Renungan Mezbah Keluarga #17D08

Bacaan: Matius 21:1-11

Minggu ini kita memasuki minggu Palmarum, yakni saat dimana Yesus memasuki Yerusalem dan di elu elukan sebagai Mesias: “Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yang datang dalam nama TUHAN, Hosana ditempat yang maha tinggi.”

Ada 3 kelompok yang serentak menyerukan: "Hosana bagi Anak Daud..! Diberkatilah Dia yg datang dalam nama TUHAN." Mari kita perhatikan masing masing kelompok:

Pertama, kelompok Zelot.
Mereka adalah sekumpulan orang Yahudi garis keras, yg melakukan perjuangan mengangkat senjata demi kemerdekaan Israel dari penjajahan Romawi. Mereka berteriak Hossna karena mengharapan ada momentum perubahan sosial politik melalui Yesus, Sang Mesias.

Kedua, kelompok Farisi.
Perjuangan Zelot dan Farisi sesungguhnya sama, yakni pemurnian agama (bangsa) Yahudi. Hanya saja kelompok Farisi berjuang lewat pengajaran di bait Allah. Mungkin Yesus memang benar sang Mesias itu....atau Mesias bukanlah hadir lewat satu sosok pribadi, melainkan kesadaran sebagai sebuah bangsa. Bukankah gambaran hamba yang menderita dalam nubuatan di kitab Yesaya bisa jadi adalah nubuatan tentang Israel sebagai satu bangsa?

Ketiga, kelompok orang orang yg dekat dengan Yesus, yakni ibu dan murid muridNya. 

Ya, mereka adalah suara rakyat jelata yang berharap adanya perubahan hidup yang nyata. Karena itu wajarlah jika mereka sangat gembira jika Yesus disambut dan dielu elukan sebagai raja.

Bagaimana dengan Yesus sendiri? Bagaimana Ia merespon teriakan: Hosana bagi Anak Daud, diberkatilah Dia yg datang dalam nama Tuhan!" Bukankah baru pertama kali ini semua orang bisa bersatu kompak ingin menjadikanNya raja? Bukankah ini kesempatan yang istimewa dan langka?

Ah...jika Yesus itu calon Gubernur, pastilah dukungan semua kolompok sangat diperhitungkan. Sebab elektabilitasnya sangat tinggi, personality dan kompetensinya tidak diragukan lagi. Tetapi Yesus is Yesus. Dia tahu persis bahwa setiap dukungan pasti memuat harapan. Ada "kontrak politik" disetiap dukungan. Tidak ada "makan siang gratis" bagi tawaran kursi jabatan. Disinilah cobaan dipadang gurun terulang lagi. Bukankah saat itu Iblis berkata bahwa ia akan datang kembali jika saatnya tepat?

Iblis kini benar benar kembali mencobai Yesus. Jika yang pertama iblis hadir saat Yesus haus dan lapar secara fisik, disaat yang kedua ini iblis hadir saat Yesus haus dan lapar secara emosional. Siapapun yang ada di puncak "kelaparan ego" untuk aktualisasi diri pasti akan mudah jatuh jika mendapati tawaran menjadi raja dan sanjungan hosana di tampat maha tinggi.

Yesus kembali bergumul hebat...
JalanNya kini tinggal dua: jalan kemuliaan atau jalan kematian. Jika Ia mau "teken" kontrak politik dengan iblis maka kemuliaan sebagai raja dunia sudah terpampang didepan mata. Tetapi jika Ia menolak kontrak politik dengan iblis maka kematianlah yang akan dijalaniNya.

Pada pencobaan yang kedua ini, Yesus kembali teguh pada Firman dan kehendak BAPA. Ia memasuki Yerusalem dengan keledai tunggangan yang muda. Ia siap dipersalahkan, dijebak, dianiaya dan disalibkan diatas Golgota. Yesus telah teken kontrak pada kehendak BAPA..bukan menjadi raja atas kehendak dunia...melainkan menjadi raja dengan cara Surga.

Yesus tetap menjaga langkah kakiNya agar tetap sinkron dengan perkataanNya "...sebab Aku keluar dan datang dari Allah. Dan Aku datang bukan atas kehendak-Ku sendiri, melainkan Dialah yang mengutus Aku (Yohanes 8:42). Karena itu Yesus kembali menegaskan:  "Makanan-Ku ialah melakukan kehendak Dia yang mengutus Aku dan menyelesaikan pekerjaan-Nya. (Yohanes 4:34).

Wow.... Yesus menang justru saat Dia memilih jalan yang sama dengan yang pernah dipilihNya saat pencobaan di padang gurun, yakni jalan kepatuhan pada Firman. Baik saat sendiri di padang gurun atau saat ribuan orang menyambutNya di gerbang Yerusalem.. Yesus tetap memilih jalan yang sama, yakni jalan kepatuhan Firman. Sebab di jalan Firman itulah kehidupan dan kemuliaan yang sejati dinyatakan...

bukan oleh rancangan manusia, tetapi oleh kehendak Sang BAPA..

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment