi Roh menghidupkan." (II Korintus 3:5-6).

Sekali lagi hanya oleh rahmat dan belas kasihan dari Allah saja kita dituntun kepada jalan damai sejahtera (Lukas 1:78-79). Dan jalan damai sejahtera itu adalah Yesus Kristus. Yesus Kristus itu bukan agama, Yesus adalah jalan menuju damai sejahtera, sebagaimana yg dikatakanNya: "Akulah jalan, kebenaran dan hidup. Tidak ada seorangpun akan sampai kepada Allah Bapa, kalau tidak melalui Aku" (Yoh 1:6). Yesus juga berkata: "Damai sejahtera Kutinggalkan bagimu. Damai sejahtera-Ku Kuberikan kepadamu, dan apa yang Kuberikan tidak seperti yang diberikan oleh dunia kepadamu." (Yohanes 14:27).

Wow!!! Sungguh berita yang luar biasa. Berita yg diserukan para malaikat di Surga : "Kemuliaan bagi Allah ditempat yang maha tinggi dan damai sejahtera di bumi diantara manusia yang berkenan kepadaNya." (Luk 2:14). Berita damai sejahtera ini sungguh melampaui segala akal (Fil 4:7). Berita yg akan mengubah wajah agama dan pengharapan dunia. Agama tidak lagi menjadi hukum manja yg harus dibela bela, namun menjadi ekspresi syukur akan kasih, sukacita dan damai sejahtera yg dikerjakan Allah bagi kita.

Sungguh, Allah sang sumber damai sejahtera yg kini tinggal bersama kita dan menyertai kita!

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L26

Bacaan: Roma 7:4-25

Poin ketiga dari berita Natal adalah DAMAI SEJAHTERA.
Natal menjadi jalan pendamaian yang paling masuk akal antara Allah dengan manusia yang berdosa. Manusia tak mungkin bisa mendapatkan kedamaian dengan kekuatannya sendiri. Tengok saja sejarah manusia, Alkitab mencatat bahwa kecenderungan manusia adalah jahat dari sejak kecilnya. (Kej 8:21). Bagaimana dengan agama? Apakah hal itu bisa membawa kedamaian batin dan tatanan? Rasul Paulus mengatakan sami mawon..tidak bisa! Sebab kita ini masih hidup dalam daging, dalam hawa nafsu dan dosa, yg rangsang oleh hukum Taurat, bekerja dalam anggota2 tubuh kita, agar kita berbuah bagi maut (Roma 7:5). Artinya agama malah bisa merangsang tindak kekerasan dan dosa, ketimbang membawa damai sejahtera. Lihat saja bagaimana penghinaan, fitnah, kebencian, pembersihan etnik dan ras, tindakan teror, pembunuhan dan peperangan yg justru banyak dilakukan atas nama agama.

Jika demikian apakah yg hendak kita katakan? Apakah hukum Taurat (agama) itu dosa? Sekali kali tidak! Sebaliknya, justru oleh hukum Taurat (agama) kita mengenal dosa (Rm 7:7). Contoh: hukum agama memberi perintah yang jelas: "jangan mengingini". Perintah itu tentulah baik, namun pada saat yg sama perintah tersebut justru merangsang orang untuk mengingini. Aneh memang. Tetapi itulah faktanya. Otak manusia itu tidak bisa di kendalikan dengan larangan. Apa yg dilarang justru yg dikerjakan. Rasul Paulus berkata: "Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang aku perbuat... Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik" (Rm 7: 15-19).

Sekali lagi agama tidak bisa memberikan damai sejahtera? Semakin agama menekankan hukum dan larangan, semakin ia menghidupkan dosa dan kejahatan.

Lalu bagaimana damai sejahtera itu bisa diwujudkan?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L24

Bacaan: Lukas 2:10-11

Setelah kita membahas berita Natal yg pertama, yakni KASIH, maka sekarang kita akan masuk kepada berita kedua, yang juga menjadi ciri khas kekristenan di seluruh dunia, yakni SUKACITA.

Ya berita Natal adalah berita sukacita yg amat besar. Paling tidak itu yg dikatakan oleh malaikat surgawi saat menjumpai para gembala di padang: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud." (Lukas 2:10-11). Wow!!

Kesukacitaan yang ditiupkan oleh para malaikat Surgawi tsb bukan sementara (musiman) sebagaimana "om telolet om"..namun sukacita yang mampu mengubah ketakutan menjadi keyakinan kokoh dalam menghadapi berbagai macam penderitaan. Itulah sebabnya sampai hari ini orang Kristen tetap bersukacita. Hal itu tercermin dalam pujian:

Dalam suka duka ku kan tetap tersenyum
Diolok dihina ku kan tetap tersenyum
Karna ku tahu Tuhan Yesus sertaku
Apapun terjadi ku kan tetap tersenyum.

Kekayaan kemewahan boleh kau ambil
Kekuatan kedudukan boleh kau ambil
Asalkan jangan kau ambil Yesus Tuhanku
Apapun terjadi ku kan tetap tersenyum.
Lagu yg ditulis oleh David A.D ini bisa dikatakan telah menjadi jiwa  keyakinan orang Kristen sebagaimana yg diperintahkan oleh rasul Paulus: "Bersukacitalah senantiasa dalam Tuhan! Sekali lagi kukatakan: Bersukacitalah! Hendaklah kebaikan hatimu diketahui semua orang." (Filipi 4:4-5).

Jadi...
Jikalau hari hari ini, kita menghadapi banyak fitnah, tekanan dan ancaman dalam merayakan Natal, maka tetaplah bersukacita, ingatlah sapaan Allah: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa" (Luk 2:10).. "bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." (Matius 4:16)

Selamat Natal saudaraku...
Selamat Natal dunia...

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L23

Bacaan: Matius 23:23

Merespon MK kemarin, ada yg berkirim pesan: "bener pak. Natal adalah berita dan praktek kasih. Sayang sekali sekarang praktek seperti itu mulai meredup tertutup gantang."

Benar. Praktek kasih mulai berubah menjadi slogan. Banyak orang yg memberi persembahan ke gereja bukan dgn semangat kasih yg membebaskan tetapi sbg beban iuran. Mengapa demikian? Ya karena kita telah mulai kehilangan daya kasih dan kepedulian dalam praktek harian.

Opa Siong Hien memberi nasehat saat kami berkunjung ke rumahnya  2 hari lalu: "Ati ati ama apa yg kita omongkan, karena itu adalah doa." lalu dia menceritakan pengalamannya. Dulu saat di Jepara, ia mengunjungi rekannya yg diberkati Tuhan dengan rumah, toko, 2 truk angkutan, sepeda motor, tetapi mulai jarang ke gereja.

"Kamu kok ndak ke gereja kenapa?"
"Ya cek...minggu depan aku ke gereja."

Sebulan kemudian, ternyata orang itu tetap tidak ke gereja. Lalu di kunjungi lagi dan ditanya dengan pertanyaan yg sama...dan jawabannya pun sama. Ini terjadi beberapa kali. sampai pada pertemuan yang terakhir, dia berkata.. "aku ndak punya suwal (celana) untuk ke gereja."

Waktupun berlalu dan orang tersebut jatuh sakit. Semua kekayaannya habis dijual untuk biaya pengobatan, dan bahkan pakaian2nya pun terpaksa dijual oleh anaknya. Orang itu meninggal dgn tdk memiliki celana.

Saudara,
Apakah tulisan MK ini dibuat untuk kepentingan gereja? Bukan! Tetapi untuk keseimbangan hidup kita. Yesus menegur keras: "Celakalah kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu orang-orang munafik, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yg lain jangan diabaikan." (Matius 23:23).

Jadi memberi persembahan syukur kepada Tuhan itu penting, tetapi praktek kasih harian kepada sesama janganlah diabaikan (Mat 25:31-46)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L22

Bacaan: Yohanes 3:16

Tahukah kita ada 3 berita utama Natal? Ah, sungguh sayang jika kita sampai melewatkannya. Apa itu?

Pertama, KASIH
Natal adalah berita tentang kasih Allah yg begitu besar kepada dunia sehingga dikaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal (Yoh 3:16). Itulah sebabnya setiap kita wajib memberitakan dan mempraktekkan kasih setiap kali merayakan Natal.
Beritakanlah, kirimkanlah salam kepada saudara saudaramu sebagai perayaan akan kasih Allah yg begitu besar itu. Orang lain tak mau memberikan salam padamu tidak apa, tetapi tugasmu adalah memberi salam kepada mereka, kepada semua manusia dan kepada dunia.
Praktekkanlah kasih dengan cara memberikan gift kepada orang yang kita kasihi atau yang membutuhkan. Jadikan ini culture Natal, budaya kekristenan. Jangan engkau menjadi begitu pelit sehingga tak berbagi dibulan yang penuh rahmat ini.

Saudaraku,
Demonstrasikanlah KASIH sebagai hukum utama kekristenan. Kasih yg menembus ras, agama, golongan bahkan semua makhluk. Jika ajaran lain sedang getol meneriakkan KEBENARAN sebagai nilai utamanya, maka jangan ikut terpancing untuk membela kebenaran agama kita. Alkitab menyatakan bahwa koita diselamatkan bukan karena kita benar, melainkan kita DIBENARKAN oleh iman. Sebab itu panggilan kita adalah mewartakan dan mengerjanan KASIH sebagai nilai utama hidup kita. Kasih kepada Allah dengan segenap hati, jiwa dan akal budi; serta kasih kepada sesama seperti diri sendiri. Bahkan musuh pun wajib dikasihi. Perintah Tuhan Yesus sangatlah jelas: "Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar. (Matius 5:44-45).

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L21

Bacaan: Matius 1:18-25

Malam itu....
Malaikat TUHAN datang menjumpai Yusuf dalam mimpi dan menyapa: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai istrimu, sebab anak yg didalam kandungannya adalah dari Roh Kudus."
Wuaaah Yusuf tak menyangka kalau dia disapa dengan sebutan yg dirindukan oleh semua pria Yahudi. Bayangkan setiap hari, sejak jaman pembuangan di Babel, umat Israel berharap akan segera datang Mesias dari wangsa Daud. Jadi sebutan keturunan Daud yg didengar oleh Yusuf langsung berkonotasi pujian dan sekaligus pilihan. Pujian bahwa Yusuf adalah keturunan dari Daud, dan pilihan untuk menjadi bagian dalam penggenapan janji mesianik Yahudi.

Maka dari itu lapar ego dan grundelan dari Yusuf, langsung sirna mendengar dirinya disapa dengan sebutan "Yusuf, anak Daud". Yusuf pun tenang dan tugas selanjutnyapun tak jadi penghalang. Ia tak lagi takut untuk dianggap tidak waras, sebab sekarang ia adalah pria pilihan. Apalagi malaikat menjelaskan bahwa anak yg anak lahir itu adalah juru selamat dunia..dan Yusuf diberi kesempatan Allah untuk memberi nama bagi anak itu dengan nama Yesus.

Malaikat pun menambahkan, jika nanti ada yg bertanya akan landasan "logisnya", jawablah bahwa hal itu merupakan penggenapan dari nubuatan nabi Yesaya:  "Sesungguhnya, seorang perempuan muda mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia akan menamakan Dia Imanuel" — yang berarti: Allah menyertai kita." (Yesaya 7:14)

Sesudah bangun, Yusuf menjadi mantap. Ia sadar bahwa Tuhan tak melupakannya, malah kini ia dipercaya untuk satu peran yang amat mulia. Yusuf sang laki laki itu...kini sadar diri, bahwa panggilan hidupnya bukan hanya untuk menjadi seorang laki laki.. tetapi juga suatu panggilan kudus sebagai ayah bagi benih ilahi.

Wow!!!
Sungguh ini kisah Natal yang perlu didengar oleh semua laki laki..agar tidak sibuk dengan lapar egonya yg tak pernah puas terpenuhi.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L20

Bacaan: Matius 1:18-25

Ada 3 pergumulan yg paling mendasar yg dialami Yusuf, sebagai laki laki, yakni:
 

Pertama, dunia laki laki lebih mementingkan akal sehat ketimbang mujizat
 Saat Yusuf mendapati tunangannya, Maria hamil, padahal ia belum menyentuhnya, pastilah egonya terluka. Ia kaget, curiga, cemburu, marah bercampur aduk jadi satu. Karena itu Matius menuliskan bahwa Yusuf berencana menceraikan Maria. Walaupun Maria sudah menjelaskan sedemikian rupa, akal sehatnya tidak dapat menerima. Adakah perempuan bisa hamil karena Roh Allah? Kalau ini story bed time kisah tentang dewa Zeus memperanakkan Hercules, ya boleh lah... tapi ini kan didunia nyata dan Maria adalah tunangannya? Apa kata dunia??
 

Kedua, ego laki laki itu inginnya ada di posisi nomor satu bukan panggilan untuk menjadi satuOke lah, kalau toh benar kehamilan Maria itu dari Tuhan, mengapa malaikat Tuhan tak mendatanginya terlebih dahulu? Mengapa keputusan yg menyangkut masa depannya diputuskan secara sepihak tanpa melibatkan dirinya yang adalah laki laki dewasa? Bukankah ia adalah suami Maria? dan itu berarti harus ditempatkan ditempat yg utama dan terutama. Bagaimana mungkin Tuhan tidak tahu tradisi dan budaya yang harus dijaga urut urutannya? Maka Yusuf pun terluka egonya, karena ia bukan orang yang nomor satu yang diajak bicara oleh Allahnya. Kalau demikian, untuk apa ia sekarang dilibatkan? Bukankah tanpa dia rencana Allah juga tetap jalan?

Ketiga, di dunia laki laki, nama baik itu lebih dijunjung tinggi ketimbang loyalty rohaniAlkitab mencatat Yusuf tidak mau mencemarkan nama baik istrinya (dan dirinya sendiri tentunya), karena itu ia bermaksud menceraikan Maria diam diam. (Mat 1:19). Mengakhiri segala kerumitan diawal adalah pilihan yg bijak ketimbang menunggu masalah bertambah rumit melilit.

Lalu apa yang terjadi selanjutnya? Bagaimana Allah bersapa dengan ego laki laki yg nampak kuat tapi rapuh manja?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L19

Bacaan: Matius 1:18-25

Saudara,
Kisah Natal itu lengkap, menyapa semua ras dan golongan. Natal adalah berita sukacita dan damai sejahtera bagi semua insan. Oleh sebab itu tidakah berlebihan jika berita Natal kita serukan ke gunung, bukit dan kemanapun jua. Berita lahirnya Juru Selamat bagi seluruh manusia. Gus Dur pernah berujar: "mestinya yang merayakan hari Natal bukan hanya umat Kristen, melainkan juga umat Islam dan umat beragama lain, bahkan seluruh umat manusia. Sebab Yesus Kristus atau Isa Al-Masih adalah juru selamat umat manusia, bukan juru selamat umat Kristen saja."  Wow!

Namun toh, (pada kenyataannya) sampai sekarang masih banyak orang yg belum bisa menerima kebenaran Natal atau bahkan mengharamkan ucapan salam damai Natal.. Ah, untuk hal itu kita maklumi saja, sebab berita Natal memang kontroversial sejak awalnya. Ada yg marah dan ingin membungkam kebenaran Natal (Herodes) ada yg dibayar untuk menafsirkan nubuatan Natal secara berbeda. Namun ada juga yg dipersiapkan membuka jalan baginya secara luar biasa (Elizabet dan Zakharia). Para gembala yang tak tersapa kini menjadi pusat berita.. orang orang majusi yang bergulat dengan ilmu dan tanda..kini mendapatkan kepuasan jawabannya. Wuaah kisah Natal memang kisah perjumpaan Allah dengan pengharapan manusia yg layak untuk terus dikisahkan, walau banyak orang yg menentangnya. Kisah Natal akan terus ada dan akan terus menggempur ego "otak waras" manusia..agar bisa bersapa dengan lebarnya, dan panjangnya dan tingginya dan dalamnya anugerah keselamatan dari Allah Bapa.

Yuuuk, kita perhatikan salah satu kisahnya (yg cukup kontroversial). Kisah bagaimana Allah menyapa  ego seorang pria bernama Yusuf (Matius 1:18-25). Kisah Yusuf ini menarik untuk diangkat, karena kisah ini memberikan gambaran yg paling nyata dari pergulatan ego laki laki (dengan akal sehatnya) terhadap panggilan TUHAN untuk ikut dalam peristiwa yg akan mengubah dunia.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L17

Bacaan : Filipi 2:5-11

Dulu waktu SD, saya sering memandang ke langit dan berkhayal, bilamana ada makhluk luar angkasa yg tiba2 datang membawa saya naik ke pesawat UFO, lalu diberi kekuatan super. Cling!! Mantaaaap!

Ketika saya beranjak dewasa, saya mulai tahu mengapa manusia suka berkhayal menjadi superhero. Karena manusia hendak mengatasi 3 kenyataan hidupnya, yakni: LEMAH, TERBATAS dan LANGKA.
Manusia itu makhluk yang LEMAH, tak punya insang, sayap, cangkang, cakar, taring, tanduk bahkan taji. Bertarung dengan anjingpun kalah, berlari melawan kijangpun tak menang. Manusia itu makhluk yang TERBATAS. Karena itu, ia harus berbagi batas dengan makluk lainnya. Manusia itu LANGKA, semaraknya bagai bunga rumput, mudah kisut dan larut. Umur produktifnya kisaran 60 th, selebihnya adalah sakit dan derita.

Nah, berkaca pd ketiga hal itulah mengapa manusia sering bermimpi menjadi superhero; kuat, tak terbatas dan kekal. Dan yang menarik, mimpi2 seperti itu akan digelorakan saat pilkada, dimana akan ada orang hebat dengan kepandaian dan kepedulian setingkat dewa.

Saudara,
Ditengah buaian janji dan kegemaran bermimpi, kita menyambut Natal. Didalam kisah Natal inilah kita justru diajak untuk melihat satu "pribadi" yang arusnya tidak keatas tapi kebawah. Allah yg maha kuasa dan maha bisa itu malah TURUN  ke dunia mengosongkan diriNya untuk menjadi bayi yg lemah, di kandang domba.  Sungguh ini ironis dengan impian dunia bukan??

Jika demikian, Apa pesan Natal bagi kita?? Pesannya adalah Allah hendak mengajak kita untuk berani menjadi manusia yg menyadari kelemahan, keterbatasan dan kelangkaannya..untuk kemudian kita berani bersungguh mencari pertolongan Allah, Sang Pemelihara.
Beranilah menjadi manusia biasa.., manusia yg menyadari kelemahannya dan belajar hidup dalam kasih karunia Allah yang mencukupkan dan..
yang menyempurnakan.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L16

Bacaan: Lukas 1:26-38

"Pak, mengapa Maria yg dipilih oleh Allah untuk menjadi ibu bagi Yesus?"
"Wuah, pertanyaanmu itu seperti mau milih gubernur aja. Mengapa kita harus memilih si A dan bukannya si B?"  Baiklah saya jelaskan dengan dua hal;

Pertama, pemilihan seseorang menjadi bagian dari sejarah kudusNya adalah hak prerogratif Allah.
Kedua, Allah memilih seseorang bukan karena ia baik, namun Allah akan MENJADIKANnya baik. Bukan karena ia sempurna, tapi Allah akan menyempurnakannya.

Jadi intinya bukan bertanya MENGAPA tapi BAGAIMANA. Alkitab tidak menjelaskan kekudusan, kebaikan, disiplin rohani dan kesetiaan Maria, yg menjadi ALASAN ia dipilih Allah (walau itu juga penting), namun yg dijelaskan oleh Injil Lukas itu lebih banyak soal "BAGAIMANA" Allah memilih Maria, yakni :

  1. Melalui malaikat Gabriel yg masuk ke rumah Maria.
  2. Malaikat itu memberikan salam, karunia dan penyertaan.
  3. Maria terkejut dan bertanya dalam hatinya.
  4. Malaikat menjelaskan tentang kasih karunia Allah.
  5. Maria akan mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki laki, yang harus diberi nama Yesus.
  6. Yesus ini akan menjadi besar dan disebut Anak Allah Yang Mahatinggi.
  7. Allah mengaruniakan kepadaNYA tahta Daud dan KerajaanNYA tidak berkesudahan. Dst..dst..

Jadi,
Janganlah kita lebih sibuk bertanya mengapa? Pertanyaan yg bukan menjadi sentra berita bagi kita. Ingat pertanyaan yg salah akan menjadikan kita kehilangan arah.

Oh ya, satu lagi...jangan jangan Allah saat ini juga sedang memilih kita untuk masuk dalam sejarah kudusNya...tetapi kita tidak tahu hal itu karena sibuk dengan pertanyaan "mengapa" saya dan bukan "bagaimana" hal itu bisa terjadi?
Bertanyalah seperti Zakharia dan Maria : "Bagaimana hal itu akan (mungkin) terjadi? (Luk 1:18 dan 34)..dan bersiap merespon panggilanNya dengan berkata: Sesungguhnya aku ini adalah hamba Tuhan: jadilah padaku menurut perkataanmu itu."

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L15

Bacaan: Lukas 2:6-7

Membahas tema kesederhanaan sebagai kotbah Natal memang tidak mudah. Karena seruan kesederhanaan terasa terlampau lemah berbanding dengan gemuruhnya suasana dan fenomena Natal yang serba mewah. Betapa tidak?
Hampir semua gereja di bulan Desember melonjak anggarannya. Mall dan Super Market sibuk berlomba menjajakan aneka dagangan dengan label "discount" atau "cuci gudang" untuk menyedot semua tunjangan Natal yang datangnya setahun sekali itu. Sinterklas yang berwajah bundar dengan perut melebar siap menggenjot nafsu belanja kita sampai melewati titik batas ambang sadar. Figur Sinterklas menjadi pajangan utama dirumah makan, cafe, pusat hiburan, hotel, bahkan juga hadir digereja-gereja.
Dekorasi gereja menampilkan wajah sinterklas dipintu depan, di atas altar ada pohon natal yang gemerlapan, lengkap dengan salju salju buatan..dan tumpukan kado kado imitasi dibawah pohon natal dengan warna merah dan keemasan. Semua dekorasi yang megah mewah itu menyatu senada dengan wajah wajah yang sumringah dengan pakaian serba cerah.
Banyak gereja mulai menampilkan tarian anak anak yang diiringi musiknya "I saw mommy kissing Santa Claus" atau paduan suara anak anak dengan topi kas milik si sinterklas, persis pramusaji dan para sales di mall dan restoran mewah..dengan menyanyikan:

You better watch out
You better not cry
You better not pout
I'm telling you why
Santa Claus is coming to town
.......................
.......................

Dan tiba tiba...
ditengah tengah keramaian itu terasa suasana yang teramat sunyi...

Kisah lama kini berulang kembali. Yesus ku tak mendapat tempat dirumahNYA.. Walau semua orang sibuk merayakan kelahiranNYA..
IA tetap tinggal dikandang sunyi...
di luar gereja

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L14

Bacaan: Matius 2:1-12

Kita pasti setuju dengan ungkapan "Gusti mboten sare (Allah tidak tidur)." Ini bukan hanya untuk perkara yg bersifat personal, namun juga untuk kemaslahatan orang banyak, seperti politik dan kekuasaan. Banyak orang mematok area karya Allah itu hanya sebatas pada orang orang kecil yg menderita, sementara ditataran politik dan perebutan kekuasaan, nama Allah hanya dipakai sebagai stempel pemanis atau prasyarat agar sumpah itu sah. Para rohaniawan tahu persis itu, tapi tetap tak tahu bagaimana harus menempatkan diri, tidak tahu bagaimana harus jujur dengan suara hati.

Di masa adven  ini kita diingatkan bagaimana para rohaniawan disekitar Herodes ini malah "bermain" dilingkar kekuasaan ketimbang imam yg memberi arah bimbingan. Herodes saat mendengar kabar dari orang orang Majus tentang raja orang Yahudi yang baru dilahirkan, segera ia mengumpulkan para imam dan ahli Taurat untuk meminta keterangan.

Bagaimana tanggapan para imam dan ahli Taurat? Apakah mereka mengatakan tidak tahu? TIDAK! Mereka tahu betul, siapa Mesias dan dimana Ia dilahirkan, sebab itu tertulis di kitab nabi Mikha (5:1). Namun mereka punya agenda sendiri, yakni menyembunyikan kebenaran, demi langgengnya jabatan dan lancarnya setoran.

Berbeda dengan para rohaniawan, Herodes kini berhadapan dengan para Majusi, para ilmuwan. Mereka ternyata tak mudah terbeli. Bagi mereka, ilmu dan kebenaran adalah pengabdian. Karena itu, kepada merekalah Allah menyingkapkan kebenaran. Bagi mereka Gusti mboten sare. Uang, jabatan dan kekuasaan tidak membuat mereka menggadaikan kebenaran.

Saudaraku,
Semoga bangsa kita masih punya orang2 yg mencari dan mengabdi kepada kebenaran. Jika tidak ada lagi dijumpai dikalangan rohaniawan, semoga masih ada di hakim dan ilmuwan. Mungkin kepada merekalah, Allah akan menyatakan diriNYA. Sedangkan bagi koalisi Herodes dan para imam yg haus kekuasaan itu...
mereka akan ditebang sampai ke akar akarnya.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L13

Bacaan: Lukas 3:1-17

Saat memasuki minggu adven kedua, ada jemaat yg bertanya:
"pak apa yg harus kita siapkan untuk menyambut Natal?"
"Aku ingin ada kegerakan rohani seperti yg diperintahkan Yohanes Pembabtis saat menyambut kedatangan Tuhan Yesus."
"Apa itu?"
"Bertobat dan hasilkanlah buah buah sesuai dengan pertobatan.. inilah bukan hanya untukmu tetapi juga untukku dan gereja kita"
"Kongkretnya bagaimana?"
"Hehe, pertanyaanmu ini persis seperti yg tercatat dalam Injil Lukas 3, yuuk kita lihat (lalu saya bukakan Alkitab di hp):


Pertama, BERBAGI
"Barangsiapa mempunyai dua helai baju, hendaklah ia membaginya dengan yang tidak punya, dan barangsiapa mempunyai makanan, hendaklah ia berbuat juga demikian." (Lukas 3:11)
Natal adalah momentum yg paling tepat untuk berbagi. Bayangkan jika setiap jemaat berani mendemonstrasikan perayaan Natalnya dengan berbagi berkat, makanan, pakaian kepada orang orang yg memerlukan. Ini akan menjadi kegerakan kasih yang nyata.

Kedua, CENGLI
Cengli itu artinya fair, wajar atau sesuai standart. Jangan main tipu dengan seolah hendak menolong padahal kemudian merongrong. Berdaganglah secara cengli:
"Jangan menagih lebih banyak dari pada yang telah ditentukan bagimu." (Lukas 3:13)

Ketiga, AMANAH
Kita cenderung melihat kekuasaan sebagai lahan untuk mencari kekayaan. Ini bukan hanya terjadi di birokrasi pemerintahan, tetapi juga di gereja. Yohanes berkata: "Jangan merampas dan jangan memeras dan cukupkanlah dirimu dengan gajimu." Jabatan dan kekuasaan itu amanah, yang harus dipertanggungjawabkan pada Tuhan dan kehidupan.

Nah, itulah yang seharusnya kita lakukan untuk menyambut Natal..ada perubahan total dan radikal dalam hidup kita dan gereja kita. Tidak mudah memang...namun itulah yang benar dan yang disukai TUHAN.

(kulihat mata jemaatku nampak kosong...ada sesuatu yg menggelantung dipikirannya), lalu ku tepuk pundaknya...
"aku buatin kopi ya..?"

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L12

Bacaan: Lukas 1:5-25

Memasuki minggu Adven III marilah kita merefleksikan kisah kelahiran Yohanes Pembaptis. Dia dipercaya sebagai "jalan" pembuka bagi lahirnya Yesus yang disebut Kristus (Mesias) itu. Kisahnya dimulai dari kehidupan imam Zakharia dan Elisabeth, yang sangat setia dan hidup lurus dihadapan Allah. Alkitab mencatat mereka hidup benar dihadapan Allah dan menuruti segala perintah dan ketetapan Tuhan dengan tidak bercacat. (Luk 1:6-7). Sayangnya..mereka tidak dikaruniai anak, sebab Elizabeth mandul hingga keduanya telah lanjut umur. Ini tentu manjadi bahan pembicaraan banyak orang, sebab hal ini nampak kontras sekali dengan nama mereka; Zakharia artinya "Tuhan mengingat" dan Elizabeth artinya "janji Tuhan."

Sungguh, mereka betul2 dihadapkan pada titik nol dari harapan dan kesetiaan mereka. Untuk apa berdoa (lagi) jika hidup mereka sudah tidak diingat oleh Tuhan, dan untuk apa berharap pada janji, jika kemandulan mereka telah menembus usia uzur?
Wuaah, membayangkan iman dan kesetiaan Zakharia dan Elisabeth, sungguh membuat kami kagum akan doa mereka. Coba bayangkan, saat banyak orang sudah berhenti berharap, saat banyak orang sudah mulai menyesuaikan diri dengan 'realita' yg ada, Zakharia dan Elisabeth tetap setia berjaga dalam doa yg sama. Doa untuk bisa tetap hidup benar dan mendapat belaskasihan Tuhan bagi hadirnya keturunan. Bertahun tahun doa mereka sama! Hingga Tuhan mengutus malaikat Gabriel dan berkata : "jangan takut, hai Zakharia, sebab DOAmu telah DIKABULKAN dan Elizabeth istrimu akan melahirkan seorang anak laki laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes." Yohanes yang berarti BELASKASIHAN Tuhan.

Wow!!

Saudara,
Apakah saat ini saudara mengalami kelelahan dalam berharap? Dan bersegera ingin menyerah? Saudaraku, tetaplah teguh berharap dan belajarlah dari Zakaria dan Elizabeth yg tetap setia menjaga imannya tetap straight (lurus) dalam doa yang right (tulus) dihadapan Tuhan.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L10


Bacaan: Matius 5:7


Kekuatan dan ketangguhan dari murid Kristus itu bukan terletak pada siapa yang lebih BENAR dan siapa yang lebih BESAR. Sebab bagi kita yang belajar dari Injil akan tahu persis bahwa kebenaran hanyalah milik Allah dan kita ini DIBENARKAN (ditebus) melalui kasih pengorbananj Yesus Kristus. Dan Yesus berkata: "barangsiapa mau menjadi TERBESAR diantara kamu, hendaklah ia menjadi pelayanmu" (Mat 23:11).



Ingat bahwa hanya KASIH dan KEMURAHAN lah yang akan mengubah dunia, Berikut ini contohnya:



Seorang pemuda berangkat kerja dipagi hari, memanggil taxi, dan naik...ia menyapa sopir taxi dengan ramah; "selamat pagi pak... Hari yang sangat cerah, senang bisa naik taxi bapak."


Sang sopir tersenyum melihat keceriaan penumpangnya, dengan senang hati, Ia melajukan taxinya.


Sesampainya ditempat tujuan.. Pemuda itu membayar dengan selembar 100 ribuan, untuk argo yang hampir 85 ribu.

'Kembaliannya buat bapak saja...selamat bekerja Pak..'


'Terima kasih...' jawab Pak sopir taxi dengan penuh syukur...


'Wah.. aku bisa sarapan dulu nih... Pikir sopir taxi itu...


Dan ia pun menuju ke sebuah warung.


'Biasa Pak?' tanya si mbok warung.


'Iya biasa.. Nasi sayur... Tapi.. Pagi ini tambahkan sepotong ayam'..jawab Pak sopir dengan tersenyum.


Dan, ketika membayar nasi, di tambahkannya lima ribu rupiah 'Buat jajan anaknya si mbok,.. 'begitu katanya.


Dengan tambahan uang jajan lima ribu, pagi itu anak si mbok berangkat kesekolah dengan senyum lebih lebar.


Ia bisa membeli 2 buah roti pagi ini. Dan diberikannya pada temannya yang tidak punya bekal.



Begitulah...cerita kemurahan bisa berlanjut.. bergulir...tiap harinya secara natural.


Siapa yang murah hatinya akan mendatangkan kemurahan, bagi dirinya sendiri maupun pancaran kemurahan bagi orang orang disekitarnya.



Semua tertular kemurahan, semua tertular kebahagiaan..



Saudara,

Pastikan bahwa hari ini engkau akan mendapati bahagiamu dengan berlaku murah hati.



TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #16L09


Bacaan: Matius 5:11-12

Pembubaran ibadah KKR yg terjadi di Bandung baru baru ini, kiranya menjadi momentum bagi kita untuk meningkatkan kualitas hidup sebagai murid Kristus. Bukankah Tuhan Yesus pernah berkata: "Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat. Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga, sebab demikian juga telah dianiaya nabi-nabi yang sebelum kamu."

Saudara,
Jika kita membaca ulang kisah kisah martir yang ada dalam Alkitab dan juga yg dituliskan disejarah gereja mula mula, maka kita menjadi sangat KAGUM sekaligus MALU. Kagum atas ketangguhan iman percaya orang orang pilihan Allah, dan sekaligus malu ketika memperbandingkan dengan kehidupan orang kristen sekarang ini.
Kekristenan sekarang ini menjadi begitu lembek, manja dan banyak mengeluh. Banyak Gereja yg malah menekankan kemudahan mengikut Kristus dengan berkat-berkat instan sebagai imbalannya. Sementara pengajaran pemuridan yang Injili, total dan radikal menjadi terpinggirkan dalam kurikulum gereja masa. Malah ada jemaat yang berkata:
"Pak, kalau kotbah jangan yg berat pak..Hidup kita kan sudah berat. Dari senin sampai sabtu sudah kerja keras, masak hari minggunya harus dengar yg berat berat lagi pak?"

Saudara,
Tentu pendeta harus menyederhanakan penyampaian kotbahnya, namun tidak boleh "meringankan" pesan kemuridannya. Umat harus tetap dilatih untuk menjadi makin dewasa dlm iman dan tanggungjawab kemuridannya (band Ibrani 5:13-14). Perhatikan saat Yesus berkata: "pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah padaKu, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan."

