Renungan Mezbah Keluarga #17D18

Bacaan: II Kor 12:9-10

Ditembok gedung Physical Therapy Rehabilitation, New York ada tulisan refleksi yg sangat dalam maknanya. Demikian tulisan itu:

Saya meminta kepada Tuhan kekuatan yang memungkinkan saya untuk melakukan hal hal besar, tetapi saya dianugerahi kerapuhan agar saya dapat belajar rendah hati.

Saya meminta kesehatan yang memungkinkan saya untuk melakukan hal hal yang luar biasa, saya diberikan kelemahan agar saya dapat belajar untuk melakukan hal hal yang lebih baik.

Saya meminta kekayaan yang memungkinkan saya untuk hidup bahagia, saya diberikan kemiskinan agar saya dapat belajar menjadi bijaksana.

Saya meminta kesuksesan yang memungkinkan saya mendapat puji pujian dari manusia, saya diberikan kegagalan agar saya dapat belajar untuk mengandalkan Tuhan.

Saya meminta semua hal yang memungkinkan saya untuk menikmati hidup, saya diberikan kehidupan agar saya dapat menikmati segala sesuatu.

Saya tidak mendapatkan apapun yang saya minta, tetapi semua yang saya harapkan didengarkan.

Terlepas dari apapun yang dikehendaki Tuhan, hampir semua doa saya yang tak terucapkan telah di jawab.

Saya adalah salah satu orang yang paling diberkati.

Wow!!..
Tulisan tsb bisa jadi diinspirasi oleh surat Paulus kepada jemaat di Korintus, dimana Paulus yang dalam kelemahan, kesukaran dan kesesakan berteriak kepada Tuhan. Namun apa jawaban Tuhan? Paulus menuliskan jawaban Tuhan dan refleksinya atas jawaban Tuhan demikian:

"Tetapi jawab Tuhan kepadaku: "Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna." Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku.
Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat." (2 Korintus 12:9-10)

Saudara,
Memang spiritualitas yang seperti itu kelihatannya aneh..tetapi itulah kekuatan iman Kristiani yang sesungguhnya. Kekuatan yang lahir dari proses pengenalan yang benar akan Allah dan kehidupan...bukan kekuatan yang lahir dari pemaksaan kehendak diri sendiri... apalagi dengan pengerahan massa untuk  "memaksa" Tuhan lewat tamasya kitab suci.

Had

Renungan Mezbah Keluarga #17D17

Bacaan: I Korintus 15:1-22

Paskah adalah momentum historis dan simbolis yg sangat penting bagi kekristenan. Bahkan dari sinilah seluruh bangunan iman Kristen disusun. Rasul Paulus mengatakan jika Kristus tidak dibangkitkan maka sia sialah kepercayaanmu dan kamu masih hidup dalam dosamu. (I Kor 15:17).

Ada 5 alasan mengapa Paskah begitu istimewa bagi kita:

Pertama, Paskah adalah BERITA KEMENANGAN

Christos Victor.. Kuasa Allah menang atas kuasa maut. Oleh itu sejak hari ini tidak ada lagi ketakutan.. intimidasi atau apapun yang bisa memisahkan kita dari Kristus. Rasul Paulus berkata: "Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang,
atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita. (Roma 8:35-39)

Kedua, titik balik dimana kita MENJADI PRIBADI BARU

Hidup yang lama kita sudah berlalu..digantikan dengan hidup yang baru. Kita tidak hanya dibaptiskan oleh air sebagai tanda pertobatan tetapi dibaptiskan dengan darah Kristus.
"...tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematian-Nya? Dengan demikian kita telah dikuburkan bersama-sama dengan Dia oleh baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian juga kita akan hidup dalam hidup yang baru." (Roma 6:3-4)

Ketiga, kita kini dipercaya menjadi SAKSI KEBANGKITAN dan SAKSI KASIH KARUNIA.

Rasul Paulus mengatakan hanya oleh karena kasih karunia Allah itulah yg membawa aku ada sebagaimana aku sekarang ini, dan kasih karunia yg dianugerahkanNya kepadaku tidaklah sia sia. Sebaliknya, melalui kasih karunia Allah itulah, aku akan bekerja lebih keras dari pada mereka semua; tetapi bukannya aku, melainkan kasih karunia yang menyertai aku. (I Kor 15:10).

Keempat, kita memiliki MODEL dan MODAL untuk melawan dosa dan kematian. 

Sebab Kristus yg dibangkitkan itu menjadi yg sulung bagi pengharaan akan kebangkitan kita. Yesus sendiri katakan: "Akulah kebangkitan dan hidup, berangsiapa percaya kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati." (Yoh 11:25)

Kelima, nama kita sejak saat ini tercatat dalam KITAB KEHIDUPAN.
Kitab Wahyu 13:8 menyatakan dengan jelas: "Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap orang yang namanya tidak tertulis sejak dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah disembelih." Ya..dari dan oleh karena darah Anak Domba yang tersalib itulah kita yang dulunya tak tercatat nama kota di Kitab Kehidupan..kini menjadi tercatat! Wow..haleluya...

Nah,  tidakkah Paskah itu sungguh peristiwa yg luar biasa?
Selamat Paskah! Selamat menjadi saksi kebangkitanNya dan menjadi pewaris kasih karunia.

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D15

Bacaan: Lukas 23: 33-49

Penyaliban Yesus adalah sebuah kesalahan terekstrem sepanjang sejarah manusia. Ya salah waktu, salah orang, salah tempat dan salah hukuman!
Salah waktu, karena saat itu adalah hari raya Paskah orang Yahudi, yg seharusnya membebaskan orang bukan membunuh orang. Salah orang, kerena Yesus bukanlah  penjahat. Tidak ada catatan kejahatan yg pernah dilakukanNya. Salah tempat, ya..pengadilan Yesus adalah salah tempat! Kalau Ia dianggap menyesatkan, bukankah harusnya di bait Allah Ia dihakimi? Kalau dianggap menghujat, bukankah cukup dirumah Imam Besar Kayafas, lalu ditobatkan? Salah hukuman, bagi orang Yahudi hukuman bagi penyesat dan penghujat adalah dirajam batu. Bagi orang Romawi hukuman bagi pemberontak adalah cambuk.

Karena itu penyaliban Yesus adalah kesalahan terbesar sepanjang sejarah! Ini keputusan yg kental dengan kepentingan politik, ketimbang persoalan agama atau hukum. NAMUN toh, Allah mengijinkan hal itu terjadi agar manusia belajar dari KESALAHAN yang paling ekstrem yang pernah dibuat oleh manusia, dan sekaligus belajar dari KASIH yang paling ekstrem yg pernah dikerjakan Allah bagi manusia. Hanya dengan dua sisi yang sama sama eksterm itulah, manusia akan mendapatkan pencerahan dan keselamatannya. Dosa yang melahirkan intrik dan kejahatan yang paling ekstrem, berjumpa dengan kasih dan pengorbanan Allah yang paling ekstrem.

Oleh karenanya SALIB  kini menjadi simbol ekpresi iman, pengharapan dan kasih yang paling ekstrem yang diberikan oleh Allah kepada manusia..! Penulis Injil Yohanes  mencatat bahwa pemberian Allah itu sebagai pemberian yang terbaik yang pernah ada sepanjang sejarah kehidupan manusia. Jauuuuuh lebih dari pada apa yang dunia bisa berikan kepada kita.

Dan barang siapa yang menyadari hal tsb, ia akan mengalami perubahan dahsyat dalam hidupnya. Ia tidak akan menjadi pribadi yang biasa biasa saja..sebab kasih Allah yang ekstrem tsb akan mengubahnya menjadi pribadi yang ekstrem...dalam praktek iman, pengharapan dan kasihnya. Voltaire mengatakan : "the best is enemy of good".
Jadi jika kita ingin menjadi yang terbaik dalam kasih, maka jangan hanya cukup menjadi orang yang baik...
Jadilah pribadi yang total dan ekstrem dalam kebaikan..sebab hanya dengan demikianlah dunia akan melihat bahwa kasih Allah ada dan hidup dalam GerejaNya...sejak peristiwa Jumat Agung, hingga sekarang ini.
Amin.

To be the best, you must be able to handle the worst.

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D14

Bacaan: Markus 15:33-41

Yesus sendiri diujung sunyi...hingga akhirnya pecah dalam satu tarikan nafas panjaaang sebelum mati : "Eloi Eloi lama sabakhtani..?" yang artinya Allahku, Allahku, mengapa Engkau meninggalkan Aku? Sungguh teriakan (teologis) yang memilukan hati dan yang mudah disalah mengerti. Orang orang yang mendengar teriakan itu salah menafsirkannya dengan mengatakan: "Lihat, Ia memanggil Elia." (sebagaimana orang mulai menghubungkan Yesus dengan Elia yg sangat di banggakan oleh orang Yahudi, karena berani membongkar penyesatan yg dilakukan oleh Izebel dan 400 imam imam Baal).

Maka datanglah seorang dengan bunga karang, mencelupkan kedalam anggur asam lalu mencucukkannya pada sebatang buluh dan memberi Yesus minum serta berkata: "Baiklah kita tunggu dan melihat apakah Elia datang untuk menurunkan Dia."

Saudara,
Apa arti sesungguhnya dari teriakan Yesus ini? Apakah Ia merasa "menyesal" dengan apa yg terjadi? Apakah Ia "marah" karena Allah berdiam diri? Apakah Ia kecewa karena pengikutNya berbalik arah saat kesulitan terjadi? Jawabnya TIDAK!
Ia tidak kecewa dan merengek menggugat BapaNya. Yesus sadar betul bahwa Ia datang untuk menggenapi apa yang di dinubuatkan dalam kitab Yeremia 11:19 dimana akan ada kesepakatan jahat untuk mengorbankan domba jinak dengan berteriak: "marilah kita binasakan pohon ini dengan buah buahnya! Marilah kita melenyapkannya dari negeri orang orang hidup, sehingga namanya tidak diingat orang lagi"

Yesus sudah siap apabila oleh karena seruan Injil Kerajaan Allah dan karya pembaharuan yang dikerjakanNya itu banyak oknum imam dan imam kepala yang terbongkar kedoknya. Yesus siap apabila oleh karena mengembalikan fungsi Bait Allah, Ia harus membongkar praktek korupsi dan kong kalikong antara para penjaga Rumah Allah dengan pengusaha kotor. Yesus siap jika oleh sebab ketaatanNya kepada kehendak Bapa, banyak orang yang ditelanjangi kemunafikannya...dan oleh karena itu menginginkan kematianNya. Bukankah Ia juga sudah berulang kali mengingatkan murid-muridNya, bahwa Anak Manusia  akan menanggung banyak penderitaan dari pihak tua tua, imam imam kepala dan ahli ahli Taurat, lalu dibunuh dan dibangkitkan pada hari yg ketiga (Mat 16:21).

Kembali pada teriakanNya: "Eloi Eloi lama sabakhtani? Apa arti dan maknanya?

Sesungguhnya Yesus tidak sedang kecewa atau marah saat meneriakkan "Eloi Eloi lama sabhaktani"...tetapi Ia hendak menyampaikan pesan kepada kita (sebagai anak Allah) agar tetap tangguh saat menghadapi tekanan, penderitaan, bahkan kematian sekalipun. Kitab Roma 8:15-16 berkata: "Sebab kamu tidak menerima roh perbudakan yg membuat kamu menjadi takut lagi, tetapi kamu telah menerima Roh yang menjadikan kamu anak Allah. Oleh Roh itu kita berseru: "ya Abba, ya Bapa!" Roh itu bersaksi bersama-sama dengan roh kita, bahwa kita adalah anak-anak Allah.

Ya... dengan meneriakkan "ya Abba...ya Bapa", kita ditolong Roh Kudus untuk menegaskan ulang siapakah diri kita kepada dunia. Kita adalah anak anak Allah yg hidup menurut pimpinan Roh, bukan takluk oleh manipulasi daging. Sebab jika kita hidup menurut keinginan daging, kita akan mati; tetapi jika kita hidup oleh Roh, kita akan berani mematikan (nafsu) daging dan kita akan hidup (Roma 8:13).

Jadi, janganlah takut oleh tekanan, penderitaan dan kematian. Janganlah menjadi pengikut Kristus yang manja dan suka berteriak mengatas-namakan Tuhan, padahal tidak sungguh hidup dijalan Tuhan (Matius 7:21)..
Tetapi jadilah pengikut Kristus yang tangguh dan berani (dengan rendah hati) berkata: "Yang kukehendaki ialah MENGENAL Dia dan kuasa kebangkitanNya dan PERSEKUTUAN dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi SERUPA dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati. (Fil 3:10-11)

Amin.

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D12

Bacaan: Yesaya 58:6-10

Puasa itu menyehatkan ROH
Berpuasa adalah upaya sadar untuk berjaga jaga. Sama seperti halnya berdoa, berpuasa itu ditujukan untuk melatih roh kita agar makin peka dan kuat. Karena perjuangan kita bukanlah melawan DARAH dan DAGING, tetapi melawan pemerintah-pemerintah, melawan penguasa-penguasa, melawan penghulu-penghulu dunia yang gelap ini, melawan ROH-ROH jahat di udara. (Efesus 6:12). Menjelang Yesus ditangkap, Ia mengingatkan para muridNya agar: "Berjaga-jagalah dan berdoalah, supaya kamu jangan jatuh ke dalam pencobaan: ROH memang penurut, tetapi DAGING lemah." (Matius 26:41)

Mungkin ada yang segera bertanya: "mengapa untuk menguatkan ROH harus dengan cara mengendalikan DAGING lewat berpuasa? Tidakkah cukup memberi makan ROH dengan Firman dan kebenaran? dengan doa dan penyembahan?"

Nah....disinilah sering muncul kerancuan..tentang puasa. Sangkanya kalau kita berpuasa itu kita hanya memenuhi kuota waktu untuk tidak makan dan minum dari jam 05.00 pagi sampai jam 18.00 petang. Yang penting tidak makan dan minum selama 12 atau 13 jam...cukup! (sekalian jadi program nurunin berat badan). Entah selama waktu puasa kita hanya tiduran, tidak mengerjakan apa apa ya tidak masalah..yang penting tidak makan dan minum.

Ooooo..puasa bukan seperti itu. Puasa bukan diet. Puasa bukan program untuk menahan lapar dengan bermalas malasan (apalagi minta dispensasi kerja). Yesus menegur keras orang yang berpuasa trus kelihatan "nglokro" (lemah lunglai) :  "Dan apabila kamu berpuasa, janganlah muram mukamu seperti orang munafik. Mereka mengubah air mukanya, supaya orang melihat bahwa mereka sedang berpuasa...
Tetapi apabila engkau berpuasa, minyakilah kepalamu dan cucilah mukamu.." (Matius 6:16-17).

Berpuasa menjadi waktu yang paling baik untuk berdoa, membaca Firman dan menyembah Allah. Itulah yang dikerjakan diajarkan oleh Tuhan Yesus saat Dia berpuasa (Matius 4:1-11).Yesus menang atas setiap pencobaan karena Ia memegang satu prinsip: "Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Matius 4:4). Jadi hal berpuasa (bukan sekedar tidak makan roti), melainkan sangatlah berkait erat dengan menikmati setiap firman yang keluar dari mulut Allah.


Satu catatan terakhir:

Berpuasa itu bukan tindakan PASIF, menahan diri dan berpantang untuk tidak makan atau minum. Berpuasa (yang terutama) adalah tindakan AKTIF untuk melakukan sesuatu yang menyehatkan tubuh, jiwa dan roh kita. TUHAN berkata:

"Berpuasa yang Kukehendaki, ialah supaya engkau membuka belenggu-belenggu kelaliman, dan melepaskan tali-tali kuk, supaya engkau memerdekakan orang yang teraniaya dan mematahkan setiap kuk, supaya engkau memecah-mecah rotimu bagi orang yang lapar dan membawa ke rumahmu orang miskin yang tak punya rumah, dan apabila engkau melihat orang telanjang, supaya engkau memberi dia pakaian dan tidak menyembunyikan diri terhadap saudaramu sendiri!

Pada waktu itulah terangmu akan merekah seperti fajar dan lukamu akan pulih dengan segera; kebenaran menjadi barisan depanmu dan kemuliaan TUHAN barisan belakangmu. Pada waktu itulah engkau akan memanggil dan TUHAN akan menjawab, engkau akan berteriak minta tolong dan Ia akan berkata: Ini Aku! Apabila engkau tidak lagi mengenakan kuk kepada sesamamu dan tidak lagi menunjuk-nunjuk orang dengan jari dan memfitnah, apabila engkau menyerahkan kepada orang lapar apa yang kauinginkan sendiri dan memuaskan hati orang yang tertindas maka terangmu akan terbit dalam gelap dan kegelapanmu akan seperti rembang tengah hari. (Yesaya 58:5-10)

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D11

Bacaan: Yesaya 58:6-10

"Pak..mengapa kalau Pra Paskah, khususnya saat memasuki Pekan Puci, Gereja meminta jemaatnya untuk berpuasa? Lagian kalau ada program puasa..jemaat yang ikut juga sebagian kecil saja? Ini yang saya amati lho pak...maaf kalau salah."
"Lha..kamu ikut puasa ndak?"
"Pinginnya sih. Tapi saya orangnya laperan pak..ndak kuat kalau suruh puasa. Lemes. Dulu pernah kena maag pak..jadi takutnya kumat maag nya."
"Papi mamimu juga puasa?"
"Kalau mami ikutan pak...tapi tiga hari doang...setelah itu ndak kuat... Papi ndak puasa karena banyak kerjaan dikantor. Kata Papi yang penting puasa hati..."


Hmmmm.....

Saudara,
Masih banyak orang menganggap puasa itu adalah PROGRAMnya Gereja. Gereja menghimbau jemaatnya untuk berpuasa saat Pra Paskah sebagai bagian dari rangkaian acara. Diikuti syukur...ndak diikutin ya ndak apa apa..hukumnya sunnah. Tetapi tahukah kita bahwa berpuasa adalah KESADARAN diri untuk ambil bagian dalam ziarah spiritual yang sangat penting dan menyehatkan tubuh, jiwa dan roh kita? Sebab jikalau hal itu tidak penting dan berguna bagi tubuh, jiwa dan roh kita...pastilah TUHAN tidak memerintahkannya bagi kita. Nah, tugas Gereja disini hanya mengingatkan dan mengajak umat untuk menjalankan ibadahnya dihadapan TUHAN, bukan demi pemenuhan kegiatan Gereja.

Puasa itu menyehatkan TUBUH.
Kita semua tahu bahwa tubuh itu bukan sekedar badan, tetapi RUMAH TUHAN yang harus diisi dengan berbagai barang yang baik. Dan berpuasa adalah saat dimana kita membersihkan (detoksifikasi) tubuh dan metabolisme tubuh kita. Terlalu sering kita hidup dan makan secara tidak teratur..baik jam maupun volumenya. Nah..melalui puasa kita diingatkan untuk peka, mengenali dan merawat tubuh kita dengan TERATUR. Saat kita cek up laborat, maka akan dilihat bagaimana kondisi tubuh dan darah kita saat biasa dan saat berpuasa. Mengapa? Karena akan diketahui "posisi" kesehatan tubuh kita yang sebenarnya itu seperti apa.

Ibadah kepada TUHAN itu bukan persoalan (kesehatan) rohani saja..tetapi juga (kesehatan) ragawi, yakni bagaimana memuliakan TUHAN lewat tubuh kita. Dan berpuasa adalah bentuk ibadah TUBUH kepada TUHAN. Melalui puasa kita menahan lapar..melalui puasa kita membersihkan tubuh..melalui puasa kita mrnyadari bahwa tubuh kita itu lemah dan bergantung sepenuhnya kepada TUHAN. Melalui puasa kita kita memuliakan TUHAN dengan tubuh kita. Rasul Paulus  berkata: "Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata DIMULIAKAN di dalam TUBUHKU, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. (Filipi 1:20).


Puasa itu menyehatkan JIWA
Jika kita membaca kitab Imamat 16:29-34, dimana ibadah puasa pertama kali dinyatakan sebagai hukum dan KETETAPAN bagi umat Allah, maka pesan yang sangat kuat dalam ketetapan tersebut adalah PERDAMAIAN. Puasa dilakukan agar kita diperdamaikan dengan Allah, dengan diri sendiri dan dengan sesama kita. Kitab Imamat 16:30-31 menetapkan: "Karena pada hari itu harus diadakan pendamaian bagimu untuk mentahirkan kamu. Kamu akan ditahirkan dari segala dosamu di hadapan TUHAN.  Hari itu harus menjadi sabat, hari perhentian penuh, bagimu dan kamu harus merendahkan diri dengan berpuasa. Itulah suatu ketetapan untuk selama-lamanya."

Jadi berpuasa itu bukan sekedar urusan menahan lapar dan harus dalam jam jam tertentu..tanpa makna pemulihan bagi jiwa kita. Berpuasa adalah ibadah yang sama kualitasnya dengan ibadah sabath, yakni untuk kita diperdamaikan dengan Allah, diri sendiri dan sesama. Orang yang tidak terlatih untuk berpuasa memang sulit menyadari hal ini...tetapi bagi orang yang membiasakan dirinya untuk berpuasa..ia akan tahu bahwa puasa adalah ibadah yang ditetapkan oleh Allah sendiri bagi kebaikan dirinya. Bahkan puasa adalah ibadah yang sangaat menyegarkan jiwa. Dalam berpuasa doa dan permohonannya akan menjadi jelas dan tajam...sebab ia tahu apa yang harus ia mintakan...yakni hidup yang DIPERDAMAIKAN.
 

(bersambung)

TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D10

Bacaan: Matius 21:1-11

Ketika Yesus memasuki Yerusalem mengapa ia menaiki keledai beban yang muda? Bukan dengan kuda? Mengapa Yesus memilih gambaran yang ada dalam kitab Zakharia 9:9 dan bukannya kita  Yeremia 46:4 yang berkata: "Pasanglah kuda, dan naiklah, hai pengendara-pengendara! Ambillah tempatmu dengan memakai ketopong, tajamkanlah tombakmu, pakailah baju zirahmu!" Bukankah gambaran di dalam kitab Yeremia tsb lebih pas dan lebih keren? Apalagi jika disertai dengan seruan: "Hari itu ialah hari Tuhan ALLAH semesta alam, hari pembalasan untuk melakukan pembalasan kepada para lawan-Nya. Pedang akan makan sampai kenyang, dan akan puas minum darah mereka. Sebab Tuhan ALLAH semesta alam mengadakan korban penyembelihan di tanah utara, dekat sungai Efrat." (Yeremia 46:10).
Wuah pas mantap...oh ya.. kalau disertai lagu Yahudi "HASHEM MELECH" yang artinya TUHANLAH RAJA.. Wadauuw..pasti lebih afdol (tapi inget...harus ijin ama penciptanya lho...jangan asal jiplak!).

Yesus sadar, sesadar sadarnya..bahwa Ia datang bukan karena usungan partai politik dan kelompok radikal yang haus akan kekuasaan. Yesus tahu persis bahwa seruan hosana dan sanjungan raja hanyalah alat bagi kelompok radikal untuk menciptakan kekacauan dan benturan. Karena itu Ia memilih untuk menggenapi nubuatan nabi Zakharia, yang bunyinya demikian: "Bersorak-soraklah dengan nyaring, hai puteri Sion, bersorak-sorailah, hai puteri Yerusalem! Lihat, rajamu datang kepadamu; ia adil dan jaya. Ia lemah lembut dan mengendarai seekor keledai, seekor keledai beban yang muda.
Ia akan melenyapkan kereta-kereta dari Efraim dan kuda-kuda dari Yerusalem; busur perang akan dilenyapkan, dan ia akan memberitakan damai kepada bangsa-bangsa. Wilayah kekuasaannya akan terbentang dari laut sampai ke laut dan dari sungai Efrat sampai ke ujung-ujung bumi." (Zakharia 9:9-10).

Yesus hadir dan memasuki Yerusalem dengan pesan yang sangat jelas. Ia bukan raja orbitan yang asal jiplak sana dan jiplak sini..obral janji itu dan ini. Yesus hadir dengan pesan damai kepada bangsa bangsa. Ia akan melenyapkan keangkuhan kereta kereta dari Efraim dan kuda kuda dari Yerusalem...dan mengantikannya dengan keledai beban yang muda. Sungguh gambaran yang sangatlah kontroversial. Bagi Yesus keselamatan dan kedamaian tidak akan muncul dari kekerasan dan ambisi kekuasaan, melainkan akan muncul dalam kelemahlebutan dan perdamian. Yesus hadir dengan pesan pelayanan yang jelas. Ia hadir kedunia untuk menjadi rendah, mengosongkan diri dan mengambil rupa hamba..guna melayani manusia... bukan menjadi alatnya kelompok sumbu pendek  yang menghalalkan segala cara demi kekuasaan.

Saudara...memasuki pekan suci ini, kita perlu merenungkan gambar Yesus yang ditampilkan dalam sosok hamba yang sederhana dan siap menderita ini. Gereja harus tetap memjadi Gereja yang membawa pesan damai dati Allah. Gereja jangan (malah) menjadi tunggangan kepentingan politik praktis tertentu guna mendulang dukungan di pilkada nanti. Tentu umat Gereja harus mengambil pilihan dukungan..karena itu pilihlah pemimpin yang jelas membawa pesan damai...dan bukan yang punya agenda kekuasaan dan kekerasan yang tersembunyi dibalik senyuman.

Ingat..seruan dan pujian HASHEM MELECH yang artinya TUHANLAH RAJA...hanya ditujukan kepada TUHAN yang mau menjadi manusia dan bukan untuk manusia yang bernafsu menjadi Tuhan.


TAD

Renungan Mezbah Keluarga #17D08

Bacaan: Matius 21:1-11

Minggu ini kita memasuki minggu Palmarum, yakni saat dimana Yesus memasuki Yerusalem dan di elu elukan sebagai Mesias: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama TUHAN, Hosana ditempat yang maha tinggi.”

Ada 3 kelompok yang serentak menyerukan: "Hosana bagi Anak Daud..! Diberkatilah Dia yg datang dalam nama TUHAN." Mari kita perhatikan masing masing kelompok:

Pertama, kelompok Zelot.
Mereka adalah sekumpulan orang Yahudi garis keras, yg melakukan perjuangan mengangkat senjata demi kemerdekaan Israel dari penjajahan Romawi. Mereka berteriak Hossna karena mengharapan ada momentum perubahan sosial politik melalui Yesus, Sang Mesias.

Kedua, kelompok Farisi.
Perjuangan Zelot dan Farisi sesungguhnya sama, yakni pemurnian agama (bangsa) Yahudi. Hanya saja kelompok Farisi berjuang lewat pengajaran di bait Allah. Mungkin Yesus memang benar sang Mesias itu....atau Mesias bukanlah hadir lewat satu sosok pribadi, melainkan kesadaran sebagai sebuah bangsa. Bukankah gambaran hamba yang menderita dalam nubuatan di kitab Yesaya bisa jadi adalah nubuatan tentang Israel sebagai satu bangsa?

Ketiga, kelompok orang orang yg dekat dengan Yesus, yakni ibu dan murid muridNya. 

Ya, mereka adalah suara rakyat jelata yang berharap adanya perubahan hidup yang nyata. Karena itu wajarlah jika mereka sangat gembira jika Yesus disambut dan dielu elukan sebagai raja.

Bagaimana dengan Yesus sendiri? Bagaimana Ia merespon teriakan: Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yg datang dalam nama Tuhan!" Bukankah baru pertama kali ini semua orang bisa bersatu kompak ingin menjadikanNya raja? Bukankah ini kesempatan yang istimewa dan langka?

Ah...jika Yesus itu calon Gubernur, pastilah dukungan semua kolompok sangat diperhitungkan. Sebab elektabilitasnya sangat tinggi, personality dan kompetensinya tidak diragukan lagi. Tetapi Yesus is Yesus. Dia tahu persis bahwa setiap dukungan pasti memuat harapan. Ada "kontrak politik" disetiap dukungan. Tidak ada "makan siang gratis" bagi tawaran kursi jabatan. Disinilah cobaan dipadang gurun terulang lagi. Bukankah saat itu Iblis berkata bahwa ia akan datang kembali jika saatnya tepat?

Iblis kini benar benar kembali mencobai Yesus. Jika yang pertama iblis hadir saat Yesus haus dan lapar secara fisik, disaat yang kedua ini iblis hadir saat Yesus haus dan lapar secara emosional. Siapapun yang ada di puncak "kelaparan ego" untuk aktualisasi diri pasti akan mudah jatuh jika mendapati tawaran menjadi raja dan sanjungan hosana di tampat maha tinggi.

Yesus kembali bergumul hebat...
JalanNya kini tinggal dua: jalan kemuliaan atau jalan kematian. Jika Ia mau "teken" kontrak politik dengan iblis maka kemuliaan sebagai raja dunia sudah terpampang didepan mata. Tetapi jika Ia menolak kontrak politik dengan iblis maka kematianlah yang akan dijalaniNya.

Pada pencobaan yang kedua ini, Yesus kembali teguh pada Firman dan kehendak BAPA. Ia memasuki Yerusalem dengan keledai tunggangan yang muda. Ia siap dipersalahkan, dijebak, dianiaya dan disalibkan diatas Golgota. Yesus telah teken kontrak pada kehendak BAPA..bukan menjadi raja atas kehendak dunia...melainkan menjadi raja dengan cara Surga.

Yesus tetap menjaga langkah kakiNya agar tetap sinkron dengan perkataanNya "...sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku (Yohanes 8:42). Karena itu Yesus kembali menegaskan:  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. (Yohanes 4:34).

Wow.... Yesus menang justru saat Dia memilih jalan yang sama dengan yang pernah dipilihNya saat pencobaan di padang gurun, yakni jalan kepatuhan pada Firman. Baik saat sendiri di padang gurun atau saat ribuan orang menyambutNya di gerbang Yerusalem.. Yesus tetap memilih jalan yang sama, yakni jalan kepatuhan Firman. Sebab di jalan Firman itulah kehidupan dan kemuliaan yang sejati dinyatakan...

bukan oleh rancangan manusia, tetapi oleh kehendak Sang BAPA..

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17D07

Bacaan: Roma 1:18-22

Dalam percakapan dengan beberapa teman perihal pelayanan Gereja di Semarang kemarin, kami mengibaratkan Gereja itu seperti rumah..dan Pendeta atau Majelis adalah "penjaga"nya. Siapa pemilik rumah itu? Tentu saja Tuhan Yesus.

Pemilik rumah tentu akan sangat senang apabila para penjaga itu bekerja (sama) dengan baik untuk membersihkan dan menjaga rumah tsb. Bayangkan saja jika rumah itu setelah 6 bulan ditinggal, bukannya bertambah baik..eh malah menjadi kumuh. Cat tembok mulai terkelupas disana sini..atap bocor, dan lantai tak tersapu bersih. Puntung rokok berserakan diatas meja tamu, piring dan gelas kotor tertumpuk di dapur hingga mulai berjamur.. Pendek kata ketika sang tuan rumah itu datang dan melihat rumahnya, ia menjadi kecewa dan marah. Ketika ia memanggil para penjaga satu persatu..maka para penjaga itu saling melempar alasan dengan mengatakan bahwa job descrition nya tidak jelas. Perlu dibuatkan aturan baru siapa mengerjakan apa. Sebab tukang jaga rumah menolak untuk ikut menyapu lantai karena bukan tugasnya. Sementara yang lain juga menolak membersihkan piring gelas karena bukan dia yang memakai. Alasan sabun habis, sapu "brodol", mesin cuci mati dll. Lalu akhirnya salah satu jubir para penjaga rumah berkata: "pak..kami mau membersihkan, tetapi rumah ini terlalu besar... seharusnya ada tambahan tenaga lagi. Sebab kalau rumah mau bersih harus ada tukang sapu kebon, ada tukang listrik..dan tukang kayu....atau paling tidak ada tambahan gaji lembur untuk itu."

Kira kira jika Anda yang menjadi pemilik rumah tsb? Apakah Anda bisa menerima alasan dan keluhan dari para penjaga yang Anda pekerjakan? Dan apa yang akan Anda katakan kepada mereka?

Sementara pemilik rumah itu punya juga rumah yang kedua. Disana juga ada penjaga penjaganya. Hanya yang di rumah ini, para penjaga nampak antusias bekerja (sama). Rumah kelihatan rapi dan bersih.. rumput halaman terpotong rapi...tanaman tumbuh subur dengan tanah tanah yang diolah. Ketika masuk ke dalam rumah..gorden nampak bersih tak berdebu...lantai mengkilap. Perabotan tertata rapi ditempatnya...piring dan gelas juga bersih tertata rapi. Saat tuan pemilik rumah itu bertanya apakah sapu dan peralatan rumah tangga ada yang rusak? Maka mereka menjawab, sapu memang sudah "brodol", tapi bisa diikat dan dipakai dengan baik. Atap yang bocor sudah dipanggilkan tukang dan sudah dibetulkan. Sabun cuci yang habis sudah dibelikan. Mesin pemotong rumput yang pisaunya tumpul sudah diasah. Ketika sang tuan bertanya berapa ongkos yang harus dia ganti...maka para penjaga itu mengatakan tidak usah diganti..karena tidak besar..dan mereka malah mengatakan kalau tuamnya sudah terlalu baik kepada mereka. Demikian salah seorang penjaga itu berujar: "Boleh tinggal dan melayani tuan adalah kebanggan bagi kami...sebab kalau kami ingat, siapakah kami ini? Dulu kami adalah anak anak jalanan yang tidak memiliki keluarga dan rumah. Kami telah diambil oleh tuan dan disekolahkan dengan baik. Kami diberi pekerjaan untuk menjaga rumah tuan dengan gaji yang layak bahkan berkecukupan. Oleh karena itu alangkah tidak berbudinya kami jika tidak membalas kebaikan tuan dengan bekerja dan memberikan yang terbaik bagi tuan. Apa yang kami berikan itu tidak seberapa dibandingkan dengan apa yang tuan telah berikan kepada kami. Jadi tuan tidak perlu mengganti uang kami untuk sabun, sapu atau biaya perbaikan atap. Apa yang kami berikan itu sesungguhnya jg demi kebaikan kami juga."

Kira kira kalau Anda jadi tuan atas penjaga penjaga yang demikian itu, apa yang Anda akan katakan? Apa yang akan Anda lakukan?

Nah sekarang...
refleksikan kedua contoh kisah tsb diatas dengan pelayanan Gereja. Renungkan secara mendalam dan kalau boleh jawab dengan jujur Anda ada di posisi yang mana? Penjaga di rumah yang pertama? Atau penjaga di rumah yang kedua?
 

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17D06

Bacaan: Lukas 21: 5-19

Keempat, jalan kemuridan itu melahirkan cinta yang radikal baik kepada Tuhan demikian pula dengan sesamanya. Tuhan Yesus mengajarkan kepada murid muridNya hukum kasih kepada Allah dan sesama sebagai hukum yang utama dan yang terutama dalam kehidupan, lebih dari soal kebenaran dan keadilan. Apalah artinya ketaatan pada "kebenaran Taurat" jika hal itu malah membuat manusia menjadi hakim bagi sesamanya. Banyak konflik terjadi didalam Gereja justru ketika "keadilan hukum Musa" diberlakukan, sehingga umat terjebak dalam lingkaran kekerasan yang turun temurun.

Bagi Yesus, kebenaran dan keadilan itu penting, hukum Taurat Musa tidak hendak dihapuskan setitik iotapun. Namun jalan kemuridan adalah jalan cinta yang mengajak kita memasuki tahap yang lebih tinggi daripada sekedar hukum kebenaran dan keadilan. Karena itu Yesus berkata:
"Kamu telah mendengar firman: Mata ganti mata dan gigi ganti gigi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Janganlah kamu melawan orang yang berbuat jahat kepadamu, melainkan siapa pun yang menampar pipi kananmu, berilah juga kepadanya pipi kirimu. Dan kepada orang yang hendak mengadukan engkau karena mengingini bajumu, serahkanlah juga jubahmu. Dan siapa pun yang memaksa engkau berjalan sejauh satu mil, berjalanlah bersama dia sejauh dua mil. Berilah kepada orang yang meminta kepadamu dan janganlah menolak orang yang mau meminjam dari padamu. Kamu telah mendengar firman: Kasihilah sesamamu manusia dan bencilah musuhmu. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kasihilah musuhmu dan berdoalah bagi mereka yang menganiaya kamu. Karena dengan demikianlah kamu menjadi anak-anak Bapamu yang di sorga, yang menerbitkan matahari bagi orang yang jahat dan orang yang baik dan menurunkan hujan bagi orang yang benar dan orang yang tidak benar." (Matius 5:38-45).

Itulah jalan kemuridan.. jalan cinta yang radikal. Jalan yang akan membuat wajah Gereja tampil dalam sisi sisi lembut kemanusiaan, bukan hakim penjaga kebenaran yang mengerikan..

Jadi jika boleh diringkaskan (mulai dari MK kemarin dan hati ini), ada 4 modul kurikulum Jalan Kemuridan Gereja yang seharusnya diajarkan yakni:

1. PANGGILAN.
Menjelaskan dan membimbing umat pada apa dan bagaimana panggilan Gereja dan menggereja.

2. KERAJAAN ALLAH.
Spiritualitas dan Etika Kerajaan Allah yang diajarkan oleh Yesus hendaknya menjadi ajaran utama Gereja lebih ketimbang doktrin doktrin yang kaku dan membatasi.

3. KEANGGUNAN HIDUP
Tetap tenang dan anggun dalam menghadapi pujian maupun ujian. Jangan menjadi Gereja yang alay bin lebay (untuk memenuhi trend jaman)...atau menjadi Gereja yang gugupan saat menghadapi tekanan/penderitaan.

4. CINTA YANG RADIKAL
Gereja yang telah menerima limpahan cinta yang radikal dari Kristus, harus menghidupi dan membagikannya kepada dunia. Jika ini terjadi maka dunia akan melihat bahwa Gereja sangaat berbeda dengan lembaga agama... Gereja bukan sekedar kumpulan orang percaya...TETAPI Gereja adalah Tubuh Kristus yang hadir dan menyapa dunia dengan CINTA.

CINTA yang membawa pemulihan dan kehidupan..

Amin

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17D05

Bacaan: Lukas 21: 5-19

Tidak ada jalan lain yg harus kita tempuh, sebagai Gereja, selain jalan KEMURIDAN. Yup..inilah yang Tuhan Yesus ajarkan dan persiapkan bagi Simon, Yohanes, Yakobus, Andreas dkk..termasuk juga bagi Gereja saat ini. Apa itu jalan kemuridan?

Pertama, jalan kemuridan adalah panggilan. Pangilan yg total dan radikal (artinya mengakar sampai alasan yg paling mendasar). Yesus dengan tegas berkata: "barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagiku (Matius10:38), atau: "setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah." (Luk 9:62).. "Ikutlah Aku dan biarlah orang orang mati menguburkan orang orang mati mereka." (Matius 8:22).

Kedua, jalan kemuridan berfokus pada Kerajaan Allah dan kebenarannya. Yesus berkata: "Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semuanya itu akan ditambahkan kepadamu." (Matius 6:33). Banyak orang mencari Tuhan dan menyembah Allah untuk memenuhkan kebutuhan pribadi, keselamatan pribadi dan kesenangan pribadi dan bahkan kehormatan pribadi. Karena itu agama dan hukum agama lebih banyak dipakai sebagai "pemuas" ego dan "pembenaran" kepentingan yang memusat pada kebesaran kerajaan pribadi; bukan pada Kerajaan Allah dan kebenarannya.

Ketiga, jalan kemuridan itu tetap tenang dan anggun dalam pujian maupun tekanan. Yup..memang akan ada 2 sisi kontras yang akan senantiasa menguji kematangan iman dan kemuridan kita; yakni apakah kita tetap tenang dan anggun dalam tekanan hidup yang tertubi tubi? (lihat sikap Yesus yang tenang dan anggun saat memasuki Yerusalem dengan sorakan Hosana, demikian pula saat ke Golgota dengan teriakan salibkan Dia). Dapatkah kita mengaminkan ajaran Yesus yang mengatakan: "Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga. Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu difitnahkan segala yang jahat." (Matius 5:10-11).

Sungguh... jalan kemuridan adalah jalan ketenangan dan kedamaian batin yang melampaui segala situasi dan kondisi...bahkan segala akal (Fil 4:7)

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17D04

Bacaan: Lukas 12:1-12

Dalam pelatihan "Diakonia Transformatif" kemarin di Jepara, dipaparkan bagaimana Gereja dapat membangun pelayanan diakonia yang transformatif dengan memanfaatkan apa yang ada disekitarnya. Hal ini mengingatkan percakapan kami dengan salah satu pengurus Gereja saat kami makan malam di rumahnya. Dia berkata: "pak...tidak semua pelayanan itu harus dimiliki oleh Gereja. Menurut saya, kalau memang ada orang yang sudah jelas panggilan dan dedikasinya dalam pelayanan kita dukung saja dia." Yup saya setuju dengan pendapatnya..Gereja bisa menjadi pendamping dan pendukung gerakan perubahan sosial yang sudah terjadi di masyarakat. Jadi tidak semua hal harus DIMULAI dan DIMILIKI oleh Gereja. Sebagai contoh: kalau ada orang yang telah (teruji) mengabdikan hidupnya untuk merawat dan mendidik anak anak jalanan, maka kita dukung saja pelayanan mereka. Atau kalau ada banyak pengamen yang tersebar dimana mana dan Gereja memiliki pemain pemain musik yang handal, pelatih paduan suara yang ciamik (hampir semua gereja memilikinya), maka Gereja bisa ambil bagian untuk mendampingi para pengamen jalanan tsb untuk memainkan alat musik dengan lebih baik dan atau membentuk grup musik seperti Grup Klanting yang akhirnya bisa berkompetisi di ajang bakat di tingkat Nasional. Nah itulah contoh kepedulian dan kehadiran Gereja untuk menjadi agen perubahan (transformasi) bagi lingkungannya. Yang penting adalah berani bertindak dan menjadi penggerak.

Saudara,
Sebagai komunitas tubuh Kristus, Gereja sesungguhnya (dan seharusnya) mempunyai peran RITUAL dan SOSIAL kepada masyarakat dimana Gereja itu berada. Gereja jangan hanya sibuk pada urusan RITUALnya saja. Ibadah dan aktifitas persekutuan internal yang rutin tetap dijalankan, namun peran dan ibadah SOSIAL nya jangan pula terabaikan atau diserahkan pada yayasan atau komisi yang terpinggirkan dari perhatian Gereja. Kotbah kotbah tentang disiplin rohani yang menekankan kesalehan hidup PERSONAL tetap diajarkan, tetapi juga tidak melupakan ajaran yang membangkitkan kesalehan hidup SOSIAL.

Jadi..
Apa yang sekarang harus dilakukan oleh Gereja?

  1. rumuskan ulang visi dan value Gereja dalam konteks beragaman di Indonesia.
  2. petakan apa kebutuhan dan potensi kekuatan Gereja dan juga kebutuhan dan potensi masyarakat yang menjadi lokus dimana Gereja berada.
  3. rumuskan peran dan pesan Gereja dalam mendampingi kelompok dan komunitas yang ada dimasyarakat, yang memiliki potensi perubahan nilai & culture hidup yang lebih baik dan berdampak.
  4. kerjakan bagian kita dengan gembira sambil membuka diri pada transformasi spiritual yang akan Tuhan kerjakan bagi Gereja. Ingat perubahan yang paling nyata pertama tama justru akan dirasakan oleh Gereja itu sendiri..bukan pada orang yang kita bantu/dampingi.
  5. rayakan dan tularkan karya karya transformatif kehidupan sebagai karya Tuhan bersama GerejaNya.

Wow..jika 5 hal tsb kita lakukan dengan hati yang tulus dan gembira..maka karunia karunia Roh Kudus akan deras di curahkan bagi Gereja. Gereja akan menjadi Gereja yang menjalankan peran dan pesan RITUAL dan SOSIAL nya. Dan....Gereja akan terasakan hadirnya sebagai GARAM dan TERANG dunia... bukan RAGI orang Farisi


TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17D03

Bacaan: Lukas 12:1-12

Hari Sabtu lalu kita sudah membahas  GEREJA yang kebanyakan "tidur" dan "nyaman" diaktifitas kedalamnya akan semakin merosot kualitas persekutuan dan pelayanannya. Otot otot rohaninya akan mengendor..tertutup lemak, daya tahannya menurun, mudah stress dan alih alih mencari Firman dan kehendak Allah, Gereja malah mencari kenyamanan pada makanan makanan yang tidak sehat (ajaran yang menina bobokkan).

Tentu Tuhan Yesus, Sang Kepala Gereja tidak menginginkan tubuhNya menjadi makin melemah. Oleh karena itu Ia ijinkan agar Gereja mengalami 2 ujian (internal maupun eksternal):

Pertama, ragi orang Farisi.
Ujian ini adalah ujian internal, yakni sebuah keributan yang disebabkan oleh ukuran benar dan salah, haram dan halal yang banyak diributkan didalam Gereja itu sendiri. Di gereja akan muncul "orang orang Farisi" yang suka menghakimi orang lain. Mulai dari soal ibadah sampai soal pakaian diributkan. Pendek kata ada saja yang salah baik yang lakukan oleh pendeta, manjelis sampai koster Gereja. Orang orang yang seperti itu akan memakan energi yang banyak dan bahkan seperti duri dalam daging yang melukai tubuh Gereja. Hasilnya adalah sakit hati, keengganan untuk terlibat dan kehidupan persekutuan menjadi suam suam kuku. Orang akan lebih suka memperhatikan hukum dan tata aturan ketimbang merayakan kegembiraan hidup bersama sebagai komunitas tubuh Kristus. Jika Gereja bisa melewati ragi Farisi ini..maka Gereja akan mengalami pertumbuhan spiritualitas yang baik...jika tidak, maka Gereja akan menjadi "gantang" yang meredupkan Firman ketimbang kaki dian yang membantu terangnya nyala pelita Firman.

Kedua, tekanan dunia.
Tekanan eskternal terhadap Gereja ini juga Tuhan ijinkan terjadi pada Gereja. Tuhan ijinkan tekanan dan ancaman dialami oleh Gereja untuk menguji ketangguhan iman, persekutuan dan pelayanan Gereja. Dari siapa ancaman dan tekanan tsb? Ayat 11 mengatakan bahwa Gereja akan dihadapkan pada majelis majelis (agama), pemerintah pemerintah dan penguasa penguasa dunia. Mungkin ada yang berkata bahwa bukankan pemerintah sekarang ini sudah lebih baik dari sebelumnya. Sehingga di Indonesia tekanan dan ancaman terhadap Gereja berkurang banyak. Ooooh kami setuju dengan hal itu, tetapi akan tiba waktunya dimana tekanan dan penderitaan yang berat itu akan dialami oleh Gereja. Jika saat itu tiba, dan Gereja benar bemar diuji kesetiaan dan imanya, apakah kita siap dan tetap kuat?

Tentulah atas ujian internal maupun eksternal, Tuhan Yesus tidak akan tinggal diam. Ia pasti akan menolong GerejaNya. Yup...itulah yang dikatakan sendiri oleh Tuhan Yesus..agar Gereja tidak perlu takut, jika saat itu tiba. Janganlah takut kepada mereka yang bisa membunuh tubuh, tetapi tidak berkuasa atas jiwa dan roh kita setelah kematian tsb. Takutlah kepada Allah yang berkuasa atas hidup baik saat ini maupun nanti dalam kehidupan kekal.


Saudara,
Semua ujian itu baik..dan kita diuji tidak melebihi kekuatan kita untuk menanggungnya. Karena itu ayuuk..mari kita melatih diri kita untuk menjadi makin kuat dan sehat dalam persekutuan dan pelayanan Gereja. Jika untuk tubuh jasmani yang terbatas saja kita harus melatihnya sedemikian rupa dan menjagainya dengan makanan yang berkualitas...apalagi dengan tubuh rohani yang adalah Gereja.. Tubuh rohani Gereja harus ditata dalam truth, worship, fellowship dan service yang total dan optimal. Truth berbicara mengenai pendalaman iman melalui Firman dan hanya kebenaran Firman. Worship berbicara mengenai penyembahan dalam roh dan kebenaran. Fellowship berbicara mengenai intimasi relasi baik dengan Allah maupun dengan sesama. Dan Service berbicara mengenai pelayanan yang dilakukan oleh Gereja kepada lingkungannya.

Jadi melalui 4 latihan rohani tsb kita akan bersama sama melatih otot otot spiritualitas kemuridan Gereja, agar semakin kuat dan tangguh menghadapi tantangan baik internal maupun eksternal.

 Amin.


TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17D01

Bacaan: Lukas 11:1-12

Gereja adalah tubuh Kristus didunia ini. Nah, sebagai tubuh (layaknya tubuh kita), Gereja juga bisa mengalami keletihan dan kelesuan. Pertanyaannya sekarang; bagaimana agar Gereja tidak lemah letoy dan berbeban berat? Jawabnya: terus bekerja..dan bekerja..dan bekerja.. untuk Injil Kerajaan Allah. Sebab ketika kita berhenti bekerja bagi Tuhan..maka Gereja akan makin lemah dan lelah.

Dalam video clip yang berjudul: "What happens to your body when you stop working out," dijelaskan bahwa tubuh menjadi makin lemah dan lelah apabila:

1. Kebanyakan tidur.
Banyak orang yang tidurnya tidak berkualitas, karena kebanyakan tidur dan tubuhnya kurang gerak. 

2. Timbunan lemak.
Dalam satu minggu saja kita tdk bergerak atau berolahraga, maka otot2 kita kehilangan kemampuannya untuk membakar lemak dan metabolisme tubuh akan melambat. Akibatnya timbunan lemak akan makin bertambah..dan bertambah.

3. Otot akan melemah.
Penelitin menunjukkan setelah 2 minggu tdk bekerja, otot otot kita akan mengkerut dan melemah.

4. Daya tahan tubuh melemah.
Dalam 2 minggu kita tdk bekerja dan kurang gerak, maka daya tahan tubuh kita akan melemah sampai 20 persen.

5. Mudah stress.
Tubuh yang kurang gerak, akan menimbulkan emosi yang labil dan mudah stress. Karena olah raga/bekerja itu sesungguhnya membantu tubuh melepaskan endorpin.

6. Mencari kenyamanan pada makanan.
Kekurangan emosi yg positif akan ditutup dengan mencari "kenyamanan" pada ngemil roti atau junk food.

7. Kemampuan menurun drastis.
Kemampuan untuk menumbuhkan sel sel otak menjadi menurun, anda menjadi makin males dan cenderung mencari "gua" untuk bersembunyi.

Nah...itulah yang banyak terjadi saat ini dengan GEREJA sebagai tubuh Kristus.. Gereja yang kebanyakan "tidur" dan "nyaman" diaktifitas kedalamnya, akan semakin merosot kualitas persekutuan dan pelayanannya. Otot otot rohaninya akan mengendor..tertutup lemak, sehingga yang dicari hanya kenyamanan pada makanan makanan yang tidak sehat (yang menina bobokkan), ketimbang makanan yang keras mengajar dan mengajak untuk praktek Firman.

Karena itu, ayuuuk segeralah bangkit..keluar, lakukan aktifitas pelayanan Firman yang membangun kehidupan. Yesus berkata: waspadalah terhadap ragi orang Farisi yang hanya mau meributkan soal haram halal. Jangan takut pada ancaman ancaman yang memandulkan aktifitas pelayanan Gereja. Bergerak dan berkaryalah dijalan kebajikan TUHAN, baik didalam gedung Gereja maupun dikehidupan nyata...

sebab itulah yg akan memberikan kesegaran dan kekuatan pada tubuh Kristus yang adalah GEREJA.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C31

Bacaan: Matius 13:44-46

Lawatan Kerajaan Allah itu bukan  konsep diawang awang yg sulit untuk dijelaskan. Sebaliknya, orang yg telah mengalami kebenaran Kerajaan Allah akan mengalami perubahan hidup yg ditandai dgn DAMAI SEJAHTERA dan SUKACITA yang meluap luap. Ia bahkan rela meninggalkan apapun yang dipunyainya demi Kerajaan Allah. Apa yang dulunya dianggap utama dan yang dibanggakan dimana mana, kini ditinggalkan demi damai sejahtera dan sukacita Kerajaan Allah.

Rasul Paulus yg pernah mengalami lawatan keselamatan dan kebenaran Kerajaan Allah, berkata: "Tetapi apa yang dahulu merupakan keuntungan bagiku, sekarang kuanggap rugi karena Kristus. Malahan segala sesuatu kuanggap rugi, karena pengenalan akan Kristus Yesus, Tuhanku, lebih mulia dari pada semuanya (Fil 3:7-8). Sebenarnya apa yg dahulu dianggap mulia, jika dibandingkan dengan kemuliaan yg mengatasi segala sesuatu ini, sama sekali tidak mempunyai arti. Sebab, jika yg pudar itu disertai dengan kemuliaan, betapa lebihnya lagi yg tidak pudar itu disertai kemuliaan." (II Kor 3:10-11).

Wow!!! Luar biasa bukan? Oleh sebab itu Tuhan Yesus memberikan penggambaran Kerajaan Allah seperti harta terpendam yang sangat berharga. Apabila ditemukan maka cara pandang, cara hidup dan prioritas hidupnya akan berubah.

"Hal Kerajaan Sorga itu seumpama harta yang terpendam di ladang, yang ditemukan orang, lalu dipendamkannya lagi. Oleh sebab sukacitanya pergilah ia menjual seluruh miliknya lalu membeli ladang itu. Demikian pula hal Kerajaan Sorga itu seumpama seorang pedagang yang mencari mutiara yang indah. Setelah ditemukannya mutiara yang sangat berharga, ia pun pergi menjual seluruh miliknya lalu membeli mutiara itu." (Mat 13:44-46)

R.U.  Darby, seorang wiraniaga asuransi paling sukses di Amerika, mengisahkan pamannya pernah gagal dalam perburuan emas, hanya karena ia berhenti menggali..padahal bongkahan emas yg dicari tinggal berjarak tiga kaki. Awalnya sang paman menemukan satu lahan tanah yg mengandung emas, di Colorado. Ia kemudian membeli beberapa truk dan alat penggali dengan berhutang kepada sanak saudara dan tetangga. Truk pertama yg dikirimkan ke peleburan menunjukkan bahwa dibongkahan tanah tsb ditemukan "urat emas". Namun saat mereka menggali lebih dalam, ternyata urat emas itu hilang, tidak ada lagi. Mereka menggali dan terus menggali, namun tak mendapati urat emas lagi.

Akhirnya, mereka memutuskan untuk berhenti dan menjual peralatan mereka pd tukang loak dengan beberapa ratus dollar. Umumnya tukang loak adalah orang bodoh, kecuali yg satu ini. Ia memanggil seorang insinyur pertambangan untuk memeriksa tambang tsb. Insinyur menyimpulkan bahwa pekerjaan ini gagal karena pemilik tidak akrab dengan garis patahan. Perhitungan menunjukkan bahwa "urat emas" tsb akan ditemukan lagi tiga kaki dari lokasi keluarga Darby berhenti menggali. Bayangkan cuma tinggal 3 kaki penggalian lagi...!!

Si tukang loak memperoleh harta terpendam yang bernilai jutaan dollar dari biji emas di tambang tsb, karena ia mencari pendapat ahli sebelum menyerah...dan ia menggali lagi...dan lagi..dan lagi....! Sedangkan paman Darby harus membayar hutang hutangnya bertahun tahun kemudian..karena ia menyerah di jarak tiga kaki sebelum emas itu ditemukan.

Saudara,
Itulah gambaran Kerajaan Allah...jangan berhenti mencari dan menggali sebelum engkau mendapatkannya. Sebab Yesus sendiri mengatakan bahwa hal Kerajaan  Allah itu seperti harta yang terpendam. Barang siapa yang tekun mencarinya... pasti akan mendapatkanya. Dan mereka yang mendapatkannya akan mengalami damai sejahtera dan sukacita yang luaar biasa, karena keuntungannya melebihi perak dan hasilnya melebihi emas, ia labih berharga dari pada permata; apapun yg kau inginkan tidak dapat menyamainya (Ams 3:14-18).
Amin!

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C30

Bacaan: Matius 6:33

Mengutamakan Kerajaan Allah dan kebenarannya dalam hidup sesehari itu (harusnya) tidak sulit. Kitalah yang merumitkan diri sendiri dengan mengajukan berbagai alasan yang di mulai dengan kata "iya....TETAPI..".  "Iya saya tahu Firman Tuhan berkata demikian, TETAPI...."  Jadi diri kita sendirilah yang membuat aplikasi nilai nilai Kerajaan Allah sedemikian bertambah sulit..karena kita sendirilah yang menambahkan banyak beban. Padahal Tuhan Yesus sendiri berkata kuk yang Kupasang itu enak dan bebanKu pun ringan (Mat 11:30).
 

Suatu kali Tuhan Yesus pernah bertanya kepada imam imam kepala dan tua tua Yahudi: "Tetapi apakah pendapatmu tentang ini: Seorang mempunyai dua anak laki-laki. Ia pergi kepada anak yang sulung dan berkata: Anakku, pergi dan bekerjalah hari ini dalam kebun anggur. Jawab anak itu: Baik, bapa. Tetapi ia tidak pergi. Lalu orang itu pergi kepada anak yang kedua dan berkata demikian juga. Dan anak itu menjawab: Aku tidak mau. Tetapi kemudian ia menyesal lalu pergi juga. Siapakah di antara kedua orang itu yang melakukan kehendak ayahnya?" Jawab mereka: "Yang terakhir." Kata Yesus kepada mereka: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya pemungut-pemungut cukai dan perempuan-perempuan sundal akan mendahului kamu masuk ke dalam Kerajaan Allah." (Mat 21:28-31).

Nah, malalui kisah dan pertanyaan tersebut diatas sesungguhnya Tuhan Yesus hendak menyampaikan pesan kepada para ahli Taurat (dan juga kita) bahwa Kerajaan Allah itu diperuntukkan bagi mereka yang bersiap dan bersemangat menjadi pelaku pelaku Firman dalam kehidupan sehari hari. Dalam bahasa lain di konteks sekarang ini...: para dosen pengajar di STT atau para pendeta yang menjadi imam di Gereja bisa jadi "ketinggalan" masuk dalam Kerajaan Allah, karena banyak berteori dan berdalih. Sementara para pelacur, bromocorah, atau yang dianggap sampah masyarakat bisa mendahului masuk kedalam Kerajaan Allah oleh karena mereka bertobat, percaya dan melakukan apa yang dikehendaki  Allah dalam praktek hidup sehari hari. Itulah yang dikatakan oleh Tuhan Yesus bahwa yang terdahulu bisa menjadi terkemudian..dan yang terkemudian bisa menjadi yang terdahulu. Jadi, kembali pada pertanyaan: "Bagaimana kita mencari dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya?"

Jawabnya ada 3 hal yang harus dikerjakan sekarang ini, yakni:

Pertama, MEMULAI segala sesuatu dengan keyakinan bahwa Allah ada bersama kita dan turut bekerja dalam segala seuatu untuk mendatangkan kebaikan. Janganlah hendaknya kekuatiranmu menjadikan engkau berdalih dan menjauh dari Allah...ubah kata "ya..TETAPI" menjadi "ya...AMIN"

Kedua, MENGERJAKAN segala sesuatu dengan sukacita. Sebab Allah memberikan kepada kita roh sukacita..bukan roh ketakutan. Kalau ada hambatan dihindari, kalau ada tantangan diatasi. Jalani hidup sebagai panggilan dan pilihan untuk mewartakan kebaikan dan kebenaran Allah on your daily life.

Ketiga, MENGUCAP SYUKUR atas segala sesuatu, Mengucap syukurlah dengan roh dan akal budi (I Kor 14:15). Kalau menderita, berdoa; kalau bergembira, menyanyi. (Yak 5:13). Kerjakan bagianmu dengan sungguh sungguh..dan biarkan Allah mengerjakan bagianNya dengan ajaib.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C29

Bacaan: Matius 6:25-34

Jan Bruce, CEO Equilibrium, sistem coaching digital untuk stress, mengatakan paling tidak ada 3 alasan mengapa manusia modern lebih gampang merasakan emosi stress ketimbang bahagia.

1. Merasa Membuang Waktu
Manusia modern merasa banyak membuang waktu di jalan saat bekerja, sehingga saat menikmati makan diatas meja, mereka masih menyelesaikan pekerjaannya. Hidup modern makin sedikit memberi waktu bagi diri sendiri. Saat kita memiliki waktu pun ternyata tak bisa dimanfaatkan secara bijaksana, sehingga tidak bisa menikmati waktu yang sedikit tersebut.

2. Fokus pada Masa Depan.
Mayoritas kita menghabiskan waktu untuk memikirkan apa yg akan terjadi di masa depan, entah esok hari atau minggu depan. Padahal jika kita kehilangan momen saat ini, sebenarnya kita telah kehilangan banyak hal. Kita kehilangan keheningan jiwa untuk menyelami betapa rahmat Tuhan itu bekerja dalam kekinian. Kesusahan sehari cukuplah untuk sehari, sebab hari esok punya kesusahannya sendiri. (Mat 6:34).

3. Menutup Diri
Karena banyak tuntutan waktu, perhatian dan sumber daya kita pada pekerjaan, kita menjadi takut untuk membuka "pintu otak" kita agar tdk dibanjiri stess tambahan. Padahal terkadang kita perlu membuka diri sedikit untuk hal yg berbeda guna melepaskan ketegangan.

Lalu apa yang seharusnya kita lakukan?
Stop stress dan carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenaranNya. Caranya?

Temukan dan tentukan apa yang terpenting diantara yang mendesak desak tsb dengan membaca secara meditatif Matius 6: 25-34. Tiap pagi baca teks bacaan tersebut selama seminggu..dan biarkan ayat ayat itu menjadi makanan pada jiwa dan rohmu. Sekali lagi lakukan hal itu terus menerus selama satu minggu. Lalu Latihlah batinmu untuk merasakan kegembiraan dalam menikmati ke-KINI-an. Olahlah rasa takjub, rasa tenang dan rasa gembiramu untuk melihat karya karya Tuhan yang hadir disetiap momen hidupmu...termasuk saat engkau belajar hidup berbagi dengan sesamamu manusia.  Cobalah kerjakan semua itu dengan hati yg damai dan pikiran yg rileks..

Maka ketahuilah, bahwa hidup itu sesungguhnya indah dan menyenangkan..dan tanda tanda Kerajaan Allah akan hadir di pintu rumahmu.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C28

Bacaan: Lukas 10:25-37
 

Religiositas atau keberagamaan itu harus meliputi 3 hal yang dikerjakan secara seimbang, yakni:

Pertama, dimensi kognitif atau dogma.
Agama mengajarkan pokok pokok kebenaran yg berlandaskan pada Firman Tuhan. Benar atau salah sangat ditekankan disini. Contoh: doktrin tentang Allah, doktrin tentang manusia, doktrin tentang dosa, doktrin tentang keselamatan , doktrin tentang gereja dlsb. Dogma berisi pengajaran hukum yang tersistimatisir yang menjadi ciri khas dari agama tsb.

Kedua, dimensi ekspresif atau liturgi.
Apa yang diyakini sebagai kebenaran itu kemudian di ekpresikan dalam bentuk ibadah (sebagai ekspresi iman) dalam bentuk doa, pujian, persembahan dan penyembahan. Liturgi meliputi peranti dan simbol2 peribadahan, pemimpin ibadah dan umat yg bersama sama bersyukur dan menyembah Tuhan.

Ketiga, dimensi praktis atau etika.
Apa yang diajarkan sebagai doktrin kebenaran, yang diekspresikan dalam ibadah, harus juga dilaksanakan dalam praktek nyata di kehidupan sehari hari, khususnya dalam kehidupan bersama dengan orang lain.

Agama yang menekankan hanya produk (output) pengajaran doktrin, akan menjadikannya kaku dan mematikan. Ia menjalankan pola pengajaran top down yang absolut. Kebenaran diturunkan dari atas, dari Allah dan tidak boleh di pertanyakan. Bertanya atau menggugat kebenaran absolut dari Allah akan disebut sesat, menghujat atau menistakan hukum hukum Allah.

Agama yang hanya menekankan ekspresi ibadah, tanpa landasan pengajaran doktriner yg baik, akan menjadi liar dan sangat subyektif-emosional. Allah dijadikan obyek pemicu emosi, karena sesungguhnya yang dipuja puji adalah diri sendiri. Pengalaman dan kesaksian menjadi ukuran dari "kedahsyatan Allah". Akibatnya tidak ada runutan pengajaran yang sehat..kecuali kumpulan potongan ayat yang dipakai sebagai dukungan pembenaran terhadap kesaksian (subyektif).

Agama yang hanya menekankan dimensi etis praktisnya, tanpa landasan pengajaran (doktrin) dan ekpresi ibadah (komunitas) juga tidak bisa disebut sebagai agama. Ia lebih cocok sebagai gerakan sosial atau LSM yang memperjuangkan kepentingan kehidupan, keadilan dan kesejahteraan yang dilepaskan dari Allah dan komunitas orang percaya.

Jadi...
Agama harus menjalankan 3 hal (dimensi) tsb secara utuh dan penuh. Dan teks Lukas 10:25-37 tsb diatas mengajarkan kepada kita bahwa ketiga hal tsb harus dijalankan bersama sama secara seimbang. Imam yang menjadi simbol dan sumber pengajaran doktriner, harus bekerjasama dengan Lewi sebagai pelaksana liturgi, yang mempersiapkan seluruh kelengkapan ibadah dan memimpin jalannya ibadah, serta bekerja sama dengan orang Samaria  yang memiliki kepekaan hati dan ketrampilan tangan untuk menolong orang  yang tergeletak setengah mati dipinggir jalan. Ketiganya harus bekerja sama atau berjalan secara seimbang.

Yakobus mengatakan: "Saudara-saudaraku, sebagai orang yang beriman kepada Yesus Kristus, Tuhan kita yang mulia, janganlah iman itu kamu amalkan dengan memandang muka. Apakah gunanya, saudara-saudaraku, jika seorang mengatakan, bahwa ia mempunyai iman, padahal ia tidak mempunyai perbuatan? Dapatkah iman itu menyelamatkan dia? Jika seorang saudara atau saudari tidak mempunyai pakaian dan kekurangan makanan sehari-hari, dan seorang dari antara kamu berkata: "Selamat jalan, kenakanlah kain panas dan makanlah sampai kenyang!", tetapi ia tidak memberikan kepadanya apa yang perlu bagi tubuhnya, apakah gunanya itu? Demikian juga halnya dengan iman: Jika iman itu tidak disertai perbuatan, maka iman itu pada hakekatnya adalah mati." (Yakobus 2:14-17).

Saudaraku..
Ayuuk..mulai saat ini, kita sama sama belajar menjadi pribadi dan Gereja yang sehat dan utuh..baik dalam pengajaran, ibadah..demikian pula dalam praktek etis terhadap sesama.. Biarlah dunia melihat dan percaya bahwa ada keselamatan kekal yang tengah dikerjakan Allah melalui saudara dan saya...

melalui GerejaNya.
Amin.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C27

Bacaan: Lukas 10:25-37
 

Ada 3 contoh orang (golongan) yang diangkat oleh Tuhan Yesus untuk menjawab pertanyaan siapakah sesamaku manusia itu, yakni:

1. Imam
Jabatan imam adalah jabatan tertinggi dalam kehidupan beragama, karena ia menjadi penghubung antara Allah dan manusia. Ia juga menjadi acuan hukum Allah dan kehendak Allah, sekaligus wakil manusia untuk bersyafaat memohonkan belaskasihan Allah atas kehidupan umat. Oleh kerena itu, imam dipandang sebagai orang pilihan yang diatas rata rata ilmu agamanya dan juga praktek kasihnya baik kepada Allah maupun sesamanya.

2. Orang Lewi
Orang keturunan suku Lewi ini dikhususkan oleh Allah untuk merawat barang barang kudus di Bait Allah. Tugas mereka adalah mengawasi Kemah Suci, tempat hukum Allah dengan segala perabotan dan perlengkapannya; mereka harus mengangkat Kemah Suci dengan segala perabotannya; mereka harus mengurusnya dan harus berkemah di sekelilingnya. (Bil 1:49-53). Pendek kata..tanpa mereka ibadah di Bait Allah tidak akan bisa berjalan baik.


3. Orang Samaria.
Orang Samaria adalah penduduk wilayah Palestina bagian utara, yang dulunya menjadi wilayah kerajaan Israel Utara. Sejak abad ke-6 SM, ada pertentangan antaraorang-orang Samaria dengan orang-orang Yahudi, yang berlangsung hingga masa Perjanjian Baru. Pertentangan tersebut terutama disebabkan alasan etnisitas, yang mana orang-orang Yahudi menganggap orang-orang Samaria tidak berdarah Israel murni karena merupakan hasil pernikahan campur orang Yahudi dengan non-Yahudi. Selain itu, dalam hal keagamaan juga ada perbedaan di antara keduanya sehingga orang-orang Yahudi menganggap ibadah orang-orang Samaria tidaklah benar.

Namun yang menarik (tepatnya menyedihkan) sang imam dan orang Lewi  yang sering berbicara mengenai Allah dan etika bagi sesama malah pergi berlalu saja (bahkan melewati jalan lain) ketika melihat ada sesamanya yang menjadi korban perampokan, terkapar setengah mati dan sangat membutuhkan pertolongan. Malah orang Samaria yang dianggap jahat dan sesat yang justru berhenti dan menolong korban perampokan tsb, karena belas kasihan.

Orang Samaria itu membalut luka-lukanya, sesudah ia menyiraminya dengan minyak dan anggur. Kemudian ia menaikkan orang itu ke atas keledai tunggangannya sendiri lalu membawanya ke tempat penginapan dan merawatnya. Keesokan harinya ia menyerahkan dua dinar kepada pemilik penginapan itu, katanya: Rawatlah dia dan jika kaubelanjakan lebih dari ini, aku akan menggantinya, waktu aku kembali. (Lukas 10:34-35)

Lalu Yesus menjawab pertanyaan siapakah sesamaku manusia, dengan bertanya: "Siapakah di antara ketiga orang ini, menurut pendapatmu, adalah sesama manusia dari orang yang jatuh ke tangan penyamun itu?" (Lukas 10:36)

Saudara,
Etika Kerajaan Allah itu etika yang terpraktekkan dijalan kehidupan sehari hari. Bagaimana sikap kita kepada orang lain, khususnya yang lebih rendah, miskin dan membutuhkan pertolongan, menunjukkan kualitas pengenalan kita akan Allah dan hukum hukum kudusnya. Dan Gereja perlu banyak belajar keluar untuk berjalan di jalan kehidupan...agar bisa berjumpa dengan sesamanya...

sebab bukannya tidak mungkin mereka adalah wajah Yesus yang tersamar..

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C25

Bacaan: Lukas 10:25-37

Selama minggu Pra Paskah pertama sampai ketiga kita sudah membahas beberapa pokpk penting seperti: Spiritualitas Kerajaan Allah, Panggilan Kerajaan Allah dan bagaimana kita Menyambut Kepenuhan Kerajaan Allah. Nah, memasuki Minggu Pra Paskah keempat ini kita akan membahas Etika Kerajaan Allah.

Etika Kerajaan Allah yang diajarkan oleh Tuhan Yesus ini sungguh sangat praktis (dan konkret), tidak abstrak dengan pembahasan mengenai siapa Allah dan hukum hukum Allah. Ingat biasanya kalau kita berbicara mengenai etika, pasti harus dan kudu..tidak boleh tidak, memulainya dengan landasan hukum hukum Allah. Akibatnya pembahasan etika (yang berujung pada nilai baik tidak baik, boleh atau tidak boleh dilakukan) sangatlah tergantung pada imam atau orang yang memang di khususnya untuk menjadi ahli tafsir kitab atau hukum Allah tsb. Dari sinilah (tanpa disadari Etika berubah menjadi Dogma (pembenaran yang kaku dan sarat kepentingan). Coba renungkan dan bandingkan dengan apa yang terjadi akhir akhir ini diseputar Pilkada, khususnya di DKI. Bagaimana sikap etis pelayanan publik bisa berubah menjadi statemen statemen dogmatis yang berbicara soal haram halal dan masuk sorga atau tidak masuk sorga.

Nah, berbeda dengan para imam dan ahli Taurat pada waktu itu, Yesus dengan tegas mengajarkan hal Etika Kerajaan Allah bukan dari "atas" atau dari KUTIPAN ayat ayat suci tetapi dari "bawah" yakni dari APLIKASI ayat ayat suci tersebut di kehidupan nyata sehari hari. Etika Kerajaan Allah bukan dimulai dari siapakah Allahmu (sama atau tidak dengan Allahku) tetapi justru dimulai dengan pertanyaan mendasar: "Siapakah sesamaku manusia?"

Secara apik Yesus menjawab pertanyaan seorang ahli Taurat tentang bagaimana bisa mendapatkan hidup kekal atau keselamatan dalam Kerajaan Allah,  dengan pertanyaan mengenai apa hukum agama yang paling tinggi. Apa yang tertulis disana dan apa yang kau baca dari padanya? KASIH adalah jawabannya. Yup itu benar..kasih kepada Allah dan kasih kepada sesama adalah inti dari ajaran semua agama di dunia ini. Tidak ada yang salah dan tidak ada yang perlu dikoreksi dari padanya. Yang diperlukan sekarang hanyalah bagaimana praktek hidup etis untuk memenuhkan tuntutan hukum agama tersebut..bukan sekedar pengetahuan, tafsiran, statemen atau fatwa.

Kebanyakan pemimpin agama itu fasih berbicara mengenai hukum Allah, apa yang benar dan yang salah, apa yang baik dan tidak; tetapi (justru) gagap dan tidak tahu siapakah sesamanya manusia. Ironis bukan? Kita atau Gereja juga teramat sering berbicara tentang Allah dan hukum hukumNya (dogma keselamatan) tetapi gagap jika ditanya mengenai etika, apa yang sudah kita buat bagi sesama? Ya buat sesama yang ada diluar tembok Gereja (bukan hanya yg ada di dalam Gereja)...sesama yang membutuhkan pertolongan, sesama yang setengah mati melanjutkan hidup di dunia ini. Bayangkan saat mereka membutuhkan pertolongan nyata untuk melanjutkan kehidupan di dunia ini (yang setengah mati)..eeh kita malah asyik masyuk berceramah mengenai hidup kekal di Sorga nanti dengan pendekatan dogmatis dan bukan etis. Apakah ini tepat? Dan menjawab kebutuhan? Apakah ini yang dikehendaki oleh Tuhan Yesus?

Tentulah pendekatan dogmatis harus diikuti dengan praktek etis. Jika tidak maka agama dan ajarannya tak bermakna apa apa. Injil Lukas sengaja mencatat  kisah ini untuk mengingatkan kita dan Gereja akan panggilan etis Gereja buat sesamanya. Mari kita mulai belajar kembali berteologi dan beretika secara beriringan...
 

dan semuanya itu bisa dikerjakan jika kita memulainya dengan Etika Kerajaan Allah.
Etika yang dari bawah.
Etika yang menjawab pertanyaan  "siapakah sesamamu manusia?"

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C24

Bacaan: Matius 25:1-46

Membaca dan mengupas Injil Matius 25 akan senantiasa menarik (walau telah berulang kali kita membaca dan merenungkannya). Mengapa menarik? Karena bacaan tsb mengingatkan kita akan 3 hal yang harus dikerjakan dan dipertanggungjawabkan (oleh kita dan Gereja) untuk menyambut kepenuhan Kerajaan Allah di bumi seperti di Sorga. Tiga hal tersebut ialah BERJAGA, BERKARYA dan BERBELARASA. Mari kita telaah satu persatu;

Pertama, BERJAGA.
Berjaga jagalah senantiasa sebab kita tidak tahu kapan hari dan saatnya dimana Yesus Sang Raja akan datang untuk kedua kalinya. Oleh karena itu jadilah seperti gadis gadis yang bijaksana yang senantiasa menjaga minyaknya agar pelitanya tidak padam. Minyak melambangkan roh kita yg harus dijaga nyalanya secara bijaksana. Hidup jangan diboroskan untuk hal hal duniawi saja. Harus ada alokasi waktu dan spirit secara bijaksana dan disiplin untuk menantikan kedatanganNYA.

Kedua, BERKARYA.
Dalam menantikan kedatanganNya, kita harus tetap mengerjakan bagian (tanggungjawab) hidup kita dengan total dan optimal. Jangan malas! Ingat, TUHAN sudah mempercayakan talenta, kompetensi dan waktu dalam hidup kita, oleh karena itu kerjakan dan lipat gandakan talentamu untuk kemuliaan TUHANmu.

Ketiga, BERBELA RASA.
Kristus Sang Raja pasti datang kembali kedunia ini untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati. Sesungguhnya kedatanganNya yang pertama (peristiwa Natal) telah melatih kita untuk senantiasa terjaga. IA bisa datang dalam wujudNya yang paling sederhan dan tak disangka sangka (seorang bayi dikandang Bethlemem). Nah, kisah dalam Matius 25:31-46 juga mengindikasikan hal yg senada, dimana IA akan (dan telah) datang lewat wujud sesama yg sangat sederhana, untuk menguji belarasa kita. Apakah iman kita itu benar kongkruen, sama dan sebangun dengan apa yang kita kerjakan. Jika tidak, maka IA tak akan ragu untuk mencampakkan kita dalam kegelapan dan siksaan kekal.

Saudara,
itulah 3 pesan penting bagi kita dan Gereja di masa penantian ini, agar kita dan Gereja benar benar siap memaknai hadirNYA dalam rupa yang sederhana, dengan roh yang tetap menyala dan hati yang terjaga untuk menjadi jawaban pengharapan bagi derita sesama.

Amin.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C23

Bacaan : Matius 18:1-11
 

Teks bacaan kita mengajarkan bagaimana kita mempersiapkan diri dalam menyambut kuasa dan kepenuhan Kerajaan Allah, dengan:

Pertama, dengan bertobat dan hidup baru seperti anak kecil. Artinya penuh antusias dan kegembiraan dalam menyambut “sesuatu” yang penting dan sangat berharga dalam hidupnya.

Kedua, mendisiplin diri dengan dengan pengajaran yang sehat, yakni pengajaran yang bersumber dari Firman dan hanya Firman.

Suatu hari seorang rekan hamba Tuhan meminta ketemu untuk menanyakan bagaimana solusi terhadap 3 masalah besar (dan rumit) yang tengah dihadapinya. Dan setelah kita bertemu...memang ruwet bundet semua 3 kasus dijemaat yang sedang dihadapinya, dan semuanya berkaitan dengan keinginan untuk bercerai dan bagaimana bisa menikah lagi setelah bercerai. Boleh tidak? Bisakah diberkati di gereja? Bagaimana bunyi Tata Gereja?

Maka saya ajak dia untuk tidak "bertolak sedikit ketempat lebih dalam" (untuk mengambil jarak dari kasus kasus tsb) dan mulai mengajarkan jemaat 3 prinsip pastoral penggembalaan.

Prinsip Pertama, mengajar apa yang salah sebagai slaah dan benar aebagai benar. Bisanya orang datang kepada pendeta kalau masalah sudah rumit dan minta tolong...minta SOLUSI terhadap masalahnya..bukan untuk  bertobat. Karena itu kita harus membawa orang berdosa kepada pertobatan. Sebab itulah solusinya.

