Renungan Mezbah Keluarga #17C15

Bacaan: Matius 5:1-12

Tahukah saudara bahwa kemurahan adalah karunia rohani yg sangat penting untuk hidup bersama dalam komunitas. Oleh sebab itu harus dilatih dan dipraktekkan. Rasul Paulus mengatakan: "jika karunia untuk menasihati, baiklah kita menasihati. Siapa yang membagi-bagikan sesuatu, hendaklah ia melakukannya dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin; siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita." Roma 12:8. Jadi karunia kemurahan itu sama bobotnya dengan karunia menasehati dan memimpin. Apa artinya? Artinya itu harus diajarkan dan dipraktekkan mulai dari para pemimpin jemaat. Sangat tidak elok apabila pemimpin umat mengharapkan pemberian/kemurahan dari umatnya sementara ia tidak memiliki hati untuk berbagi. Saya bangga sekali dengan istri saat kemana saja kami pergi, ia hampir selalu memikirkan buah tangan bagi orang lain...entahkah itu berupa makanan kecil atau hal hal yg tidak bernilai besar. Ia juga secara didisiplin mengumpulkan koin ribuan, untuk kemudian tiap hari diletakkan dua koin "disembarang" tempat agar ditemukan orang lain. Siapa tahu hal itu akan berguna bagi orang yg menemukan. Memang jumahnya tidak besar, tetapi itu pertama tama untuk melatih diri sendiri dalam disiplin rohani karunia kemurahan. FT berkata: "Siapa yang menunjukkan kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita."

Fase keenam, Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah.

Sungguh, hati kita menjadi makin jernih dan suci, saat kita telah mengalami pertumbuhan spiritualitas dari fase pertama hingga fase kelima. Memasuki fase keenam, kita akan bisa merasakan hati yang lemah lembut  tanpa beban, kepekaan telinga untuk mendengar suaraNya dan mata untuk melihat kehadiranNya di sekitar kita. Sekalipun ketika IA hadir dalam wujud "tidak disangka sangka" sebagaimana yg dikisahkan dalam Matius 25:31-46.

TAD-Ani

No comments:

Post a Comment