Maka...jadilah kuat dalam kasih karunia Kristus Yesus. Ikutlah menderita sebagai prajurit yang baik dari Kristus Yesus. (II Tim 2:1,3)


Amin


TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 8 Desember 2016

Bacaan : Matius 25:1-46

Kemarin kami menyebutkan ada 3 hal yang harus dipersiapkan untuk menyambut hadirnya Sang Messias, yakni BERJAGA, BERKARYA dan BERBELARASA. Hari ini, kami akan urai satu persatu;

BERJAGA.
Berjaga jagalah senantiasa sebab kita tidak tahu kapan hari dan saatnya Ia akan datang. Jadilah seperti gadis gadis yang bijaksana yang senantiasa menjaga minyaknya agar pelitanya tidak padam. Minyak melambangkan roh kita yg harus dijaga nyalanya secara bijaksana. Hidup jangan diboroskan untuk hal hal duniawi saja. Harus ada lokasi waktu dan spirit secara bijaksana untuk menantikan kedatanganNYA.

BERKARYA.
Dalam menantikan kedatanganNya, kita harus tetap mengerjakan bagian (tanggungjawab) hidup kita dengan total dan optimal. Jangan malas! Ingat, TUHAN sudah mempercayakan talenta, kompetensi dan waktu dalam hidup kita, oleh karena itu kerjalan dan lipat gandakan talentamu untuk kemuliaan TUHANmu.

BERBELA RASA.
Sang Messias pasti datang kembali kedunia ini untuk mengadakan perhitungan. Sesungguhnya kedatanganNya yang pertama (peristiwa Natal) telah melatih kita untuk senantiasa terjaga. IA bisa datang dalam wujudNya yang pling sederhan dan tak disangka sangka (seorang bayi dikandang Bethlemem). Nah, kisah dalam Matius 25:31-46 juga mengindikasikan hal yg senada, dimana IA akan (dan telah) datang lewat wujud sesama yg sangat sederhana, untuk menguji belarasa kita. Apakah iman kita itu benar kongruen, sama dan sebangun dengan apa yang kita kerjakan. Jika tidak, maka IA tak akan ragu untuk mencampakkan kita dalam kegelapan dan siksaan kekal.

Saudara,
itulah 3 pesan penting bagi kita di masa adven eskatologis ini, agar besok minggu depan saat kita memasuki adven natalis, kita sudah benar benar siap memaknai hadirNYA dalam rupa yang sederhana, dalam roh yang tetap menyala dan hati yang terjaga untuk menjadi jawaban pengharapan bagi derita sesama.

Amin.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 7 Desember 2016

Bacaan: Matius 25:31-46

Agama Islam
Gambar Mesias dalam agama Islam dikenal dengan sosok Imam Mahdi, yang berasal dari  keluarga Rasulullah. Dia dicirikan dengan  memiliki dahi yang lebar dan hidung yang mancung serta memiliki nama yang sama dengan Rasulullah yakni Muhammad. Ia akan muncul saat bumi dipenuhi ketidak-adilan dan tirani, serta ketika terjadi gempa bumi dahsyat dan terjadi mujizat dimana padang pasir menjadi padang rumput. Ia akan memimpin umat dalam berbagai pertempuran untuk memenuhi bumi dengan keadilan dan persamaan hak. Ia akan memerintah umat manusia selama 7 tahun dan menjadi pemimpin sholat shalat di Mekah dimana Isa alahissalam akan menjadi makmumnya.

Nah, itulah gambaran Messias yang diyakini dalam agama agama Abrahamic. Kapan waktu kedatangannya? Tidak seorangpun tahu..sebab waktu yang masih dirahasiakan. Yang terpenting bagi kita adalah membaca tanda tanda kedatangannya serta menyiapkan diri saat Ia datang sebagai eschatological king. Nah untuk itulah kita menghayati minggu-minggu adven.

Jika dalam minggu adven pertama yang lalu, kita sudah belajar mengenai figur hamba yang menderita dari kitab Yesaya 53, maka di minggu Adven kedua ini, kita akan membaca dan merenungkan kitab Injil Matius pasal 25. Sebab penantian kita akan Mesias itu harus terarah pada Mesias yang akan datang kedua kalinya. Kita tidak lagi menantikan kedatangan Messias sebagai perwujudan dari empirical king dalam kuasa dan otoritas Davidic Kingship. Sebab bagi kekristenan kedatangan Messias itu sudah digenapi lewat kelahiran Yesus dalam peristiwa Natal yang pertama. Kita (sebagai pribadi dan gereja) sekarang sedang bersiap menantikan kedatanganNya yang kedua sebagai eschatological king. Karena itu bacaan Injil Matius 25 menolong kita untuk menyiapkan minilal 3 sikap yang harus dilakukan, yakni : BERJAGA, BERKARYA dan BERBELARASA.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 6 Desember 2016

Bacaan: Matius 25:31-46

Nah, berikut ini kami paparkan 3 gambaran Mesias dari agama agama "keturunan" Abraham:

Agama Yahudi
Pengharapan akan Mesias di agama Yahudi dimulai dari harapan akan kembalinya kejayaan Davidic Kingship. Kejayaan dan kemakmuran yg dulu pernah dirasakan pada masa pemerintahan Daud. Pengharapan akan munculnya empirical king (raja yg akan memerintah secara nyata di bumi) ini dikemudian hari juga berkembang menjadi pengharapan akan hadirnya eschatological king (raja yang akan datang di akhir zaman).
Bagi orang Yahudi, kedatangan Messias sebagai Raja akan mewujudkan 4 misi utama, yakni:

  1. membangun kuil ketiga (Yeh 37:26-28). 
  2. mengumpulkan seluruh orang orang Yahudi kembali ke tanah Israel (Yes 43:5-6). 
  3. munculnya tokoh yang akan melayani perdamaian dunia dengan mengkhiri era kebencian, penindasan, penderitaan serta penyakit. Bangsa tidak akan mengangkat senjata melawan bangsa dan tidak seorangpun akan mendengar tentang deru perang lagi (Yes 2:4). 
  4. TUHAN akan menjadi raja atas seluruh bangsa (Zak 14:9).

Agama Kristen
Bagi orang Kristen, Mesias yg dijanjikan itu sudah datang dan tergenapkan dalam diri Yesus Kristus. Hal itu dijelaskan dalam kitab Perjanjian Baru, mulai dari pemberitaan malaikat akan lahirnya sang juruselamat yg dinamakan Yesus; pembabtisanNya oleh Yohanes Pembabtis disertai dengan pengurapan oleh Allah Bapa (sehingga Yesus disebut Kristus/Messias yg artinya diurapi); pemuliaanNya (transfigurasi) di gunung Tabor bersama dengan Musa dan Elia; pengakuan Petrus bahwa Yesus adalah Messias Anak Allah yang hidup; hingga kematianNya, kebangkitanNya serta naikNya ke Surga. Namun yang menarik, Yesus ternyata tidak hadir dimasa lalu saja, tetapi sebagai Messias, Yesus juga akan datang kembali untuk menjadi Raja. KedatanganNya yg kedua (maranatha) adalah untuk merealiasasikan kepenuhan Kerajaan Allah.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 5 Desember 2016

Bacaan: Matius 25:31-46

Pengharapan akan datangnya Mesias sesungguhnya merupakan keunikan dari para pemeluk agama Abrahamic (Yahudi, Kristen, Islam). Bahkan bisa dikatakan, kita tidak akan bisa memahami ajaran ketiga agama tsb, jika dilepaskan dari gagasan tentang Mesias (Juru Selamat dunia). Menurut Hans Kohn, Messianisme adalah suatu pokok dalam agama tentang kedatangan "penebus" yg akan mengakhiri tatanan masa sekarang dan menggantikannya dengan tatanan baru yg adil dan bahagia. Filsuf Rusia, Nicolai Berdyaev mengatakan Messianisme itu sebagai "harapan", dan bukan sekedar wujud datangnya Ratu Adil. Harapan ini berupa konsep pemikiran yg dapat mempengaruhi tindakan manusia pada zamannya. Akibatnya setiap zaman akan memunculkan gagasan messianiknya sendiri2. Dan hal ini senada dengan apa yang dikatakan oleh Erich Fromm bahwa manusia adalah homo esperans, makhluk yang selalu berpengharapan. Setiap manusia akan mengalami titik kulminasi dari seluruh keinginannya. Tidak semua yg diinginkan manusia akan tercapai, terlebih dalam realitas hidup bersama. Ada kenyataan penderitaan yg diakibatkan oleh sakit penyakit, bencana alam, kemiskinan dan peperangan. Nah dalam konteks seperti itulah harapan akan keselamatan dan Juru Selamat makin menguat. Sayangnya dalam situasi seperti itu, gambaran Messias yg dimunculkan justru menjadi "paradoks messianik", dimana Messias yg seharusnya membawa keselamatan dari Allah, menjadi Messias yg eksklusif bagi dirinya sendiri dan menempatkan bangsa/agama lain sebagai musuhnya.