Prinsip Kedua, menyadarkan bahwa dia (mereka) membutuhkan pertolongan dan pengampunan. Sebab hanya orang yang sadar bahwa dirinya sakit yang membutuhkan pertolongan dari tabib.

Prinsip Ketiga,  hadapkan umat kepada KEBENARAN Firman dan bukan PEMBENARAN masalah, dengan mencari cari celah atau jalan keluar dari tafsir Firman atau Tata Gereja. Hadapkan pada Firman dan ajak dia untuk melihat apa yang dikatakan oleh Firman Tuhan. Biarkan dia bertanya jawab dengan Firman Tuhan sendiri. Apakah yang dilakukannya itu benar menurut Firman Tuhan?

Itulah artinya hidup yang selaras dengan kebenaran Firman. Antara kebenaran Firman yang dipegang dan kebenaran hidup yang ditindakkan. Jika tangan dan kaki kita ternyata tidak sinkron dengan apa yang diajarkan oleh Firman maka "penggallah dan buanglah dia" bukan malah Firman nya yang dipenggal dan dibuang, untuk cari pembenaran dari Firman yang lainnya. Jika mata kita tidak sinkron dengan apa yang diajarkan oleh Firman, maka cukillah dia. Jangan Firmannya yang tidak dilihat atau di cungkil keluar dari Alkitab. Jika itu yang terjadi (Firmannya yang dipotong dan dicungkil) maka itu namanya PENYESATAN. Orang yang seperti itu (termasuk pendeta yang tak membawa umat pada kebenaran Firman dan lebih mencari pembenaran kasus) lebih baik diikatkan batu kilangan ke lehernya dan ditenggelamkan kedalam laut.

Jadi, mari kita belajar merendahkan diri dan mendisiplin rohani kita dengan ketat, sehingga apa yang kita ajarkan dan nasehatkan sama dan sebangun dengan KEBENARAN Firman. Sebab itulah cara yang paling tepat untuk menyambut kuasa dan pemenuhan Kerajaan Allah  di bumi seperti di Sorga. Amin.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C22

Bacaan    : Matius 18:1-11

"Pak/bu..tolong dijelaskan tentang Kerajaan Allah dong...dan apa hubungannya dengan Yesus? Soalnya dalam renungan MK banyak disinggung soal spiritualitas Kerajaan Allah dan kepenuhannya dlm diri Yesus...trims pak/bu"

Saudaraku,
Kerajaan Allah itu bukan ide baru yang diajarkan oleh Tuhan Yesus. Ajaran dan impian akan hadirnya Kerajaan Allah sudah ada di dalam Perjanjian Lama, yang kemudian diserukan kembali oleh Yohanes Pembaptis. Di dalam Perjanjian Lama, ada beberapa nas yang berbicara mengenai pengertian Kerajaan atau pemerintahan Allah (dalam bahasa Yunani: Basileia) yaitu: Mazmur 22:29, 103:19, 145:13; Daniel 4:3,25; Obaja 21; 1 Tawarikh 29:11. Di banyak bagian Alkitab PL, Allah juga disapa sebagai Raja, terutama di dalam kitab Mazmur dan Nabi Nabi.

Secara ringkas, ada 4 gambaran tentang Kerajaan Allah yang diwakili oleh 4 kelompok orang, yakni:

Pertama, kaum Zelot, yang membayangkan Kerajaan Allah sebagai pulihnya kejayaan kerajaan Daud secara politis lewat hadirnya Mesias yang menjadi penggerak dan pemersatu umat Yahudi yang terpecah pecah.

Kedua, kaum Farisi dan ahli Taurat, yang membayangkan Kerajaan Allah sebagai wilayah pemerintahan sendiri atau otonomi khusus dimana secara agama dan hukum agama bisa dipraktekkan seperti dijaman Perjanjian Lama.

Ketiga, kaum suci dari sekte Qumran, yang meneliti dari Taurat dan kitab para nabi apa yang dikatakan oleh TUHAN mengenai janji pemenuhan KerajaanNya. Dengan menguduskan diri dan menyingkir dari dunia yang jahat, mereka menantikan kedatangan Kerajaan Allah.

Keempat, inilah yang dibawa dan diajarkan oleh Yesus yang disebut Kristus itu. Kerajaan Allah yang berpusat pada pemenuhan Firman (didalam dan melalui Yesus Kristus sendiri) bukan pada terwujudnya area dan kekuasaan politik seperti jaman wangsa Daud atau otonomi khusus dimana pemerintahan dijalankan dengan hukum hukum agama Yahudi. Yesus adalah penggenapan dari imam, raja dan nabi sekaligus. Yesus sebagai nabi yang menyampaikan nubuat, sekaligus penggenapan dari isi nubuat itu sendiri. Yesus sebagai imam besar yang membawa korban penebusan dosa sekaligus anak domba yang dikorbankan. Yesus yang menyampaikan berita Kerajaan Allah sekaligus menjadi rajanya. Itulah berita Kerajaan Allah yang dijelaskan dalam kitab Injil dan keseluruhan kitab Perjanjian Baru.

Kitab Injil menjelaskan kepada kita bahwa Kerajaan Allah itu dimulai dari Firman yang menjadi daging dalam diri Yesus Kristus. Firman itulah yang hidup dan berkuasa untuk menebus manusia dari kuasa dosa dan yang akan mempersekutukan manusia dengan Firman sebagai kesatuan yang utuh dan penuh saat Kristus datang kedua kalinya. Saat inilah kita sebagai orang Kristen (pengikut Kristus) sedang menantikan dengan penuh kerinduan pemenuhan Kerajaan Allah di bumi seperti di Sorga.

Nah, sekarang pertanyaannya: "Bagaimana kita sebagai pribadi maupun Gereja mempersiapkan diri untuk menyambut kepenuhan Kerajaan Allah tersebut? Agar saat kedatangannya nanti jangan sampai didapati kita tidak siap seperti 5 gadis bodoh atau seperti hamba yang jahat dan malas?

(bersambung)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C21

Bacaan: Matius 8:18-22

Tantangan yang kedua adalah Tantangan PRIORITAS ini ditunjukkan dengan hadirnya seorang lain, yaitu salah seorang murid-Nya, yang berkata kepada-Nya: "Tuhan, izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan ayahku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati."

Wuaaah.. Sungguh berat tantangan ini. Sebab Yesus menguji prioritas dan keutamaan orang yang mau mengikutinya dikontraskan dengan kasih dan tanggungjawab pada keluarga.  Apakah Yesus tidak memperdulikan keluarga dan budaya hormat pada orang tua? Tentulah tidak. Hal ini terbukti sebelum Yesus berkata demikian kepada muridNya itu Yesus telah menyembuhkan mertua Petrus yang sakit. Jadi jelaslah bahwa Yesus sangat memperdulikan keluarga dan mengajar para muridNya untuk mengasihi dan menghormati orang tuanya. Lalu mengapa Yesus berkata: "Ikutlah Aku dan biarlah orang-orang mati menguburkan orang-orang mati."

Apa yang dikatakan oleh Yesus adalah ungkapan umum yang ingin mengatakan bahwa kematian adalah hal alamiah yang akan terjadi pada setiap orang. Hari ini engkau mengubur orang mati..besok engkau akan mati dan dikuburkan oleh orang lain. Demikian seterusnya.. Ini terjadi dari tahun ketahun..abab ke abad. Karena itu harus ada satu intervensi ilahi terhadap kematian tsb, yakni dengan memberikan jalan menuju KEHIDUPAN. Alkitab bersaksi bahwa Yesus adalah JALAN, KEBENARAN dan HIDUP (Yoh 14:6). Melalui Yesus lah orang akan menemukan jalan menuju kepada kehidupan. Jika engkau dan saya tahu akan hal itu...niscaya kita akan bersegera (meninggalkan kematian) untuk mengikuti Yesus yang hidup dan menghidupkan.

Menguburkan orang tua yang mati tentulah penting..tetapi ada sesuatu yang jauh lebih penting dari kematian, yakni KEHIDUPAN KEKAL. Dan kehidupan kekal hanya didapati jika kita percaya dan mengikut Sang Jalan, Kebenaran dan Hidup. Dengan mengikut Yesus sebagai sumber kehidupan dan mengajak orang

Renungan Mezbah Keluarga #17C20

Bacaan: Matius 8:18-22

Minggu lalu kita telaht membahas fase pertumbuhan spiritualitas Kerajaan Allah, sebagaimana yang disampaikan oleh Tuhan Yesus dihadapan ribuan orang yang mengikutiNya. Hal itu penting untuk diletakkan diawal agar orang orang yang hendak mengikutiNya harus paham betul bahwa hal Kerajaan Allah itu berbeda dengan kerajaan dunia, bahkan berbanding terbalik dengan apa yang banyak dibayangkan dan dikejar oleh bangsa bangsa.

Nah, renungan kita hari ini akan mempertajam lagi hal spiritualitas pengikut Kristus. Atas dasar landasan dan motivasi apa kita mengikutiNya? Itulah sebabnya dalam teks bacaan kita, dikisahkan Yesus sengaja mengambil "jarak" terhadap orang banyak yang mengikutiNya. Pada ayat 18 dituliskan: "Ketika Yesus melihat orang banyak mengelilingi-Nya, Ia menyuruh bertolak ke seberang". Yesus sengaja pergi menjauh menuju kesisi yang lain..atau ketempat yang berbeda (the other side) dari kumpulan (dan keinginan) orang banyak itu.  Untuk apa? Untuk memberikan ruang bagi mereka berpikir dan menguji atas motivasi dan kepentingan apa mereka mengikuti Yesus.

Yang menarik...ada datang seorang ahli Taurat dan berkata kepada-Nya: "Guru, aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Wow...! Ternyata ada seorang ahli Taurat yang masih mencari dan bahkan ikut menyeberang untuk menemukan Yesus...dan berkata aku akan mengikut Engkau..KEMANA SAJA Engkau pergi.. Sungguh tekad dan bukti usaha nyata yang luar biasa. Tetapi Yesus mengujinya lagi dengan pernyataan yang merupakan the other side dari harapan ahli Taurat itu, yakni : "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya."

Artinya...apakah dengan tidak mendapat apa apa, bahkan tidak memiliki apa apa engkau akan tetap mengikuti Yesus..kemanapun Dia pergi?? Ini adalah tantangan yang pertama harus dijawab oleh orang yang bersemangat ingin menjadi pengikut Kristus.

Renungan Mezbah Keluarga #17C18

Bacaan: Matius 5:1-12

Fase kedelapan, Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.

Jika kita sudah melewati tahap kesatu sampai ketujuh, maka tidak akan ada penderitaan, ancaman, penganiayaan atau pembunuhan yang bisa menyurutkan langkah kita untuk mengabarkan Injil Kerajaan Allah dan kebenaranNya.

Rasul Paulus menyebut orang yg sudah sampai ke fase ini sebagai orang lebih dari pemenang. Kepada jemaat di Roma yg banyak menghadapi tekanan, fitnah dan aniaya, Paulus berkata: "Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, atau kuasa-kuasa, baik yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita." (Roma 8:37-39).

Dan saat rasul Paulus sendiri ditangkap dan dipenjarakan di Roma ia tetap konsisten dengan iman percayanya. Ia menuliskan surat kepada jemaat di Filipi: "Sebab yang sangat kurindukan dan kuharapkan ialah bahwa aku dalam segala hal tidak akan beroleh malu, melainkan seperti sediakala, demikian pun sekarang, Kristus dengan nyata dimuliakan di dalam tubuhku, baik oleh hidupku, maupun oleh matiku. Karena bagiku hidup adalah Kristus dan mati adalah keuntungan." (Fil 1:20-21) Sebab yang kukehendaki ialah mengenal Dia dan kuasa kebangkitan-Nya dan persekutuan dalam penderitaan-Nya, di mana aku menjadi serupa dengan Dia dalam kematian-Nya, supaya aku akhirnya beroleh kebangkitan dari antara orang mati." (Fil 3:10-11)

Wow...inilah puncak spiritualitas para pengikut Kristus. Bukan untuk kesombongan, tetapi untuk menyatakan betapa dahsyatnya kuasa yg ternyata bekerja didalam kita, yang dikerjakan oleh Roh Kudus (I Tes 1:6)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C17

Bacaan: Matius 5:1-12

Fase ketujuh, Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.

Mother Theresa berkata: "we do not need guns and bombs to bring peace, we need love and compassion".. Tetapi mungkin ada akan berkata: "wuah itu mah susah... Bagaimanapun kita tetap perlu senjata dan kekuatan agar bisa tercipta keamanan dan perdamaian. Mosok polisi dan tentara dipersenjatai dengan bunga dan bukan senjata api? Yang benar aja.... Kebatilan kalau tidak dilawan (dikerasi) ya nanti malah sewenang wenang." Pemikiran yg seperti ini memang dipandang lebih "logis" dan "solutif"...ketimbang ajaran Yesus untuk melawan kejahatan dengan kasih dan kelemah lembutan.

Jika demikian, apakah Firman Tuhan keliru atau mother Theresa hanya berteori dengan permainan kata semata? Tentu tidak. Sebab disini kita berbicara mengenai etika dan spiritualititas Kerajaan Allah yang diperuntukkan bagi anak anak Allah. Yesus berkata: "Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah"..atau dengan kata lain berlaku pula sebaliknya; "jika engkau menyebut dirimu anak anak Allah maka jadilah pembawa damai."

Saudara,
Ketidak-mampuan kita membawa damai itu bukan karena tantangan (kejahatan) di luar sana teralu besar, melainkan karena kita telah melupakan bahwa kita itu sesungguhnya punya kuasa sebagai anak anak Allah yang saling memperhatikan. Mother Theresa berkata: "if we have no peace it's because we have forgotten that we belong each other."

Itulah spirituaitas yang selama ini kita abaikan...spiritualitas yang sesungguhnya sangat simple yakni: bersedia MENJADI SESAMA bagi orang lain. Karena itu ada 3 hal dalam hidup ini yang sangat penting yang harus dilakukan oleh anak anak Allah dalam membawa perdamaian, Pertama; jadilah orang yang baik. Kedua; jadilah orang yang baik dan Ketiga; jadilah orang yang baik.

dan serahkan kepada Allah untuk mengerjakan selebihnya..

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C16

Bacaan: Matius 5:1-12

"Pak orang yang suci hatinya itu seperti apa? Sedalam dalamnya laut dapat diduga, tetapi dalamnya hati siapa yang tahu? Saya pernah alamin sediri pak... hmm..orangnya santun, ngomongnya banyak bertaburan ayat ayat suci..pokoknya  tampilannya wuiih..saleh banget. Tapi duit saya dikemplang dibawa kabuur... Trus gimana kita bisa tahu orang itu suci hatinya?

Saudara,
Itu adalah respon seorang teman terhadap MK kita kemarin. Apa yang dikatakannya itu ada (banyak) benarnya...sebab kita memang tidak bisa tahu persis ukuran hati suci itu seperti apa? Karena itu orang bisa (dengan mudah) tertipu dengan tampilan pakaian agamis tertentu yang seolah menggambarkan tingkat kesalehan padahal hati dan prilakunya jauh panggang dari api.

Pemazmur berkata: "Siapakah yang boleh naik ke atas gunung TUHAN? Siapakah yang boleh berdiri di tempat-Nya yang kudus?"
"Orang yang bersih tangannya dan murni hatinya, yang tidak menyerahkan dirinya kepada penipuan, dan yang tidak bersumpah palsu. Dialah yang akan menerima berkat dari TUHAN dan keadilan dari Allah yang menyelamatkan dia." (Mazmur 24:3-5)

Jadi menurut Alkitab suci hati itu TIDAK diukur dari tampilan pakaiannya, atau fasihnya berbicara atas nama agama, melainkan orang yg teruji tangannya tak bercela, yang murni dan teruji niatnya....sinkron antara apa yang dikatakan dengan yang ditindakkan, tidak mencla mencle, ngeles apalagi menipu demi mendapatkan keuntungan dan dukungan.. dan ini yang paing penting: tidak memanipuasi agama untuk kepentingan diri sendiri...dengan berani bersumpah palsu...

Firman Tuhan berkata: "Bagi orang suci semuanya suci; tetapi bagi orang najis dan bagi orang tidak beriman suatu pun tidak ada yang suci, karena baik akal maupun suara hati mereka najis. Mereka mengaku mengenal Allah, tetapi dengan perbuatan mereka, mereka menyangkal Dia. Mereka keji dan durhaka dan tidak sanggup berbuat sesuatu yang baik. (Titus 1:15-16)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C15

Bacaan: Matius 5:1-12

Tahukah saudara bahwa kemurahan adalah karunia rohani yg sangat penting untuk hidup bersama dalam komunitas. Oleh sebab itu harus dilatih dan dipraktekkan. Rasul Paulus mengatakan: "jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." Roma 12:8. Jadi karunia kemurahan itu sama bobotnya dengan karunia menasehati dan memimpin. Apa artinya? Artinya itu harus diajarkan dan dipraktekkan mulai dari para pemimpin jemaat. Sangat tidak elok apabila pemimpin umat mengharapkan pemberian/kemurahan dari umatnya sementara ia tidak memiliki hati untuk berbagi. Saya bangga sekali dengan istri saat kemana saja kami pergi, ia hampir selalu memikirkan buah tangan bagi orang lain...entahkah itu berupa makanan kecil atau hal hal yg tidak bernilai besar. Ia juga secara didisiplin mengumpulkan koin ribuan, untuk kemudian tiap hari diletakkan dua koin "disembarang" tempat agar ditemukan orang lain. Siapa tahu hal itu akan berguna bagi orang yg menemukan. Memang jumahnya tidak besar, tetapi itu pertama tama untuk melatih diri sendiri dalam disiplin rohani karunia kemurahan. FT berkata: "Siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita."

Fase keenam, Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

Sungguh, hati kita menjadi makin jernih dan suci, saat kita telah mengalami pertumbuhan spiritualitas dari fase pertama hingga fase kelima. Memasuki fase keenam, kita akan bisa merasakan hati yang lemah lembut  tanpa beban, kepekaan telinga untuk mendengar suaraNya dan mata untuk melihat kehadiranNya di sekitar kita. Sekalipun ketika IA hadir dalam wujud "tidak disangka sangka" sebagaimana yg dikisahkan dalam Matius 25:31-46.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C14

Bacaan: Matius 5:1-12

Fase kelima, Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.

Yesus sendiri berkata:  "Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-murid-Ku." (Yoh 15:7-8). Jadi buah (hasil) dari haus dan lapar akan kebenaran Firman (dan tinggal didalam Firman) adalah KEMURAHAN. Kita akan menjadi pribadi yang murah hati, mudah bersimpati, berempati dan senang untuk berbagi. Ia tidak takut akan kekurangan sebab hatinya tetap penuh kepercayaan kepada TUHAN. Pemazmur menggambarkannya dengan apik:
Ia membagi-bagikan, ia memberikan kepada orang miskin; kebajikannya tetap untuk selama-lamanya, tanduknya meninggi dalam kemuliaan. (Mazmur 112:9). Mengapa hal itu bisa terjadi? Karena siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas perbuatannya itu. (Amsal 19:17).

Saudara, kemurahan ini tidak hanya ha berbagi harta benda kepada orang lain yang membutuhkan..tetapi juga kemurahan untuk berbagi Injil keselamatan. Ada satu peristiwa menarik yang dilakukan oleh Tee Siem Tat, salah satu tokoh pendiri Gereja Kristen Muria Indonesia (GKMI) di kota kudus tahun 1920 an. Saat dia mengalami lawatan Tuhan dan bertobat...maka dia membeli burung2 dalam sangkar yang dijual oleh pedagang burung. Setelah ia beli maka ia lepaskan semua burung itu ke udara dengan berkata: "dengan bebas aku menerima Injil, dengan bebas pula aku mengabarkannya." Tindakan simbolis membebaskan burung2 dalam sangkar ke alam bebas menunjukkan bahwa Injil telah membebaskannya dan Injil itu pula yang akan dibawanya untuk membebaskan orang orang lain yang masih terkurung dalam kehidupan dosa. Nah, itu adalah bentuk kongkret dari tindakan yang disebut kemurahan (band. Roma 11:30-33)

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C13

Bacaan: Matius 5:1-12

Fase keempat,  Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan dipuaskan.

Saat hati kita sudah dibentuk dalam kelembutlembutan, maka kita akan menjadi sangat haus dan lapar akan kebenaran Firman TUHAN. Sungguh menarik, istilah yg dipakai oleh Tuhan Yesus adalah haus dan lapar. Hal ini mengingatkan akan kisah Yesus yg lapar dan haus setelah berpuasa empat puluh hari dan empat puluh malam. Lalu datanglah si pencoba itu dan berkata kepada-Nya: "Jika Engkau Anak Allah, perintahkanlah supaya batu-batu ini menjadi roti." Tetapi Yesus menjawab: "Ada tertulis: Manusia hidup bukan dari roti saja, tetapi dari setiap firman yang keluar dari mulut Allah." (Mat 4:2-4).

Kisah lain, adalah saat Yesus bertemu dengan perempuan Samaria di sumur Yakub. Percakapan tsb berujung pada pernyataan Yesus: "barangsiapa minum air ini (dari sumur), ia akan haus lagi, tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus untuk selama lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya akan menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus menerus memancar sampai kepada hidup yang kekal." (Yoh 4:13).
Setelah itu datanglah murid-muridNya dari kota membawa makanan dan berkata: "Rabi, makanlah." Akan tetapi Ia berkata kepada mereka: "Pada-Ku ada makanan yang tidak kamu kenal." Kata Yesus kepada mereka: "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya (Yoh 4:31-34)

Wow... sungguh ini tahapan spiritualitas yg luar biasa. Saat kita memasuki fase ini, maka kehausan dan kelaparan sudah berpindah dari materi ke rohani. Apakah makan dan minum tidak penting lagi? Oh penting! Tetapi ada yg jauh lebih penting yg mendatangkan kepuasan yg mendalam dan kekal yakni saat bersekutu menikmati Firman dan melakukan kehendak Firman. Saat itulah roh kita akan dipuaskan, dan dari dalamnya akan mengalir aliran sungai kehidupan yg tak pernah kering.

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C11

Bacaan: Matius 5:1-12

Fase ketiga, Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.

Ketika kita sudah dipulihkan oleh TUHAN melaui fase pertama dan kedua, maka kita akan memasuki fase lemah lembut. Kita memiliki kepekaan dan kecerdasan bukan hanya intrapersonal (dimana kita mengenali siapa diri kita) namun juga kepekaan terhadap tipu daya dosa. Ini senada dengan apa yg dituliskan dalam Kolose 3:12; "Karena itu, sebagai orang-orang pilihan Allah yang dikuduskan dan dikasihi-Nya, kenakanlah belas kasihan, kemurahan, kerendahan hati, kelemahlembutan dan kesabaran."

Saudara,
Lemah lembut yg dalam bahasa inggrisnya dipakai istilah "meek" itu sering disalah artikan dengan "weak" (kelemahan), sehingga dianggap sebagai pribadi yg gemulai melambai, mudah dipengaruhi, tidak bernyali, bersuara pelan, tidak bersemangat dan sejenisnya. Lemah lembut bukan seperti itu! W. E. Vine, seorang ahli bahasa Yunani, mengatakan bahwa kelemahlembutan dalam Alkitab merupakan suatu sikap di hadapan Allah “ketika kita menerima perlakuan-Nya terhadap kita sebagai kebaikan, dan kita tidak menolak atau melawannya”. Selanjutnya, Vine berkata bahwa “kelemahlembutan yang diperlihatkan Tuhan dan diberikan kepada orang percaya ini adalah hasil dari KUASA. Lihat Yesus itu ‘lemah lembut’ karena Dia memiliki sumber daya tak terbatas dari Allah yang dapat dipergunakan-Nya.”

Jadi lemah lembut bukannya kelemahan yang miskin daya dan kuasa. Kelemahlembutan justru kemampuan yang luar biasa (yang digerakkan oleh hati yang takut akan TUHAN pluss kendali emosi yang tinggi) guna mengelola sumber kuasa dan kehidupan yg dianugerahkan TUHAN untuk mengelola kehidupan di muka bumi ini. Wow! sungguh suatu power sekaligus tanggungjawab yang besar. Itulah sebabnya Yesus berkata:  "Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi"

TAD-Ani

Renungan Mezbah Keluarga #17C10

Bacaan: Matius 5:1-12

Fase kedua, Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.

Pada fase kedua ini, kita akan disadarkan akan semua dosa dan kesalahan yang telah kita perbuat. Kita menangis, bertobat dan mengoyakkan jubah untuk bermandi dalam debu. Inilah yang dilakukan oleh umat Israel saat bertobat dan meminta belas kasihan. Ingatkah kita  akan dosa yang dilakukan oleh Akhan sehingga membuat bangsa Israel terpukul kalah di Ai? Maka inilah yang dilakukan oleh Yosua..ia mengoyakkan jubahnya dan sujudlah ia dengan mukanya sampai ke tanah di depan tabut TUHAN hingga petang, bersama dengan para tua-tua orang Israel, sambil menaburkan debu di atas kepalanya. (Yosua 7:6).

Sungguh, pertobatan dan penyesalan akan dosa membuat kita berduka cita dan memohon belas kasihan dan kemurahan TUHAN. Debu melambangkan kehinaan dan kematian. Dengan menaburkan mengoyakkan jubah dan bertaburkan debu, kita menyatakan pertobatan atau kematian rohani kita dihadapan TUHAN, agar DIA dalam kemurahanNya bersedia untuk membentuk ulang kita sebagai manusia baru dan menghembuskan RohNya dalam diri kita. Itulah sebabnya Yesus berkata kepada seorang Farisi, pemimpin agama Yahudi bernama Nikodemus: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya jika seorang tidak dilahirkan dari air dan Roh, ia tidak dapat masuk ke dalam Kerajaan Allah. Apa yang diahirkan dari daging (debu) adalah daging (debu) dan apa yang dilahirkan dari Roh adalah roh" (Yoh 3:5-6).

Jadi, sekarang makin jelaslah bagi kita akan pernyataan Yesus yang mengatakan: Berbahagialah orang yang berdukacita (bertobat dari dosa dosanya), karena mereka akan dihibur (mendapatkan penghiburan) dari Roh Kudus. Yesus berkata: "tetapi Penghibur, yaitu Roh Kudus, yang akan diutus oleh Bapa dalam nama-Ku, Dialah yang akan mengajarkan segala sesuatu kepadamu dan akan mengingatkan kamu akan semua yang telah Kukatakan kepadamu." (Yoh 14:26).

Wow..! Amazing Grace

TAD-Ani