Baiklah, kita coba kaji dan pelajari gagasan gagasan Messianik tsb dalam 3 agama keturunan Abraham (Yahudi, Kristen dan Islam), Seperti apa ciri ciri yan digambarkan oleh masing masing agama tersebut? Adakah persamaan dan dimana perbedaannya? Kapan dan bilamana kedatangannya? Dan apa refleksi bagi kita saat memasuki minggu Adven yang kedua ini?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 3 Desember 2016

Bacaan: I Samuel 17:40-51

Menurut suatu dongeng India kuno, ada seekor tikus yang selalu tertekan karena takut kepada seekor kucing. Seorang tukang sihir merasa kasihan kepadanya lalu mengubahnya menjadi seekor kucing. Tetapi kemudian ia menjadi takut kepada anjing. Maka si tukang sihir ini mengubahnya menjadi anjing. Tetapi ia mulai takut kepada harimau, maka tukang sihir itu mengubahnya menjadi harimau, yang kemudian juga menjadi takut kepada pemburu. Pada saat itu si tukang sihir menyerah. Ia mengubahnya menjadi seekor tikus lagi dan berkata, "Apapun yang saya lakukan itu tidak akan membantumu karena engkau mempunyai hati seekor tikus."

Saudara,
Kekuatan kita yang sesungguhnya ada pada keluasan kapasitas hati, bukan pada kegarangan tampilan fisik. Saat Daud melawan Goliat, secara fisik ada kesenjangan yang sangat jauh berbeda. Tinggi Goliath 3.2 meter, sedangkan Daud masih remaja dengan tinggi badan sekitar 1.5 meter. Senjata Goliath, wah lengkap sekali, ada: ketopong tembaga, baju zirah, pedang, tombak dan lembing. Sementara,  Daud hanya bersenjatakan tongkat, 5 batu licin dan tali pengumban.

Bagaimana Daud bisa memenangkan pertarungan yang jauh tak berimbang ini? Kuncinya ada pada HATI Daud yang lebih besar dari Goliath. Itulah sebabnya Daud bisa berkata: "Engkau mendatangi aku dengan pedang, tombak dan lembing, tetapi aku mendatangi engkau dengan nama TUHAN semesta alam, Allah segala barisan Israel yang kau tantang itu. Hari ini juga TUHAN akan menyerahkan engkau kedalam tanganku dan memenggal kepalamu dari tubuhmu... supaya segenap jemaah ini tahu, bahwa TUHAN yang menyelamatkan bukan dengan pedang dan bukan dengan lembing." (I Sam 17:45-47).

Sekali lagi, hati yang besar mampu mempersempit jarak kemustahilan menuju kemungkinan. Ingat, bersama dengan TUHAN dan kearifan TUHAN apa yang nampaknya IMPOSSIBLE bisa menjadi I'M POSSIBLE.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 2 Desember 2016

Bacaan: Mazmur 5

Saudaraku,
Hari ini kami tidak akan menyampaikan uraian renungan seperti biasa. Sebagai gantinya kami mengajak saudara untuk berdoa dengan panduan doa Mazmur 5:1-12, demikian:

Berilah telinga kepada perkataanku, ya TUHAN, indahkanlah keluh kesahku. Perhatikanlah teriakku minta tolong, ya Rajaku dan Allahku, sebab kepada-Mulah aku berdoa.

TUHAN, pada waktu pagi Engkau mendengar seruanku, pada waktu pagi aku mengatur persembahan bagi-Mu, dan aku menunggu-nunggu. Sebab Engkau bukanlah Allah yang berkenan kepada kefasikan; orang jahat takkan menumpang pada-Mu.

Pembual tidak akan tahan di depan mata-Mu; Engkau membenci semua orang yang melakukan kejahatan. Engkau membinasakan orang-orang yang berkata bohong, TUHAN jijik melihat penumpah darah dan penipu. Tetapi aku, berkat kasih setia-Mu yang besar, aku akan masuk ke dalam rumah-Mu, sujud menyembah ke arah bait-Mu yang kudus dengan takut akan Engkau.

TUHAN, tuntunlah aku dalam keadilan-Mu karena seteruku; ratakanlah jalan-Mu di depanku. Sebab perkataan mereka tidak ada yang jujur, batin mereka penuh kebusukan, kerongkongan mereka seperti kubur ternganga, lidah mereka merayu-rayu. Biarlah mereka menanggung kesalahan mereka, ya Allah, biarlah mereka jatuh karena rancangannya sendiri; buanglah mereka karena banyaknya pelanggaran mereka, sebab mereka memberontak terhadap Engkau.

Tetapi semua orang yang berlindung pada-Mu akan bersukacita, mereka akan bersorak-sorai selama-lamanya, karena Engkau menaungi mereka; dan karena Engkau akan bersukaria orang-orang yang mengasihi nama-Mu.

Sebab Engkaulah yang memberkati orang benar, ya TUHAN; Engkau memagari dia dengan anugerah-Mu seperti perisai.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 1 Desember 2016

Bacaan: II Tawarikh 20:1-24

Saudaraku,
Pernahkah saudara merasa desperate oleh tekanan yg datang dari segala arah dengan kekuatan yg sangat besar? Kalau hari hari ini engkau mengalaminya, yuk kita mencari wajah TUHAN seperti raja Yosafat. Saat Yosafat terpojok karena dikeroyok oleh bani Moab dan bagi Amon ditambah pula dgn orang2 dari pegunungan Seir, ia dan seluruh bangsanya mencari pertolongan TUHAN.

Alih alih menyalahkan situasi dan mengutuki kelemahan diri, Yosafat mengunjungi rakyatnya dari Bersyeba sampai ke pegunungan Efraim; melakukan konsolidasi dan perombakan dijajaran hakim hakim dan imam imam, dan meminta mereka semua MENCARI wajah TUHAN.

Lihat! Yosafat menyambut peperangannya dengan melakukan perombakan rohani. Yosafat tahu bahwa peperangannya ini adalah PEPERANGAN ROHANI.
Dan...saat hari peperangan tiba,
Yosafat sujud dengan mukanya sampai ke tanah dan diikuti oleh seluruh Yehuda dan penduduk Yerusalem sujud menyembah kepada TUHAN. Kemudian orang Lewi dari bani Kehat dan Korah bangkit berdiri menyanyikan puji pujian bagi TUHAN dengan suara nyaring: "Nyanyikanlah nyanyian syukur bagi TUHAN, bahwasanya untuk selama lamanya kasih setiaNYA."

Tiba tiba...
Orang Amon dan Moab dan orang2 dari pegunungan Seir saling bunuh sendiri..sehingga saat orang Yehuda melawati padang gurun itu, yg mereka lihat adalah hamparan bangkai bergelimpangan mati.

Saudaraku,
Pertarungan rohani itu bukanlah saat engkau merasa kuat dan berdiri membela TUHANmu. Bukan! Pertarungan rohani itu justru terjadi saat engkau lemah dan TUHAN yg berdiri berperang untukmu. Karena itu, carilah senantiasa wajahNya, berdoalah untuk mendapati belas kasihanNYA dan serukanlah pujian bahwasanya kasih setiaNYA untuk selama lamanya. Maka niscaya TUHAN akan memulihkan hidupmu, memenangkan gurun dan lembahmu, sehingga engkau akan menyebut derita dan kegentaranmu itu sebagai lembah pujian, sebab disanalah TUHAN memenangkan pertarungan hidupmu!

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 30 November 2016

Bacaan : Lukas 9:46-48

Raja Pyrrhus dari Epirus didatangi oleh seorang kawannya yg bernama Cyneas dan ditanya, "Seandainya raja mengalahkan Roma, apakah yg akan raja kerjakan selanjutnya?"

Pyrrhus menjawab, "Sisilia berdekatan dan mudah untuk direbut."
"Dan apa yang akan raja lakukan setelah Sisilia direbut?"
"Kita akan bergerek ke Afrika dan menduduki Kartago."
"Dan sesudah Kartago?"
"Giliran Yunani akan kita takhlukkan."
"Bolehkan saya bertanya, apakah buah dari kemenangan kemenangan ini?"
"Yah, kita dapat duduk dan bersenang senang," jawab Pyrrhus.

Saudara,
Ambisi kekuasaan dan keunggulan kalau tidak dikendalikan, bisa berbahaya. Mungkin ada yg protes; "lho bukannya unggul dan menjadi yg the very best itu baik?

Saudaraku,
Mari kita belajar dari ajaran Yesus, Sang Guru kita. Waktu para muridNya ribut pingin jadi yg terbesar, sampai timbul pertengkaran, Yesus mengambil seorang anak kecil dan menempatkannya di sampingNya, dan berkata; "Barangsiapa menyambut anak ini dalam namaKu, ia menyambut Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut DIA yang mengutus Aku. Karena yang terkecil diantara kamu sekalian, dialah yg terbesar."

Dhuaaar!!! Itulah tamparan keras dari Sang Guru bagi para muridNya. Bagaimana engkau bisa berebut pengakuan menjadi yg terbesar, sementara untuk tanggung jawab terhadap yg paling kecil tdk dikerjakan. Ironis bukan?

Nah, jika kita refleksikan pada masa2 kampanye pilkada saat ini..maka kita bisa melihat bahwa banyak sekali janji2 surga. Keberpihakan pada orang miskin tiba2 meninggi, blusukan dan santunan banyak mewarnai berita di TV. Katanya sih nanti kalau menang, akan memberantas kemiskinan. Padahal selama ini, ia sangat kaya tetapi tak ada berita bahwa ia peduli dan berbagi buat orang2 miskin di sekitarnya.

Jadi,
Apa benar mereka itu peduli dan siap berkorban diri? Atau sesungguhnya itu hanyalah strategi seperti Raja Pyrrhus yg ingin berkuasa lebih lagi dan lagi...dan lagi....

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 29 November 2016

Bacaan: Yesaya 53

Gambaran hamba yang menderita itu sangatlah kontroversial, karena sangat berbeda dengan Musa dan Daud. Allah justru menyatakan bahwa keselamatan dan kedamaian justru akan muncul dalam kelemahan dan kesengsaraan, yang menjadi wajah Allah sendiri. Allah hendak menampilkan satu sisi atau wajah yang berbeda kepada umatNya dan mengajak umatNya untuk belajar menjadi rendah, mengosongkan diri dan mengambil rupa hamba.. untuk menjadi sama dan sesama bagi manusia. Dan dalam keadaan sebagai manusia, Ia bahkan telah merendahkan diri-Nya dan taat sampai mati, bahkan sampai mati di kayu salib. (Filipi 2:6-8).

Pertanyaan yang mengguncangkan adalah: Mengapa Allah mengambil rupa yang demikian? Apakah itu tidak akan mengurangi "kewibawaan" dan "kebesaran"Nya? Jawabnya tidak! Justru ditengah-tengah situasi dunia dan manusia yg ingin menjadi besar (dengan cara membesar besarkan Allah dan membela bela Allah), Allah mau mengajarkan satu bentuk spiritualitas yg baru, yakni spiritualitas hamba dan sahabat dalam kerendahan bagi sesama.

Sungguh, kita perlu merenungkan gambar Allah sebagai hamba yang menderita ini. Apakah gereja sekarang ini (yg merepresentasikan wajah Allah) berani tampil bersahaja untuk bersedia menjadi hamba yang menderita bagi sesama? utamanya bagi keselamatan dunia? Apakah kita saat ini sedang bangga bangganya membesarkan Allah sebagai tokoh heroik yang gagah perkasa? Atau kita berani berkisah tentang Allah yang bersahaja, yang siap mengosongkan diriNya dan mengambil rupa hamba untuk hadir bagi sesama yang menderita?

Biarlah di masa adven ini kita akan makin mengenal DIA dan wujud inkarnatifNya..sehingga kita berani berkata seperti rasul Paulus: "Yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati." (Filipi 3:10-11)

Amin

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Senin, 28 November 2016

Bacaan: Yesaya 53

Betapa kita (dan umat waktu itu) terkejut mendengar gambaran Mesias yg disampaikan oleh nabi Yesaya: "Sebagai taruk ia tumbuh di hadapan TUHAN dan sebagai tunas dari tanah kering. Ia tidak tampan dan semaraknya pun tidak ada sehingga kita memandang dia, dan rupa pun tidak, sehingga kita menginginkannya. Ia dihina dan dihindari orang, seorang yang penuh kesengsaraan dan yang biasa menderita kesakitan; ia sangat dihina, sehingga orang menutup mukanya terhadap dia dan bagi kita pun dia tidak masuk hitungan." (Yesaya 53:2-3)

Wuaaah.. gambaran tsb sungguh bertolak belakang dengan apa yg selama ini dinantikan oleh umat Israel. Ini TUHAN ngeledek atau bercanda ya?? Bukankah tangan kekuasaan TUHAN itu seharusnya dahsyat dan menggetarkan? Apakah TUHAN sudah kehilangan kekuasaannya? Atau ia ingin mematikan harapan Israel? Sehingga harapan akan mesias sang Pembebas, dipatahkan dengan hadirnya seorang hamba yang menderita?

Saudaraku,
Nyanyian nubuatan Yesaya (dalam pasal 49-55) ini kemudian memang banyak menimbulkan pertanyaan gugahan dan gugatan yang menarik. Dari sinilah kesadaran reflektif-teologis umat diuji di tingkat praxis. Banyak yg menafsirkan bahwa nyanyian Hamba yang Menderita ini merupakan gambar realita dan panggilan bagi Israel sendiri? Ia bukanlah gambaran akan satu orang tetapi satu bangsa.Tradisi Yahudi kemudian menafsirkan gambaran tsb sebagai gambaran bangsa Yahudi sendiri yang dipanggil menjadi hamba yang menderita demi keselamatan bangsa bangsa.

Gambaran triumphalistik yg serba hebat diubahkan menjadi gambar panggilan menjadi satu umat (bangsa) yg hadir bagi penderitaan sesamanya. Pengalaman perbudakan tsb dan gambaran akan kekuasaan tangan TUHAN dalam wujud hadirnya hamba yang menderita, sungguh mengubah cara pandang umat Israel.

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Sabtu, 26 November 2016

Bacaan: Yesaya 53

Besuk minggu kita memasuki minggu adven pertama. Adven berarti kedatangan. Ya, kita selama 4 minggu kedepan akan dipersiapkan untuk menantikan kedatangan Sang Mesias, Sang Pembebas, baik melalui peristiwa Natal pertama (kelahiran Kristus) maupun Natal yang kedua, yakni kedatanganNya yang kedua kalinya.

Berkaca pada sejarah penantian akan hadirnya Sang Mesias Pembebas, kita tidak bisa melepaskan dari konteks umat Israel yang tertindas dibuang ke negeri Babel. Pengalaman menjadi budak di negeri orang memang bukanlah pengalaman yang pertama bagi bangsa Israel. Mereka pernah di perbudak di Mesir, dan sekarang dibawah pemerintahan Babel. Tetapi kalau kita teliti lebih dalam, dua pengalaman itu berbeda sekali konteks kejiwaannya. Yang pertama (di Mesir) Israel belum menjadi sebuah bangsa, mereka hanyalah sekelompok suku Ibrani penyembah YHWH. Sedangkan pengelaman yang kedua, mereka telah menjadi sebuah bangsa yang pernah berjaya dibawah kepemimpinan raja raja.

Nah, dengan demikian pengharapan akan pemulihan kembali sebagai satu bangsa yg besar (saat mereka dijadikan budak di Babel) menjadi begitu jelas karena mereka sudah punya patron gambarnya. Gambar siapa yang diharapkan datang sebagai Mesias kiriman TUHAN sudah sangat terang benderang di pengharapan mereka. paling tidak Mesias yang diharapkan agar seperti Musa atau Daud, atau kombinasi dikeduanya. Figur Mesias penyelamat pastilan seperti Musa dengan kuasa tulah yg mengerikan dari Allah. Tongkatnya hidup bak ular naga yang siap menelan kepongahan palsu sang penguasa. Atau si Daud sang perkasa. Legenda penaklukan Daud atas beruang, singa, Goliath serta berlaksa laksa tentara Filistin terus diperdengarkan sebagai kisah kebanggaan Israel bagi hadirnya negara merdeka.

Lalu, apa yang terjadi dengan pengharapan Israel? Apakah Allah akan kembali menurunkan penyelamat seperti Musa atau memulihkan kerajaan Daud sang perkasa?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Jumat, 25 November 2016

Bacaan: II Petrus 1:5-9


Banyak orang menyangka kalau puncak kesalehan itu (sebatas) menyediakan waktu khusus untuk membaca FT, berdoa dan beramal. Yup! Tentu semuanya itu penting, tapi tidak cukup! Itu semua adalah aktifitas keagamaan dan belum tentu berkorelasi langsung dgn disiplin rohani yg diharapkan oleh Tuhan. Jika disiplin rohani hanya sebatas aktifitas membaca Firman, doa dan beribadah, maka Yesus tidak akan meminta Nikodemus untuk dilahirkan kembali, atau menyuruh para muridNya untuk mengikuti teladanNYA. Lalu apa dan bagaimana disiplin rohani itu?



Menurut Petrus, disiplin rohani itu adalah melatih panggilan dan pilihan untuk mengambil bagian dalam kodrat ilahi (II Pet 1:4), yg meliputi:



Pertama, menambahkan kepada iman, KEBAJIKAN. Artinya, semua yg namanya disiplin iman-soleh haruslah berlanjut pada tindakan yg konkret dalam buah2 kebajikan bagi orang lain. Apalah artinya seseorang bisa menghapalkan seluruh hukum Taurat jika dalam tata laku hidupnya tidak berdampak pada karya2 kebajikan bagi sesama. Agama yang hanya berfokus pada kebenaran tapi melupakan tindakan kasih yg nyata akan mengingkari ajarannya sendiri.



Kedua, tambahkan pada kebajikan PENGETAHUAN. Bagaimanakah tindak kebajikan yg dilakukan oleh seeseorang bisa berdampak dan menginspirasi banyak orang? Jawabnya: pengetahuan! Sebab pengatahuan itu akan menjadi alat tampi yang memisahkan kebajikan yang subyektif menuju kebajikan yang makin obyektif, yang langsung dilihat dan dirasakan oleh orang lain (Mat 5:16)



Ketiga, tambahkan kepada pengetahuan, PENGUASAAN DIRI. Ya, penguasaan diri adalah puncak dari buah roh. Orang yang baik dan disertai dengan pengetahuan, akan menghadapi godaan kesombongan dan main kuasa. Banyak pemimpin rohani yang malah jatuh dalam perbuatan2 anarkis atas nama agama.



Jadi itulah disiplin rohani yg harus terus menerus disadari, dilatih dan dikerjakan..dalam ukuran level yg makin ditingkatkan dari hari kesehari.



TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Kamis, 24 November 2016

Bacaan: Matius 7:15-23

Philip Adam mengatakan kematian yg diakibatkan oleh perang (ego) agama itu ternyata menduduki rangking pertama dibandingkan dengan sumber kematian oleh karena bencana alam atau epidemi penyakit. Kok bisa? Bukankah semua agama itu mengajarkan kebaikan dan perdamaian? YA! Tapi apabila penganutnya salah sasaran, agama bisa dipakai untuk mengobarkan kebencian dan peperangan.

Berkaca pada kehidupan "beragama" yang nampak sukses, namun salah sasaran itu, tulisan Anthony de Mello dalam buku Doa Sang Katak 2, bisa memberikan tamparan pada kesadaran kita, mari cermati baik baik tulisannya:

Guru di sekolah panahan dikenal sebagai Guru Kehidupan yang sangat baik pula.

Suatu hari muridnya yang paling cemerlang tiga kali berturut turut berhasil mengenai sasaran dalam suatu pertandingan setempat. Semua orang bertepuk tangan riuh rendah. Murid dan Guru mendapat ucapan selamat bertubi tubi.

Namun sang Guru tampaknya tidak begitu terkesan, bahkan ia kritis.

Ketika kemudian muridnya bertanya mengapa demikian, Ia menjawab, "Engkau masih harus belajar bahwa sasaran bukanlah sasarannya."

"Manakah sasaran yang SEBENARNYA," tanya murid itu ingin tahu.

Namun sang Guru tidak mau mengatakan. Ini adalah yang pada suatu hari harus dipelajari oleh murid itu sendiri karena tidak dapat diteruskan dengan kata kata.
Pada suatu hari ia berharap muridnya akan menyadari bahwa hidup sesungguhnya bukan semata mata mengejar capaian hasil akan tetapi lebih pada kematangan sikap; bukan sasaran, akan tetapi menghilangnya ego.

Saudaraku,
Tuhan Yesus dalam pengajaran di bukit mengingatkan agar kita menjadi pohon yg baik (terlebih dahulu), baru bisa menghasilkan buah yang baik.
Dan buah yang baik itu senantiasa dihasilkan dari proses kematangan diri yang panjang... bukan hasil instan untuk berebut tepuk tangan, pengikut dan dukungan..

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga - Rabu, 23 November 2016

Bacaan: Kejadian 50: 15-21


Pertama, Yusuf menerima mimpi dan meyakini panggilan ilahi

Yusuf meyakini betul bahwa mimpi yg dinyatakan Tuhan bagi dirinya pasti digenapi. Ayah, ibu dan kakak kakaknya mungkin tidak percaya, tetapi Yusuf yakin bahwa panggilanNya tak mungkin salah dan tak mudah kalah.



Kedua, Yusuf tahu bahwa ujian hidup itu mendatangkan kebaikan. Fitnah, penolakan, pembuangan dan penderitaan yang dialaminya justru menjadi batu uji yang dipersiapkan TUHAN untuk menempa Yusuf menjadi pemimpin yang tangguh dan disegani. Tidak ada jalan yg mudah bagi tempat yg terindah.



Ketiga, ini bukan sekedar sejarah tentang hidupku atau hidupmu...tetapi ini adalah sejarah TUHAN. Mother Teresa menggambarkan hidup dalam jalan dan sejarahnya TUHAN, sbb: "I'm a little pencil in the hand of writing God, who is sending a love letter to the world." Wow!! Inilah yang harus kita sadari dan terus sadari, bahwa bukan diri kita lah yang menjadi pusat sejarah kehidupan, melainkan sejarah TUHAN, kita hanya bagian kecil dari tulisan sejarah TUHAN tsb, karena itu jalani pesan dan peran hidup dengan baik dengan tetap menyadari alur besar God's story and God's history.



Keempat, yakini bahwa semuanya akan berakhir dengan baik, jika yg yg kita alami sekarang belumlah baik, maka itu berarti belum akhir dari semuanya. Miliki cara pandang yang seperti ini akanlah membantu untuk tetap optimis dan positif. Yusuf meyakini hal itu, dan berkata: "Memang kamu telah mereka-rekakan yg jahat terhadap aku, tetapi Allah telah mereka-rekakannya untuk kebaikan, dengan maksud melakukan seperti yg terjadi sekarang ini, yakni memelihara hidup suatu bangsa yg besar." (Kejadian 50:20).



Itulah empat point penting yang bisa kita pelajari dari Yusuf, agar kita bukan saja bisa bertahan dalam kesulitan dan penderitaan, namun malah berlimpah kasih karunia dan berkecukupan dalam segala sesuatu dan malah berkelebihan dalam pelbagai kebajikan (II Kor 9:8).



TAD-Ani


Renungan Mezbah Keluarga - Selasa, 22 November 2016

Bacaan: Kejadian 50: 15-21


Melupakan dan mengampuni kesalahan orang (yang dengan sengaja dilakukan) untuk mencelakai kita, sangatlah tidak mudah. Sungguh, diperlukan kebesaran hati yang luar biasa, untuk melepas masa lalu dan melihat rancangan besar didepan yang tengah dikerjakan oleh Allah bagi kita. Biasanya yang banyak terjadi adalah hukum balas dendam; "mata ganti mata, gigi ganti gigi.!" dan hal itu memang diperbolehkan dalam hukum Musa, sebagai prinsip hukum yang paling dasar, bernama keadilan.



Karena itu kita (dan dunia) akan senantiasa kagum akan "kelangkaan" dan "keanehan" orang yang membalas kejahatan dengan kebaikan, kutuk dengan berkat, perlakuan jahat dengan kebaikan, dendam kusumat dengan rahmat. Ya, itu aneh bin langka.



Nah, mari kita belajar dari satu tokoh Alkitab yang namanya Yusuf. Kita tahu kisah keluarganya; bagaimana ia disakiti dan dibully oleh saudara saudaranya sendiri karena mimpi yang dari TUHAN dan kebenaran yang dia sampaikan, Rencana penyingkiran dan pembunuhan atas diri Yusuf dikerjakan dengan rapi oleh saudara saudaranya sendiri. Kisah hidup Yusuf selanjutnya memang bisa kita baca dalam kitab Kejadian pasal 37 sampai pasal 50. (Wow..panjang sekali kisahnya).



Saudara,

Hidup Yusuf memang bak roller coaster yang naik turun meneganggkan. Happy ending sih... karena Yusuf percaya bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk mendatangkn kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu mereka yang terpanggil sesuai dengan rencana Allah. Sebab semua orang yang dipilihnya dari semula, mereka itu juga dipanggil-Nya. Dan mereka yang dipanggil-Nya, mereka itu juga dibenarkan-Nya. Dan mereka yang dibenarkan-Nya, mereka itu juga dimuliakan-Nya (Roma 8:28,30)



Lalu apa yang bisa pelajari dari Yusuf ini?



(bersambung)



TAD-Ani